Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kepergian Ann (TAMAT)

Pesawat yang Ann tumpangi telah mendarat di tanah air dengan selamat, dengan langkah lesu Ann pergi mencari taksi untuk mengantarnya pulang ke rumah yang sudah lama ia tinggalkan.

"Pak, kita berhenti di kedai kopi depan SMA x ya," tuturnya. Entah mengapa ia ingin sekali pergi kesana saat ini.

Ann turun dari taksi begitu taksi tersebut berhenti di depan sebuah sekolah. Dia membenarkan kacamata hitam miliknya kemudian menuju ke sebuah kedai kopi tempat biasa ia nongkrong saat dia masih bersekolah disana.

Tak banyak berubah, penjualnya pun masih sama. Seorang bapak tua asal Tegal yang ramah dan sangat mengenalnya meski sudah lama tidak bertemu. Disana Ann menikmati kopi sambil melihat pemandangan siswa yang berlalu lalang masuk ke dalam sekolah. Seulas senyum terbit dari wajahnya saat dia melihat seorang siswa laki-laki berjalan menggandeng seorang siswa perempuan dengan mesra. "Andrea …." Ann bergumam lirih tanpa sadar.

Ya, gambaran itu mengingatkannya tentang masa lalunya yang indah bersama Andrea. Sejenak Ann berpikir, bahkan dia tidak pernah merasakan cinta seperti yang Andrea berikan kepadanya setelah ia pergi meninggalkan Andrea, disana dia sedikit tersadar jika dia juga tidak pernah merasakan hidup yang bahagia seperti saat ia bersama dengan Andrea. Dia mulai merasakan adanya sedikit penyesalan dalam hatinya, tetapi itu hanya sementara saja karena penyesalan itu tertimpa dengan rasa amarah yang begitu besar.

Ann segera bangkit dari tempat duduknya dan pergi dari sana dengan rasa marah di dalam hatinya. Ia meminta si sopir taksi mengantarnya pulang.

“Lho, kamu pulang kok gak bilang-bilang sih Ann?” Arum sedikit terkejut melihat siapa yang tengah datang. Namun, dia juga bahagia karena dia sangat merindukan putra manjanya itu.

Dengan wajah lelah Ann melangkah masuk ke dalam rumah, memeluk sang ibu singkat lalu berjalan ke inti rumah. “Iya, Ma, maaf Ann juga mendadak pulangnya.”

“Kamu sudah ketemu sama kakakmu?”

Ann menganggukkan kepala, dia mengatakan jika dia sudah bertemu dengan Rey dan Rey lah yang memintanya untuk pulang. Kedua orang tuanya terlihat sangat bahagia mendengar hal tersebut. Mereka langsung menelepon Rey dan mengabarkan jika Ann telah sampai di rumah.

Setelah berbincang sebentar dengan kedua orang tuanya, Ann meminta izin untuk pergi ke kamar dan beristirahat. Tentu saja kedua orang tua itu mengijinkannya.

Saat makan malam, Ann melihat meja makan sepi. Dia bertanya kepada seorang pelayan dimana kedua orang tuanya dan mengapa belum keluar untuk makan malam. Si pelayan tersebut berkata jika malam ini mungkin Ann akan makan malam sendirian karena sang ayah akhir-akhir ini terlihat kurang sehat maka mereka jarang makan di meja makan melainkan membawa makanan mereka ke dalam kamar. Ann kembali bertanya apakah kedua orang tuanya sudah makan, si pelayan menjawab sebentar lagi dia akan mengantarkan makanan untuk kedua orang tua Ann. Ann berinisiatif mengantarkan makanan untuk kedua orang tuanya, saat Ann hendak masuk ke dalam kamar samar-samar dia mendengar pembicaraan kedua orang tuanya dari celah pintu yang tidak ditutup secara sempurna. Ann dengan jelas mendengar jika sang ayah mengeluhkan kesehatan serta umurnya kepada sang ibu. Dia juga membahas perihal harta warisan yang akan dibagikan kepada anak-anaknya, semula dia tersenyum bahagia tetapi setelah mendengar pernyataan pahit dari kedua orang tuanya yang menyebut jika Ann bukanlah anak kandung mereka melainkan anak dari adik mereka yang telah meninggal akibat kecelakaan semasa Ann bayi.

“Apa? Jadi aku bukan anak kandung Papa dan Mama?” sahut Ann dari ambang pintu.

Merasa sudah saatnya mereka menceritakan semuanya dengan jujur kepada Ann, mereka pun meminta Ann masuk ke dalam dan menjelaskan semuanya dengan baik. Namun, Ann terlalu emosi. Saat itu dia pergi dari rumah secara diam-diam malam itu dan tidak diketahui kemana perginya.

***

Sejak kepergian Ann tanpa kabar kedua orang tua Rey menjadi bersalah, mereka sangat terpukul. Mereka menyesal karena telah memberitahu yang sebenarnya kepada Ann. Mereka sangat merasa kehilangan dan kesedihan yang mendalam. Namun, Rey menguatkan kedua orang tuanya jika itu semua bukan kesalahan kedua orang tuanya melainkan sebuah takdir yang memang harus terjadi, Rey juga mengatakan jika tidak akan terjadi apa-apa kepada Ann dan semua akan baik-baik saja karena Ann sudah dewasa dia bisa bertahan hidup dengan baik di luar sana, serta dia berhak menentukan hidupnya sendiri.

Meski demikian kedua orang tua Rey masih menyimpan kesedihan itu di dalam hatinya hingga bertahun-tahun lamanya, bahkan sampai ayah Rey meninggal dunia dan ibu Rey turut menyusul tidak lama setelahnya, di akhir hayat mereka berpesan untuk tetap menyayangi Ann seperti adik kandungnya sendiri.

Sejak kepergian kedua orang tuanya, Rey menempati rumah peninggalan kedua orang tuanya bersama dengan adik perempuannya yang saat ini juga telah menjadi single mother. Dia juga mengambil alih perusahaan sang ayah sesuai pesan sang ayah sebelum ia tiada, meski sebenarnya dia tidak menyukainya.

"Ann, kamu kemana? Harusnya posisi ini milikmu! Dasar anak manja yang nakal! Kamu membuat pusing kepalaku saja, huh!" Rey berulang kali menghembuskan nafas kasar dan bergumam saat melihat tumpukan dokumen yang ada di meja kerjanya.

***

Malam ini, setelah mengecek kamar kedua anaknya dan memastikan keduanya benar-benar sudah pulas Andrea masuk ke dalam kamarnya dan mengganti pakaiannya dengan gaun tidur seksi yang biasa ia kenakan sehari saat tidur.

Hal itu seketika memancing insting lelaki Rey untuk beraksi. Rey menutup laptop di pangkuannya, dia bergerak mendekati sang istri yang saat itu sedang menggunakan skincare rutinnya di depan meja rias. Dia memeluk pinggul sang istri dari belakang, sesekali mengecup bahu terbuka sang istri untuk menggodanya.

“Sayang, anak-anak sudah besar,” tutur Rey tiba-tiba.

“Hem, lalu?” tanya Andrea. Dia masih fokus mengoleskan sebuah krim di wajahnya.

“Rumah ini sepi, jika saja ada seorang bayi lagi mungkin kita tidak akan kesepian seperti ini.”

Andrea memutar bola matanya, dia meletakkan kembali sebuah krim yang ada di tangannya lalu sedikit menoleh ke arah Rey. “Kamu sedang merayuku ya, Mas?”

“Ayolah, Sayang. Mau ya?” Rey menaik turunkan alisnya, tangannya bergerak menyusup masuk ke dalam gaun tidur sang istri dan merayap ke area sensitif yang menjadi tempat favoritnya. Rey sengaja menggoda Andrea hingga sang istri berhasrat.

Rey tersenyum penuh kemenangan, dia membawa tubuh ramping sang istri ke arah ranjang membaringkannya dengan perlahan dan mulai melancarkan aksinya yang semakin menggila hingga sang istri melenguh dan mendesah penuh kenikmatan di bawahnya.

Malam itu menjadi malam panjang yang indah bagi Andrea dan Rey dalam penyatuan cintanya.

TAMAT

Nantikan seri keduanya "Cinta untuk Andrea"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro