22. Battle Dance.
Udara segar nan sejuk khas desa, membuat Lucy tak lepas mengabadikan setiap sudutnya ke dalam kamera, terlebih setelah menjelaskan panjang kali lebar tentang Klaten yang membuat Lucy ingin tinggal di sana, rombongan Bang Sat, Setan, Lucy, dan Taeyang berjalan menyusuri perkampungan rapi dan bersih. Rombongan itu kemudian berhenti di depan pos ronda.
“Ferrr,” teriak Bang Sat menyapa sahabat lamanya. Lelaki yang dipanggil itu dan sedang duduk kemudian berdiri seraya membenarkan sarung yang dipakainya.
“Satria Baja.” Dia mengulurkan tangannya. Kedua sahabat lama itu kemudian saling berseru, adu tos, saling bertukar kabar, kemudian berpelukan singkat.
Feri—nama sahabat Bang Sat, melirik ke dua orang asing yang datang bersama Bang sat. Seolah tahu arti wajah bingung campur terkejut Feri, Bang Sat kemudian memperkenalkan Lucy dan Taeyang. Ketika ketikanya sedang bersalaman, muncul Mawar dari belakang rombongan heboh itu. Melihat Bang Sat dan teman-temannya, Mawar tersenyum malu, terutama ketika dia melihat Taeyang.
“Ono opo iki, pagi-pagi sudah ngumpul?” tanya Mawar dengan suara lemah-lembut yang dibuat-buat, sambil tetap melirikan matanya melihat Taeyang.
“Kita ... kita lagi Tour de kampung,” jawab Setan pada sahabatnya yang sibuk menatap Taeyang.
Mawar mengangguk-angguk. “Oppa,” panggil Mawar tanpa peduli jawaban Setan. Taeyang mengangguk ragu pada Mawar.
“Oppa, dance-nya jago banget. Keren bisa sampai viral.” Mawar kemudian menunjukkan video menari Taeyang di gerbong kereta dengan raut wajah semringah dan sorot mata berbinar saat memuji Taeyang. Melihat video itu, baik Taeyang, Lucy, Setan dan Bang Sat saling lirik bangga. Namun, berbeda dengan Feri.
“Hum, joget-joget gitu doang, kulo juga bisa,” sunggut Feri melempar ekspresi tak suka karena merasa Mawar melebih-lebihkan produk asing, terlebih dia merasa tersaingi dengan keberadaan Taeyang di sini ini sebagai jawara joget kampung. Gawat kalo yang warga lain lihat, pamorku bisa turun.
“Can you also dance like this?” tanya Lucy penasaran pada Feri.
“Yes, of course. Easy, Mbak bule.” Feri menyentil jari antara ibu jari dan telunjuknya, bermaksud sombong.
“Alah, kowe mung iso joget dangdut. Sopo sing nyanyi iku, Najar, eh Nassar,” celetuk Mawar.
“Eh, Mawar, meski dangdut, tapi itu produk lokal. Harus cinta sama produk dalam negeri. Kamu baru lihat yang begitu langsung … ih genit begitu.” Feri menatap Taeyang dengan tatapan meremehkan.
“Coba kamu dance juga, kalau menurut kamu ini gampang,” ujar Taeyang menantang Feri. Dia tidak terima diremehkan karena bisa menari seperti itu butuh latihan bertahun-tahun.
“Eh, Feri, Tayang. Masih pagi, kalian udah berantem,” protes Setan seraya melirik Bang Sat.
“Biarin aja, Tan. Ini namanya harga diri laki-laki.”
“Betul,” sahut Feri setuju dengan Bang Sat. Taeyang pun mengangguk-angguk antusias.
Pagi yang damai, sejuk, nan teduh itu kemudian berubah menjadi panas akibat persaingan dua gengsi laki-laki beda negera tersebut. Ibarat tinju, sisi ring kiri ada Feri—sang pemuda lokal, sahabat Bang Sat yang terkenal jago joget dangdut. Lalu di sisi ring sebelah kanan ada Taeyang—sang pemuda asal Korea yang juga teman Bang Sat. Akibat video viral yang mengusik ketenangan Feri, Bang Sat pun mengusulkan mereka agar battle alias adu menari.
Feri dan Taeyang pun setuju. Mereka pun terbagi ke dalam dua kubu. Setan, Lucy, dan sudah pasti Mawar mendukung Taeyang. Sementara Bang Sat bersama beberapa anak muda yang tadi duduk-duduk di pos ronda mendukung Feri. Bang Sat pun kemudian memberikan aturan mengenai adu joget itu.
“Pokoknya nanti kalian harus nari selama satu lagu. Lagunya bebas,” jelas Bang Sat. Disaat kakaknya menjelaskan, Setan berupaya mengumpulkan warga kampung yang kebetulan melewati mereka. Kasak-kusuk warga menambah kehebohan pagi yang jarang-jarang seperti itu, tak kalah dari kakaknya, Setan pun menjelaskan apa yang sedang terjadi pada warga.
Feri mengatakan akan memakai lagu kesukaannya, "Seperti Mati Lampu" dari Nassar, sementara Taeyang masih dengan lagu dari negara, kali ini lagu berjudul "Monster" dari Exo.
“Teruntuk kedua jawara, monggo, saya persilakan untuk ke depan.” Bagai wasit yang tengah mengatur jalannya permainan, Bang Sat mengarahkan kedua tangannya pada Taeyang dan Feri untuk maju ke bagian depan pos ronda—dengan bibir yang mengapit sebuah peluit kecil, yang entah dari mana datangnya. “Supaya tidak bingung, battle dance ini akan dilakukan secara bergilir. Sekarang, jawara dari sisi kanan, Taeyang, dan Feri, jawara dari sisi kiri, agar melemparkan suit untuk menentukan siapa yang akan unjuk bakat lebih dulu!” titah Bang Sat, dengan bahasa yang kelewat formal.
Seruan keras berbunyi “Satu! Dua! Tiga!” itu menggema di antara kedua jagoan yang masing-masing tengah menunjukkan tatapan sombongnya.
Suit dilakukan.
“Oke! Kim Taeyang menang! Diputuskan, supaya maju lebih dulu.” Taeyang tersenyum senang, karena pilihannya mengeluarkan batu mampu mengalahkan sang lawan, Feri. Dengan tubuh membusung tegap, pemuda asal Negeri Ginseng tersebut maju ke tengah lingkaran, di mana para warga tengah mengelilinginya.
Tak lupa, Taeyang melemparkan senyum penuh pesona pada Mawar yang tengah menatapnya dengan tatapan kagum penuh harap. Juga dengan Setan dan Lucy, yang turut berseru heboh, berharap agar Taeyang mampu menunjukkan piawai terbaiknya.
Beberapa detik berlalu, hingga akhirnya lagu "Monster" terputar keras. Seakan sudah memiliki ikatan batin, badan jangkung Taeyang bergerak mengikuti irama dengan begitu lihainya. Gerakan rumit pada lagu yang dirilis pada 2016 silam itu tampaknya sama sekali tak menghalangi Taeyang untuk meliukkan tubuhnya.
Usai beberapa menit, penampilan Taeyang berakhir. Sontak, tepukan riuh memenuhi indra pendengarannya. Merasa takjub akan bakat dari pemuda berkulit putih itu.
“Jawara kedua! Feri! Silakan maju!” Bang Sat yang dari awal sudah menjadi tim pendukung Feri, tampak dengan bangga mengeraskan suaranya kala sang jagoan maju ke tengah masyarakat yang masih setia menonton.
Semua bertepuk tangan, menyambut Feri yang bersiap untuk menampilkan dance-nya. Terkecuali Setan, Lucy, dan Mawar, yang malah menunjukkan jempol terbalik, seraya bersorak remeh.
“Ra po-po, aku ra po-po, Dek.” Dalam hati Feri mengucap sendu, saat tahu bahwa sang pujaan, Mawar, malah tak mendukung dirinya.
*****
Beberapa menit berlalu, battle dance itu akhirnya berakhir. Pihak Taeyang dan Feri sama-sama memiliki pendukung yang tak bisa dianggap remeh.
Sesi vote pun dimulai.
Bang Sat, dibantu dengan Setan, bergerak menuju masing-masing warga yang kala itu menyaksikan pertandingan antara Taeyang dan Feri. Mendengar pendapat para warga itu, dan memutuskan siapa yang pantas menjadi pemenang.
“Dan pemenangnya adalah ….”
Semua menunggu, dengan raut penasaran yang tak bisa dikondisikan.
“Feri, dari kubu kanan!” teriak Bang Sat penuh kemenangan. Lelaki itu berlari kencang menuju Feri, yang masih tak menyangka bahwa dirinya akan benar-benar memenangkan pertandingan ini.
Sedang di sisi lain, tampaknya Setan, Lucy, dan Mawar masih tak terima dengan pilihan para warga yang menonton. Bagaimana bisa mereka memilih Feri yang jelas-jelas tak bisa menari se-powerfull Taeyang?
Parah! Mata para warga tampaknya harus diperiksakan ke dokter gigi —eh, salah, dokter mata, maksudnya.
Namun, keputusan tidak dapat diganggu gugat. Kemenangan ada di tangan Feri. Sehingga tim Taeyang harus mau menerimanya.
“S—Selamat.”
Dengan kikuk, Taeyang akhirnya mau mengakui kekalahannya, dan mengucapkan selamat pada sang pemenang.
Feri tersenyum penuh makna. Sebelumnya, dia berniat untuk sombong pada sang rival. Namun, melihat ketulusan di mata Taeyang, pemuda itu mengurungkan niatnya.
“Matur nuwun, Yang,” katanya, “kowe sing luwih sregep le latihan dance, yo,” lanjutnya, dengan nada bergurau. Berniat memberi semangat.
Keduanya saling merangkul. Mengakhiri pertandingan yang baru saja terjadi.
Dari hal ini, Taeyang mampu mengambil sebuah pelajaran.
Mungkin, kemenangan sang lawan memanglah sulit diterima. Namun, ketika kamu akhirnya berhasil menerima hal itu, dan mampu menerima kekalahan … akan ada rasa bahagia yang tak mampu dijelaskan, membuncah dalam hati kecilnya. Seakan mengatakan, “Kamu hebat, karena sudah mampu menerima kenyataan.”
to be continue ....
best regards, itsmeqia mssana7 DRestiPertiwi xxtnaruwlsy RanEsta13 onederfulonly Ren-san22 wishasaaa yuniizhy_ Kokokruunch
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro