Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02. Kepingan Hati (01)

Baam di Kehidupan ke-2, setelah dia berhasil kembali bersama teman-temannya di pertarungan Workshop.

Baam menatap langit-langit ruangan familiar dengan tatapan redup. Setelah mengulang latihan neraka di FUG dan melakukan perjalanan yang sama persis dengan kehidupan yang sebelumnya. Tangannya mengepal erat, penuh perhitungan.

Kali ini dia pasti berhasil, tekadnya dalam hati.

Baam mengerut dalam tidurnya, mimpinya tentang kehidupan lampau menyergap. Kelopak matanya terbuka paksa, ia duduk di atas selimut dengan terengah.

Mimpi, itu hanya mimpi... Semuanya akan baik-baik saja... Baam mencoba menenangkan diri. Saking fokusnya ia mengatur nafas sambil mengelap keringat dingin. Baam tidak menyadari jika sahabat birunya membuka mata dan tengah memandangnya khawatir.

"Baam." Khun memanggil lembut nyaris berbisik.

Tubuh Baam sontak terhenyak, matanya melebar disertai dengan jari gemetaran. Khun langsung bangkit, tatapannya makin berkerut akan rasa tak berdaya. Khun mungkin berpikir jika Baam menderita mimpi buruk akibat kekejaman FUG yang melatihnya menjadi slayer. Meski itu sebagian kecil dari mimpi buruknya. Baam mencoba tenang, ia tidak ingin membuat sahabatnya khawatir. Apalagi disaat mereka seharusnya senang karena ia telah berhasil kembali bersama.

Kembali pada teman-temannya...

"Baam..." Khun kembali memanggil, tak kalah lembut dengan yang tadi. Lengannya menarik jemari Baam yang masih bergetar. "Kau tahu bahwa kami tak akan membiarkanmu kembali ke FUG kan? Kau sudah bebas. Kita bisa memanjat menara bersama lagi."

Baam ingin menyanggah, dia memang kembali tapi itu tak akan lama... Di masa depan dia... Mereka...

Jemari Baam meremas telapak tangan Khun dengan erat--sampai Khun mencoba menahan ringisan--kepalanya tertunduk mencoba memikirkan sesuatu yang harus dia lakukan. Ya, saat ini dia lebih kuat dari yang dulu.

Kali ini pasti ia akan berhasil...

Dengan itu Baam menghirup udara dengan santai, jemarinya tak sengaja mengelus telapak tangan Khun yang lembut. Ia mendongkak dan menunjukan senyum tulus.

"Terima kasih, Khun-san."

🍀🍀🍀

Baam membuka mata dengan nafas berat, lagi-lagi dia bermimpi akan kehidupan lamanya. Di awal ia terlahir kembali, hatinya selalu memegang tekad untuk mengubah takdir demi kebahagian teman-temannya. Karena jika mereka bahagia, dia pun senang.

Sayangnya, Menara tak sebaik itu. Ratusan kali dia berjuang, ratusan kali dia berusaha mengubah masa depan. Dirinya selalu berakhir dengan kegagalan. Baik dengan kesalahan kecil, atau efek kupu-kupu yang diakibatkannya untuk melawan takdir.

Di setiap kehidupan Baam tak pernah bisa mempertahankan kehidupan semua teman-temannya. Ada saja salah satu dari mereka yang mati di depannya atau mati karena kesalahannya.

Setiap ada yang mati, Baam selalu mengurung diri. Merutuk dan mengacak rambutnya frustasi akan ketidakberdayaannya.

Padahal dia tahu masa depan itu seperti apa. Padahal Baam tahu kalau sesuatu yang besar akan terjadi. Padahal ia juga tahu jika semua hal yang dia persiapkan agar temannya tak mati itu sudah sempurna.

Lalu kenapa? Kenapa semuanya tidak berjalan seperti yang dia inginkan?

Ini sudah ke 137 kali dia mati... Sudah 137 jalan dia lewati tanpa hasil...

Di kehidupan ke 39, saat dia begitu marah pada Rachel karena gadis itu kembali menjadi biang kerok hingga membuat Wangnan mati. Dia menebas lehernya dengan penuh amarah. Dirinya sudah terlanjur kesal dengan si kuning berbintik itu.

HwaRyun saat itu berteriak padanya untuk tidak sembarangan membunuh Rachel. Tapi Baam tidak peduli, sudah cukup dia dibodohi oleh gadis bau yang hanya bisa berpose menyedihkan seakan dia adalah orang yang paling menyedihkan di menara. Apalagi mimpi bodohnya tentang bintang. Baam sudah muak dengan hal tak berguna itu. Fokusnya hanya pada hidup bahagia bersama orang yang dia anggap keluarga.

Perkataan pemandu berambut merah itu benar, setelah Baam dengan kejam menghabisi Rachel. Seolah Menara memusuhinya, Baam kehilangan banyak orang dibanding kehidupan sebelumnya.

Bahkan kematiannya pun lebih menyedihkan dan menyakitkan. Padahal Baam yakin jika ia sudah kebal terhadap rasa kematian.

Maka dari itu, Baam mulai memperhitungkan keberadaan Rachel. Ia mencoba beberapa trik dan mendapat jawaban pasti.

Jika dia membunuh gadis gila bintang itu, Baam akan menerima tantangan yang lebih sulit dan menyebabkan kematian banyak orang.

Sejak itu, Baam berusaha untuk menahan diri agar tidak bertemu dengan wanita penggila bintang itu. Karena jika bertemu, dia yakin bahwa dirinya akan tidak sengaja mematahkan kaki atau menusuk bahunya dengan shinsu.

Dengan beban yang lebih berat di punggungnya. Baam selalu mendapat mimpi buruk di setiap kehidupan. Kebetulan Rak dan Khun yang selalu bersamanya. Membuatnya terasa nyaman dan bisa tidur nyenyak.

Karena jika dia tidak bersama mereka, ia tak yakin bahwa dirinya akan bisa tidur.

Baam kemudian teringat, saat dirinya sudah tak kuat menahan rasa penyesalan karena gagal menyelamatkan Prince berkali-kali. Di kehidupan ke-7 dia dengan berani mengatakan perihal kelahiran kembalinya pada Khun.

Pemuda biru itu awalnya menatapnya lama lalu menghela nafas berat, ia menggenggam tangannya dan berbisik lembut. Mengingatkan bahwa ia hanyalah manusia dan bukan dewa yang bisa menyelamatkan semua orang.

Sejak saat itu, Baam selalu membagi cerita masa depannya dengan Khun. Terkadang Rak juga ikut berbicara meski makhluk berbentuk Dino itu tak begitu mengerti.

Baam merasakan hatinya terangkat, ia senang bisa membagi penderitaannya. Khun bahkan memberitahukan cara agar mereka semua bisa selamat dengan ide cerdiknya.

Namun takdir berkata lain, meski yang lain selamat.

Khun yang mati.

Baam pun kembali dilanda depresi berat, hatinya menegang. Pandangannya gelap dengan tatapan kosong. Seandainya dia tidak menceritakan masa depan... Khun tidak akan...

Dengan jiwa melayang entah kemana, Baam hidup namun terasa mati...

Bahkan dia tidak tahu kapan ia menghembuskan nafas terakhir. Seketika dia kembali terbangun di gua FUG dan kembali menjalani latihan neraka.

Baam memiliki hati tak menentu, di satu kehidupan dia memberitahu Khun tentang rahasianya, di kehidupan lain dia menyembunyikannya...

Namun, remaja biru itu tak pernah meninggalkan sisinya. Selalu menemaninya kapanpun, mendengarkan curhatnya, menegur dirinya yang terlalu gila berlatih dan memeluknya dikala ia mendapat mimpi buruk yang mengerikan.

Sentuhannya hangat, bisikan lembutnya menggetarkan hati, tatapan lembut dengan sedikit kekhawatiran selalu membuat Baam luluh.

Meski dia tahu, jika dia mati lagi. Khun akan melupakan momen hangat mereka...

Ah, sejak kapan dia begitu peduli dengan sahabat birunya?

Baam hanya tahu jika Khun itu istimewa. Khun adalah satu-satunya orang yang ia anggap berharga, jika di salah satu kehidupan Khun mati. Baam akan kehilangan jiwanya. Meski pada akhirnya, Khun telah puluhan kali tewas di depan matanya.

Sungguh takdir yang kejam.

"Kau sudah bangun?" Suara HwaRyun terdengar di sampingnya.

Baam mengangkat kepalanya, ia melihat gua yang sudah ia lihat untuk ke 138 kali dia hidup kembali.

"..." Sang brunette meringkuk, membenamkan kepalanya di antara lutut. Adegan kehidupan ke 137 masih jelas di ingatannya.

Khun... Mati di depannya, ia kehilangan kendali shinsu dan kehilangan nyawa dengan konyol. Ah, Baam tidak peduli toh jika Khun mati dia tak punya alasan lain untuk mempertahankan hidupnya. Lagipula, jika dia mati... Dirinya bisa bertemu lagi dengan Khun yang hidup.

Tapi, sampai kapan dirinya terus melakukan reinkarnasi?

Ia sudah lelah, emosinya sudah tertutup dengan kestabilan mental yang rusak. Baam memang tidak terlalu memikirkannya, tapi dia bisa merasakan jika jiwanya sangat tidak stabil.

Dengan ketidakstabilan itu, jika dia berada dalam keadaan emosi berlebih. Shinsu miliknya bisa meledak kapan saja seperti bom. Menghancurkan segala sesuatu di sekitarnya dengan mudah.

Baam melihat beberapa orang FUG yang berjalan mendekatinya. Pelatihan neraka sepertinya akan segera dimulai kembali.

Jika dalam 137 kehidupan Baam selalu kehilangan orang-orang yang dia sayangi. Mengapa dia tidak merubah jalan di kehidupan 138? Toh dia tidak keberatan menjadi Slayer.

Baam tidak pernah melewati jalan FUG tanpa sahabatnya. Mungkin, dia bisa melewati semuanya tanpa seorang pun yang mati.

Karena Baam tahu, bahwa semakin dirinya tidak bahagia. Maka takdir menara akan dengan senang hati tidak merenggut nyawa sahabatnya.

Untuk kali ini, Baam akan menutup semua hatinya dan terus berperan menjadi Slayer yang ditakuti semua orang.

Sosok gelap kejam dan dingin yang hidupnya dikendalikan oleh misi layaknya boneka.

TBC

Teater kecil :

Penulis : "My baby Baam 😭😭😭"
Khun : "..."
Baam : "..."
Rak : "Ngunyah pisang cokelat."
Penulis : "Kalian karakter sial! Kenapa gak bantuin penulis yang galau gegara bikin angsty kayak gini!"
Khun+Baam : "..."
Rak : "Makan aja, Kura-kura penulis. Apalagi makan pisang."
Penulis : "..." *gelindingan di kasur*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro