Throwback Saturday: Pojok Cerita #2 Projen Heart
Yeiy, Hikma balik lagi!!!
Yes, yes! Kalian udah baca judulnya haha. Bener banget hari ini bakalan ada pojok ceritaaa:v Awas jangan makan minum dulu, entar keselek :D
By the way, minggu kemarin aku berbagi rekomendasi film fantasi disneyable, kalian udah nonton? Kalau belum boleh ditonton kembali hari ini haha. Karena ceritanya masih soal disney disney-an nih.
Oiya, aku mau curhat dikit, weekend ini weekend padet banget. Jadi nggak sempat buat nonton film huhu:( Tapi nggak papa. Kalian hari ini ada yang ikut Expert Class edisi publisis nggak? Kalau iya, see you setengah jam lagi!!^^
Dahlah, langsung aja ke opera sabunnya. Happy bengek malam minggu!
Warning: Tolong siapkan ember untuk berjaga-jaga jika saja muntah setelah membaca cerita ini. Sekian, terima sayang.
*****
Projen Heart
Pagi hari di Cenusdelle kali ini berbeda seperti biasanya. Orang-orang sibuk sejak pagi dengan berbagai bingkisan yang mereka siapkan untuk acara penyambutan pembukaan Istana siang nanti. Hari ini menjadi begitu spesial karena Istana dibuka pertama kalinya sejak upacara kematian Raja dan Ratu lima belas tahun lamanya. Kerajaan Cenusdelle akan melakukan pelantikan Ratu baru hari ini.
Di lorong istana yang sibuk dengan pelayan membawa piring-piring untuk diletakkan di aula utama, seorang gadis berlarian dengan riang sambil bersenandung.
"Cause for the first time in forever, there'll be music, there'll be light, for the first—"
"Annarion, jangan berisik!"
Nyanyian gadis berambut cokelat itu terhenti begitu suara sentakan di belakangnya menggema di lorong—membuat para pelayan buru-buru menyingkir karena merasakan udara yang tiba-tiba menjadi dingin.
"Elvanka!" Gadis itu berlari dengan riang ke arah kakaknya yang menatapnya tajam. "Kau sudah siap hari ini? Tak kusangka pintu istana kembali dibuka dan—"
Mulut gadis itu dibungkam paksa oleh Elvanka, dengan sekali jentikan jari bibir Annarion membeku. Elvanka melipat tangannya di depan dada.
"Sudah kubilang, jangan alay dan jablay seperti itu, Annarion!" bentaknya. "Apa yang kubilang kemarin? Jangan berisik."
Mata Annarion berkaca-kaca karena bibirnya sudah mati rasa menjadi es. Elvanka yang menjadi iba, kemudian menjentikkan jarinya lagi dan es di bibir Annarion hilang—meninggalkan bekas kemerahan yang membuat bibir gadis itu terlihat seperti habis disengat lebah.
"Haduh, Elvanka! Bibirku jadi jontor begini! Nggak seksi kalau ketemu pangeran tamvan nanti gimana! Elvanka jahat!" Annarion memukul manja lengan kakaknya dan berlari sambil berlinang air mata buaya.
Elvanka hanya menghela napas dinginnya. "Heran, perasaan Ayah dan Ibu nggak ngidam aneh-aneh pas hamil dia, kenapa bisa kacau gitu ya? Apa aku salah dalam mendidik? Apa dia kebanyakan nonton sinetron?"
Elvanka bergumam sendiri dan berjalan kembali ke kamarnya, untuk menenangkan diri sebelum acara pelantikannya. Elvanka menatap cermin di kamarnya yang tiba-tiba berubah menjadi es dan retak. Elvanka mundur karena kaget.
"Kau harus fokus, Elvanka! Conceal, don't feel, don't let them know ...."
Sementara itu, Annarion masih terisak di dekat jendela di atas aula utama—menyaksikan para pelayan istana sibuk mempersiapkan pesta di bawah. Sesekali dia memegangi bibirnya yang masih bengkak karena disihir menjadi beku oleh kakaknya tadi.
"Kenapa sih punya kakak kandung berasa kakak tiri! Mentang-mentang dia cantik dan punya sihir, jadi menganiaya adik sendiri," keluh Annarion.
Lagi sibuk-sibuknya melamun, Annarion teringat masa kecilnya dengan sang kakak ketika mereka hobi bermain salju sampai malam dan akhirnya orangtua mereka terpaksa menyeret mereka pulang. Tanpa sadar, bibir bengkak Annarion bergerak pelan, menyenandungkan lagu masa kecilnya yang diajarkan mendiang Ratu Cenusdelle.
"Permisi?"
"Do you wanna build a snowman?"
"Permisi, saya mau nanya toilet, bukan mau bikin manusia salju," ujar seseorang di belakang Annarion. Namun, Annarion yang sibuk melamun masih tetap bernyanyi.
"Come on let's go and play!"
"Ya ampun saya mau pipis ini!"
"I never see you anymore, come out the door, it's like you've gone away ...."
"Saya juga nggak pernah lihat Mbak, saya pingin tahu di mana lokasi toilet aja kok!"
Annarion terkejut karena sejak tadi dia pikir yang mengajaknya mengobrol adalah kakaknya. Namun ketika dia berbalik, seorang lelaki tamvan sedang menatapnya sambil merapatkan kaki dengan pose yang aneh. Seperti orang kebelet.
"Siapa kamu!" Annarion menjerit seperti tikus terjepit.
"Yah baru nanya! Dari tadi ngobrol dikira siapa!" bentak lelaki itu, masih dengan pose menahan pipis. "Mbak, beneran deh saya nanya toilet di mana? Ini istana luas banget, saya nyasar!"
Annarion sempat terbengong kemudian buru-buru menunjuk ke arah kanan. "Lurus aja, nanti belok kanan, lurus lagi, belok kiri, naik tangga, pintu kedua, terus lurus lagi belok kiri, turun tangga, nah toiletnya ada di bawah tangga."
"Anjir! Mau ke toilet aja denahnya kayak ular tangga! Oke makasih Mbak!" ujar lelaki itu sambil buru-buru lari.
"Eh Mas! Mas, nanti ngobrol yuk! Aku tunggu di sini lagi ya Mas!" pekik Annarion sebelum lelaki itu menghilang di belokan.
"Oke Mbak, kalau saya nggak nyasar ya!" balas lelaki itu sambil berlari secepat kilat sebelum pipisnya gagal ditahan lebih lama.
Annarion masih terpana pada ketamvanan lelaki itu ketika pundaknya dicolek. Dia menoleh dengan wajah marah. "Apa sih colak colek!"
Kemarahan Annarion seketika mereda ketika di hadapannya kini berdiri seorang lelaki yang lebih tamvan daripada lelaki yang kebelet pipis sebelumnya. Seketika Annarion melupakan lelaki yang kebelet tadi dan menerima sapaan lelaki tamvan di hadapannya.
"Princess Annarion?" sapa lelaki itu. "Aku sedang berjalan-jalan di sekitar sini, istananya begitu dingin ya? Padahal ini musim panas."
"Ah-ah, iya, memang istana ini cukup dingin dari dulu," ujar Annarion tersipu, meski di dalam hati ingin memaki ke Elvanka yang membuat istana ini jadi sedingin rumah di kutub utara. "Bolehkah saya tahu nama Anda?"
"Oh maaf-maaf, tidak sopan sekali saya tidak memperkenalkan diri sebelumnya." Lelaki itu mengambil tangan Annarion dan mencium punggung tangannya. "Perkenalkan saya Prince Hansdew dari kerajaan tetangga."
"Waw, seorang pangeran!" pekik Annarion, yang kemudian malu sendiri dengan ucapannya. Tiba-tiba dia teringat kalau bibirnya belum kembali dari bengkaknya dan buru-buru menutupinya.
"Iya tadi aku sedang melihat-lihat istana sebelum acara dimulai, tapi tiba-tiba aku mencium harum bunga peony dan sesuatu yang memancarkan kehangatan dari lorong ini. Ketika aku mengikutinya ternyata aku menemukanmu, Princess," ujar Hansdew dengan senyum terkembang seperti layar kapal.
Meski dalam hati Annarion dia berkata 'hilih', tapi wajahnya sumringah seperti kejatuhan durian. "Aw, so suwit banget sih Pangeran! Tapi bibirku bengkak seperti ini, apa kau tidak takut?"
Annarion yakin Hansdew sempat kaget ketika dia membuka penutup bibirnya. Namun pangeran itu masih tetap tersenyum. "Justru bibir Princess Annarion jadi lebih seksi."
"Aw, aw, aw, Pangeran bisa ajah!" Annarion tersipu malu, saking malunya sampai dia tidak sengaja melakukan hal yang malu-maluin yaitu menginjak kaki sang pangeran karena heboh.
"Maaf, aduh! Kebiasaan kalau terlalu girang nih," ujar Annarion berusaha membersihkan sepatu Hansdew, tapi Hansdew ikutan berjongkok dan tangan mereka saling bersentuhan. Mereka kaget dan saling menatap. Kemudian sebuah backsong terdengar dan ini saat yang tepat untuk ....
"HOI! NGAPAIN!"
Seruan tidak sopan barusan membuat Annarion dan Hansdew kaget dan buru-buru berdiri dengan wajah memerah. Ketika Annarion berbalik, dia menemukan manusia salju yang bisa berjalan, memiliki hidung wortel, tapi setinggi manusia sunguhan.
"Astagadragon, ada makhluk jadi-jadian!" pekik Annarion, berlindung di dada Hansdew.
"Berdiri di balikku, Princess! Akan kutebas kepala makhluk tidak senonoh itu!" tukas Hansdew, mulai menghunus pedangnya.
"Heh, kalian yang hampir berciuman di tempat umum malah ngata-ngatain aku!" ujar manusia salju itu. "Yang nggak sopan siapa! Namaku Cassolaf! Aku tangan kiri Ratu Elvanka!"
"Tangan kanan kali! Kok tangan kiri!" tukas Hansdew. "Tangan kiri mah buat cebok!"
Cassolaf terkejut dan wajahnya memerah—membuat pipinya mencair sedikit. "Iya pokoknya itu! Kamu siapa! Berani-beraninya menyentuh adik Ratu! Cepat cuci tangan!
"Emangnya najis!" teriak Annarion dari balik Hansdew dengan murka.
Cassolaf terkejut lagi. "Eh maksudnya, jauhkan tanganmu! Atau aku panggilkan Ratu Elvanka untuk membuat manusia tidak berguna ini menjadi patung es!"
"Hentikan!" Annarion maju di depan Hansdew dengan gerakan penuh drama. "Jangan berani-beraninya kau panggil kakakku! Atau kau akan kuinjak sampai rata dengan tanah!"
"Ih kok sekarang berani!" sindir Cassolaf. "Pokoknya, Princess Annarion, kau harus kembali ke kamarmu sampai acara dimulai!"
"Tidak!"
"Kembali!"
"Tidak!"
"HADUH BERISIK!"
Annarion, Cassolaf, dan Hansdew menoleh serempak. Di belakang Cassolaf, berdiri lelaki yang tadi kebelet pipis. Rupanya dia berhasil kembali ke mari untuk menepati janjinya kepada Annarion. Annarion yang sempat lupa pada lelaki itu mendadak panik.
"A-aku bisa je-jelaskan semua ini," ujarnya pada lelaki kebelet itu dengan nada orang seperti kepergok mencuri ketimun. "Dia pangeran dari—"
"Oh jadi gitu? Setiap lelaki yang kau temui meski termasuk yang kebelet pipis, kau berikan janji-janji palsu, Mbak? Aku bukan lelaki murahan seperti itu!" Lelaki itu mengibaskan poninya dengan gerakan slow motion.
"Sebentar deh," ujar Annarion, mulai menyadari keanehan. "Aku bahkan tidak tahu namamu, wahai lelaki yang kebelet."
Lelaki itu tertawa menyebalkan. "Khukhukhu .... Kau tidak tahu siapa aku? Aku adalah Kaistoff, lelaki penjual es balok paling hits di Cenusdelle. Kalian sudah subscribe channel-ku belum?"
Annarion menepuk jidatnya. "Yah, cuma jualan es balok. Kirain juragan apa gitu. Ya udah aku sama pangeran aja!" Annarion menggelayut manja ke lengan Hansdew, membuat Kaistoff murka. Dengan cepat dia menarik lengan gadis itu kasar.
"Tepati janjimu!" tukas Kaistoff kesal.
"Lepaskan akuh!" pekik Annarion manja.
"Lepaskan dia!" tukas Hansdew dengan suara diberat-beratkan, biar kelihatan berwibawa.
"Astojim, kalian drama banget!" pekik Cassolaf.
Tiba-tiba di tengah kerusuhan itu, sebuah petir menyambar dan dalam sekejap lorong itu berubah menjadi sangat dingin. Bahkan bunga es mulai muncul di dinding dan lantai lorong. Ketiga orang dan satu makhluk itu terdiam ketakutan. Suara kaki melangkah menggema di lorong itu.
"Aku tidak suka keributan. Apa ini? Kalian malah bertengkar di istanaku, aku bahkan mendengar suara kalian sampai di atap istana."
"El-Elvanka ...." Annarion menoleh gemetar ketika dirasakannya hawa dingin semakin mendekat. "A-aku ha-hanya ...."
"Annarion, sudah kubilang untuk diam! Malah berebut cowok! Dasar manja!" ujar Elvanka murka. "Cassolaf! Kenapa kau tak bisa membuat mereka tenang!"
Cassolaf terlalu takut, sampai dia mencairkan dirinya sendiri dan luber ke lantai lorong. Melihatnya, Kaistoff kaget dan hampir menjerit. Elvanka menatap ketiga manusia di hadapannya.
"Kalian akan kuhukum karena sudah berisik dan mengganggu aku yang bersiap untuk pelantikan menjadi Ratu. Sekarang kalian tidak bisa lagi bicara sampai acaraku selesai!"
Elvanka menjentikkan jarinya dan bibir ketiga orang itu berubah menjadi es. Annarion menjerit dalam hatinya karena dia harus merasakan bibirnya bengkak dua kali lipat dari sebelumnya karena dikunci dengan es. Dalam sekali jentikan, Elvanka membuat lantai lorong menjadi es dan licin sehinga mereka bertiga terpeleset masuk ke dalam salah satu ruangan di lorong itu. Dengan jentikan tangan satunya, pintu ruangan itu terkunci rapat dan membeku.
"Nah, dengan begini mereka akan diam sampai acaraku selesai." Elvanka menghela napas dinginnya. "Sampai mana tadi? Oh ya aku harus menentukan sepatu yang akan kupakai untuk berkeliling desa besok."
Elvanka melangkah dengan angkuh sambil mengibaskan rambut peraknya, mengacuhkan ketiga orang yang sibuk menggedor pintu di belakangnya. Akhirnya Elvanka bisa hidup tenang setelah itu. Cerita berikutnya bersambung ketika ketiga manusia itu sudah tobat dari dosa-dosanya.
~the end~
AWOKWOKWKOWOKW
Udah muntah?
Gimana-gimana Pojok Cerita#2? Seru nggak? Kalau ada sesi #3 ada yang mau rekomen dongeng apa yang cocok buat dioperain lagi? Komen sini ya bun :D
Yang udah ikutan Project Birthday-nya Sellina, terima kasih banyak!! Pantun kalian keren keren dan bikin ngakak haha. Saatnya pengumuman aja kali ya~
Hayo tebak, siapa kira-kira pemenangnya kali ini?
JENG
JENG
JENG
*DRUM ROLL*
JENG
CONGRATULATION @ariiyah12!!!
Untuk pengambilan hadiah bisa langsung dm instagram @_tbtworld ya^^
Cie dapet buku plus merch dari Bentang Belia!
Sebelum Hikma tutup nih, kalian ada rekomendasi film/drama yang keren buat aku cobain tonton nggak? Komen di sini ya~ Lagi mau marathon film/drama nih sebelum UTS menyerang :"D
Jaaa, sampai jumpa sabtu depan! See you~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jangan lupa follow IG kami yah!
@_tbtworld // @ranevadewi // @iirhikma_
Supported by :
1. @wattpad_storyyyy
2. @catatanwattpad_id
3. @wattpad.diary
4. @wattpadandmovie
5. @wattpadquotes_id
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro