Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

015. Date Me

"Crystal?" Edward menyadari keberadaanku sehingga ia melangkah menghampiri kami. Sorot matanya menatapku dari atas ke bawah, sebelum akhirnya kembali berkata, "Kupikir kau masih dalam suasana berduka, sampai tidak bisa membalas chat-chat-ku."

Memberikan tatapan tajam, aku melilitkan kedua lengan di bawah dada. "Harus kukatakan sekali lagi bahwa aku tidak ingin berurusan denganmu."

"Tapi urusan kita belum benar-benar selesai, Sayang."

Ia mengulurkan tangannya, ingin memelukku. Namun, aku segera menghindar dan Hyunjin ... aku tidak menyangka dia akan mencengkram pergelangan tangan si brengsek Edward kemudian memutarnya, hingga lelaki itu merintih kesakitan.

Berlebihan, tetapi aku menyukainya. Terasa seperti dilindungi.

"Fuck!" Edward meringis, sambil memegang pergelangan tangannya yang tentu terasa sakit kemudian ia meludah. "Aku akan membayarnya," lirihnya lalu melangkah memasuki kediaman Mr. Smith dan ....

... dan tatapan terkunci pada satu sosok.

Sosok yang mengenakan setelan sporty, sedang menggandeng seorang wanita dengan penuh kebahagiaan.

Aku meneguk saliva yang tiba-tiba saja jadi sekeras batu lalu meraih tangan Hyunjin. Entah bagaimana embusan angin di musim panas ini terasa sangat dingin, hingga membuat sekujur tubuhku menggigil.

Oh, Jesus, aku benar-benar tidak ingin bertemu dengan Mr. Will sekarang. Aku sungguh tidak ingin dia tahu bahwa ... aku masih hidup.

"I'm sorry, Darl." Justin mengembuskan napas kasar di saat dia tahu arti dari sikapku dan Hyunjin kepada Edward. "Aku tidak mungkin bisa menghentikan mantan kekasihmu karena ibunya, adalah pemilik acara. Aku juga tidak tahu kita akan bertemu di sini."

"Aku mengerti, tapi--"

"Oh, kuharap tidak ada pertumpahan darah di sini."

"Itu tidak akan terjadi karena ...." Aku menoleh ke arah Hyunjin, sembari menggenggam tangannya erat. "Aku tidak yakin akan datang lagi besok."

"Apa karena Edward?" Justin menatapku dengan tatapan menyelidik, tetapi kedua alisnya pun turut menyatu. "Aku sungguh tidak bermaksud membuatmu merasa tak nyaman, Baby. Seharusnya Aiden memberitahumu, tapi dia sedang bepergian bersama ...."

"Tidak masalah, Justin. Sorry," sela Hyunjin sembari menggeser tubuhnya menjadi sedikit berada di depanku. "Sepertinya dia hanya kurang sehat."

Justin mengedikkan bahu kemudian merogoh tas ranselnya dan--seperti biasa--dengan mudah memberiku benda yang termasuk dalam kategori berharga. "Ambillah dan jangan abaikan panggilanku. Kau tahu menghubungi melalui Aiden bukanlah ide yang bagus." Lalu ia menoleh ke arah Hyunjin. "Dan kau, jangan cemburu denganku karena aku tidak tertarik dengan perempuan. I'm gay."

Hyunjin hanya tersenyum kecil dan setelah Justin memberikan ciuman singkat di pipi, kami pun pergi meninggalkan kediaman Mr. Smith dengan--terpaksa--melewati Mr. Will.

Yang mana terus terang saja, aku berusaha mengabaikan keberadaan Mr. Will. Namun, tatapan pria tersebut terasa begitu menusuk bahkan berhasil mengintimidasi, sampai membuatku kesulitan bergerak sebab teringat bagaimana air yang teramat dingin itu mengikat seluruh tubuhku.

***

Ponsel baru yang diberikan Justin ternyata bisa langsung digunakan. Oleh sebab itu setelah tiba di rumah Bibi Jasmine, aku bergegas menelepon Justin sekadar memberitahu bahwa kami telah sampai dengan selamat, serta menghubungi Aiden untuk memastikan apa mereka akan menginap atau tidak.

"Paman Jack ternyata mengajak kami untuk kemping dan aku tidak mungkin menolaknya karena, Mac diam-diam merencanakan perburuan. Aku juga lupa mengatakannya padamu sebab berenang seharian, sambil menombak ikan," jelas Aiden ketika aku menuntutnya, tentang mengapa dia baru memberitahuku sekarang.

"Baiklah, katakan saja pada Bibi Jasmine dan Paman Jack bahwa malam ini aku adalah penguasanya. Jangan terkejut jika pulang nanti, kalian akan menemukan hal di luar nalar."

Aiden terkikik. "Memang apa yang ingin kau lakukan? Pesta liar, memanggil arwah, atau bermain jumanji? Ah, tapi kau sudah dewasa kenapa aku harus mengkhawatirkanmu?"

"Brengsek, aku akan menutup teleponnya sekarang." Lalu aku memutuskan panggilan kemudian menyimpan ponsel di saku celana, serta mengubah posisi berdiri menjadi berhadapan dengan Hyunjin.

Akan tetapi, belum sempat aku bergeser sedikit pun sepasang lengan tiba-tiba melingkar di tubuhku, serta meletakkan dagunya di bahu kananku. Merapatkan tubuhnya di tubuhku.

"Apa aku boleh meminta beberapa permintaan, Crystal?" tanya Hyunjin terdengar lembut di telinga, hingga membuatku sedikit tergelitik. "Reaksimu saat melihat pria itu sungguh membuatku khawatir, sehingga aku tidak ingin terlambat lagi."

Beberapa permintaan, katanya?! Apa salah satunya adalah menginap? Apa dia ingin menginap dan tidur bersamaku?

Aku mengerjapkan kedua mata, di saat batinku langsung bertanya-tanya, tentang permintaan apa yang mungkin diinginkan Hyunjin. Sekarang kami hanya berdua saja, kami tidak sedang mengencani orang lain, dan secara alami kami telah semakin dekat, dia juga mengetahui perasaanku padanya jadi jika sudah seperti ini apakah memungkinkan Hyunjin akan ... mengajakku berhubungan seksual?

Oh, hawanya tiba-tiba menjadi sangat panas. Bahkan membuat bulir-bulir keringat membasahi keningku dan aku tahu bahwa kali ini, pipiku pun benar-benar merona dengan kedua mata berbinar serta napas yang memberat. Ini adalah tanda aku siap bercinta. Tanda yang dulu sering kurasakan, sejak pertama kali melakukan aktivitas tersebut bersama Edward.

Aku menelan salivaku kemudian masih di dalam pelukan Hyunjin, kepalaku mengangguk. "Masuklah dan bicara di dalam," kataku dengan suara yang terdengar serak, sambil meraih tangan kanan Hyunjin lalu membawa pria itu ke dalam rumah Bibi Jasmine.

Menutup pintunya, serta menguncinya dari dalam setelah menyalakan lampu dan ....

... aku memeluk Hyunjin, menempelkan bibirku di bibirnya, serta memberikan pria itu ciuman dengan kesan dalam nan lembut. Tahu bahwa ini adalah tindakan yang agresif, aku menahan diri agar tidak menciumnya secara berlebihan.

Sampai akhirnya kurasa tidak ada balasan, aku memutuskan untuk menarik diri dan melangkah mundur. Menjauhi Hyunjin. "Sorry, aku tak seharusnya melakukan ini," kataku sambil melilitkan kedua lengan di bawah dada, serta menggaruk pelan bagian sikunya saat perasaan gugup mulai mencoba mengusai.

Terus terang, aku tidak berani menatap Hyunjin sehingga hanya mampu mengamati lantai, seakan sedang menyusun rencana untuk menangkap jajaran jajaran semut yang mengerubungi remahan biskuit. Oh, menyebalkan! Rumah ini ditinggalkan dalam keadaan berantakan.

Aku menarik napas panjang kemudian mengembuskannya ketika menyadari betapa canggung keadaan kami berdua. Padahal sebelum aku menyatakan perasaanku pada Hyunjin, pria itu telah terlebih dahulu menciumku lalu semua berakhir biasa saja.

Apakah karena sekarang aku meletakkan perasaan?

Apakah karena sekarang aku telah terjebak dalam pesonanya?

Atau karena sekarang aku selalu memikirkan Hyunjin, sehingga sikap kecilnya pun memberikan kesan yang berarti?

Seriously, aku akan gila jika terus seperti ini.

"Hyunjin--"

"Berkencanlah denganku," sela Hyunjin yang saat itu juga membuatku terbelalak dan menjatuhkan rahang ke lantai, jika bukan rahangku bukan ciptaan Tuhan.

Apa aku tidak salah dengar? "A-apa?" Ya, Tuhan, aku bahkan kesulitan untuk berkata-kata. "Tapi k-kau baru saja me-nolakku." Tenanglah, Crystal, ini bukanlah pengalaman pertamamu!

Hyunjin mengangguk. "Benar, tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku," ujar pria itu sembari menghampiriku dan meraih kedua tanganku. "Ketakutanku adalah kehilanganmu karena kematian, tetapi aku juga tidak bisa melihatmu bersama pria lain. Terus terang, selama tiga kali kehidupanmu, aku telah menahannya dan itu sangat menyakitkan."

Oh, my God. Aku mengerjap lagi, merasa tidak percaya perkataan Hyunjin. Aku tahu kehidupanku menjadi tidak biasa sejak pertemuanku dengannya, tetapi aku tidak menyangka bahwa reinkarnasi itu sungguh ada. Maksudku, berapa kali aku mengalami kematian? Apakah terulang puluhan kali atau bahkan ribuan? Well, hanya Hyunjin serta pemilik semesta yang mengetahuinya.

"Aku ... benar-benar ... terkejut, tapi ...." Aku menarik napas panjang berusaha menenangkan diri, agar mampu berbicara normal. "Kau sudah tahu bagaimana perasaanku, so ...."

Hyunjin menyunggingkan senyum kemudian meraihku ke dalam pelukannya dan aku ... tentu saja membalas pelukan hangat itu, sambil menghirup aroma musim semi yang mengudara dari tubuh tegap tersebut.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro