Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

✴Memory |3|

"Apa anda pernah melihat anak ini?"

Tuan Jeon memperlihatkan sebuah foto Jimin kepada Tuan Kim—ayah si bocah perempuan yang dua minggu lalu telah bertemu dengan Jimin di sebuah taman bermain.

"Apa maksud kedatangan anda kemari?" tanya Tuan Kim, pasalnya Tuan Jeon tidak mengatakan apapun padanya perihal maksud kedatangannya ke kediamannya.

"Dia putra tunggal pemilik Park Group. Dia sudah menghilang sejak dua minggu yang lalu. Kebetulan, dia pernah bertemu dan terlihat berbincang dengan putri anda saat di taman bermain, bahkan tanpa sepengetahuan siapapun, ia mengikuti putri anda sampai kesini, hingga akhirnya menghilang." Tuan Jeon menjelaskan.

Awalnya, raut wajah Tuan Kim masih terlihat biasa saja, namun saat mendengar perkataan terakhir dari penjelasan Tuan Jeon, raut wajahnya terlihat marah. "Jadi—dia orangnya?"

Alis Tuan Jeon mengerut samar. "Maksud anda?"

"Dahyun—putriku—keluar rumah pada pukul sebelas malam. Dahyun sepertinya mengikuti kemana perginya lalu kembali pada tengah malam sambil menangis dan dengan keadaan mentalnya yang sangat buruk."

"Benarkah? itu artinya—putri anda tahu tempat dimana Jimin disembunyikan?"

Tuan Kim menatap Tuan Jeon geram. "Kalaupun putriku tahu, aku tidak akan membiarkannya memberitahumu. Putriku sudah sangat menderita sejak kembali dari tempat itu, aku tidak ingin dia kembali mengingat kejadian buruk itu."

"Jadi—putrimu tahu dimana anakku disembunyikan?"

Begitu suara yang terdengar sangat lemah dan putus asa itu mengudara, kedua pria berkepala empat itu mengalihkan atensinya, hingga mendapati seorang pria bermarga Park itu—ayah Jimin—yang sudah ada diambang pintu.

*

Dari luar, Dahyun kecil mungkin terlihat sangat tenang dan damai—padahal, jika dilihat dari dalam, ia terlihat begitu kesakitan karena menanggung beban dan trauma yang ia dapatkan dua minggu lalu.

Ya, dihari saat mereka pertama kali bertemu, sebenarnya Dahyun sudah tahu kalau bocah yang ia anggap bernama Chimin itu terus mengikutinya.

Ia pikir, Chimin akan pergi saat matahari sudah tenggelam, namun saat dia melihat ke arah jendela—tepat pukul sebelas malam setelah kedua orang tuanya menyanyikan lagu tidur untuknya—ia melihat Chimin masih duduk di depan pagar rumahnya.

Karena penasaran dan khawatir, akhirnya diam-diam Dahyun keluar dari rumahnya tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. Awalnya, Dahyun ingin menyapanya dan bertanya kenapa mengikutinya hingga menunggu diluar rumahnya selama berjam-jam, namun Jimin malah berjalan ke arah utara, menuju hutan. Jadi—Dahyun mengikutinya.

Insting seorang anak kecil yang gemar menonton animasi detective conan itu bekerja saat retinanya menangkap bayangan manusia yang mengenakan topeng di wajahnya membawa Jimin masuk ke dalam hutan. Kaki kecilnya terus melangkah, semakin cepat dan gesit hingga sampai di sebuah gedung tua yang terlihat sangat menyeramkan.

Dengan kaki yang bergetar, Dahyun memasuki gedung itu, napas memburu menahan takut. Ia mengepalkan kedua tangannya erat, berjalan sepelan mungkin supaya wanita itu tidak menyadari keberadaannya, namun langkahnya langsung terhenti begitu retinanya menangkap sesuatu yang sangat mengerikan.

Disana, didepan matanya, seorang pria dewasa di gantung terbalik dengan leher yang nyaris putus. Wajahnya hancur dengan salah satu matanya yang melotot keluar.

Dahyun menjerit ketakutan. Ia menutup kedua telinganya yang tiba-tiba berdengung hebat. Ia jongkok, dengan seluruh badan yang terus bergetar ketakutan hingga bekeringat dingin. Bayangan wajah pria itu terus terlintas dibenaknya.

"Eomma—Dahyun takut," lirihnya sambil terisak. Sekitar sepuluh menit, Dahyun masih terus menangis ketakutan—sampai seseorang tiba-tiba mengelus rambutnya pelan.

"Kau tahu kalau mengikuti seseorang itu adalah sebuah kejahatan?"

Isak tangis Dahyun perlahan berhenti. Ia mendongak, mendapati seorang wanita cantik yang tengah tersenyum kepadanya.

"Pergilah—aku akan melepaskanmu untuk kali ini," ucap wanita itu.

"Di—dimana Chimin?" tanya Dahyun dengan wajah basah penuh air mata.

"Dia sedang bersenang-senang." Wanita itu berkata sambil kembali mengelus rambut Dahyun. Ia juga menghapus linangan air mata di wajah Dahyun dengan tangannya.

"Pergilah."

"Tidak mau! hik—aku ingin bertemu Chimin," ujar Dahyun polos.

Wanita itu menggeram kesal hingga tanpa sadar menekan kedua pipi Dahyun dengan keras.

"Kau ingin bertemu Jimin?" Dahyun mengangguk, namun air matanya kembali mengalir perlahan seiring dengan tangan wanita itu yang terus menekan pipinya.

Wanita itu tersenyum iblis, ia mengulurkan tangannya ke belakang tubuh Dahyun, meraih kepala pria yang di gantung itu dengan tangan kosong lalu menarik dengan keras hingga kepala pria itu putus.

Dahyun menjerit.

"Pergi sekarang juga atau—" Wanita itu tersenyum, ia  menunjukan kepala yang telah putus itu pada Dahyun. "kau ingin bernasib sama seperti pria malang ini?"

•🍒•

Sejauh ini
WDYT(?)
P.s. if you want double up today, give me 20 comment pliss :) or tag temen kalian yg suka sama dahmin, siapa tau mereka juga tertarik baca ini hehe. Biar seru aja gitu banyak yg bacanya jadi aku semakin semangat upnya ok?
Thankseuu💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro