Please, Listen?
Kageyama terdiam di kursinya.
Menatap kosong karaage di depannya. Berkali-kali hembusan nafas terlontar dari bibirnya. Bokuto yang duduk di sampingnya hanya meliriknya sekilas, lalu melanjutkan melahap potongan-potongan karaage dan salad.
Akaashi ikut mendesah. Khawatir dengan Kageyama, kesal dengan Bokuto. Kenapa si rambut perak itu masih bisa-bisanya tenang makan saat suasana di rumah itu sedang runyam?
Akaashi mengambil gelas, meneguk sedikit sake yang sempat dibeli Bokuto tadi. Tak lama ia terdiam, merasakan sesuatu. Perlahan ia menoleh, dan tersenyum.
Di hadapannya kini berdiri bocah oranye yang tadi. Samar terdengar bunyi riuh dari perutnya. Akaashi semakin tersenyum. Ia coba mengusap pucuk jingga sang bocah. Hinata membiarkan tangan lebar
Akaashi mengusap ujung kepalanya.
“Hinata lapar ya?” Tanya Akaashi.
Bokuto yang sedang minum tersentak kaget. Hampir saja sake di mulutnya tumpah. Lain lagi Kageyama, ia sontak mengangkat kepalanya dan menatap Akaashi dan Hinata bergantian.
“Um..” Bocah itu mengangguk pendek. Disertai dengan getaran suara kecil dari kerongkongannya.
“Yuk, duduk dulu..” Akaashi menuntun bocah itu untuk duduk di samping Kageyama. Sejenak bocah itu meronta tak mau. Namun, entah bujukan apa yang dibisikkan Akaashi, bocah itu akhirnya menurut dan duduk manis di sana. Walaupun dengan muka yang masam.
“Hinata, mau makan apa?” Tanya Akaashi lagi. Sejenak mata Hinata menyusuri meja makan. Menatapi satu-satu hidangan yang ada.
Akhirnya tangannya terulur pada seember karaage dan jus jeruk. Akaashi mengerti. Segera pria itu mengambil piring, meletakkan beberapa karaage, salad, saus, dan menyodorkannya ke Hinata.
Hinata mengernyit sambil menunjuk potongan selada, timun, dan tomat yang ikut terselip di makanannya. Akaashi yang sedang menuang jus, tertawa. Meletakkan jus itu di samping piring dan berkata lembut.
“Ini salad.. ada selada, timun, tomat, dan juga mayonnaise..” Akaashi yang melihat anak itu menggeleng, melanjutkan, “Hinata nggak suka? Eh.. padahal rasanya enak banget lho… kan kalau belum dicicip belum tau rasanya..” Akaashi tersenyum untuk kesekian kalinya.
Bokuto menegak lagi sake-nya. Ia tersenyum singkat melihat Akaashi yang tengah membujuk Hinata untuk makan sayuran. Meskipun Akaashi selalu bertampang datar dan seperti pemarah, namun sebenarnya hatinya sangat lembut seperti seorang ibu, dan senyumannya sangat manis seperti malaikat.
Yah, mungkin itu yang Bokuto pahami dari Akaashi. Dan ia semakin jatuh hati pada partner kerjanya ini.
“Ayo Hinata, semuanya bagus untuk kesehatan lho.. lihat ya, akan kumakan…” Akaashi mengambil sesendok salad dan langsung melahapnya di depan Hinata yang bergidik ngeri melihat benda-benda yang tergolong makanan-yang-dibenci-anak-anak itu terkulum di dalam mulut Akaashi.
“Enak!” Seru Akaashi. Sekali lagi ia membujuk anak itu.
Perlahan tangan Hinata merangkak mengambil sendok, menyendok sebuah potongan tomat, mendekatkannya ke kedua belah bibir kecilnya, dan dalam sekali nafas ia mengunyah bongkahan kecil tomat itu dengan nafas tertahan. Matanya menutup, alisnya mengernyit, takut merasakan sesuatu yang buruk.
Namun dalam tiga kali kunyahan, kernyitan itu hilang. Matanya terbuka perlahan. Mulutnya lebih konstan mengunyah. Tomat itu sudah halus, dan meluncur manis ke lambungnya.
“Bagaimana?” Tanya Akaashi yang geli melihat tingkah si bocah.
“E..-enak..” Hinata berbinar. Akaashi tertawa.
“Enak, kan? Nah, sekarang habiskan…” Akaashi sekali lagi mengusap pucuk jingga itu. Ia kembali duduk di bangkunya.
“…Paman.. siapa..?” Bocah kecil itu kembali bersuara.
“Aku?” Akaashi menunjuk dirinya. Hinata mengangguk kecil.
“Aku dan orang yang tak tahu diri di sebelahku ini teman Kageyama.” Bokuto yang sama sekali tidak peduli daritadi pada apa yang Akaashi kerjakan menoleh protes.
Hinata yang mendengar jawaban itu hanya meng-o-kan mulutnya. Akaashi melirik Kageyama yang sedaritadi diam melihat mereka. Ada rasa puas di wajah Kageyama, walau rasa kecewa dan sedihnya tak berkurang banyak.
“Hinata..” Bocah itu mengangkat sedikit kepalanya. “Setelah ini, Kageyama akan mengatakan sesuatu padamu, jadi… tolong didengarkan, ya?” Hinata tersentak.
Ia langsung menoleh ke Kageyama yang kikuk, menatapnya dengan tatapan menyelidik, ‘serius?’
Kageyama tersenyum sambil mengangguk pelan.
"Iya..."
🎄🎄🎄
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro