Bab 5 - Kenangan Sekolah!
Selamat Membaca
"Jas sekolah?" tanya Rayyan menoleh pada Azmi.
"Masa jas sekolah? Bukannya tadi aku memakai jaketku sendiri?"
Matteo melotot tak terima dengan ucapan Azmi, namun Rayyan langsung menahan bahu Matteo. Mencoba agar Azmi tak mendapat amukan dari Matteo.
Rayyan menoleh pada Azmi, menunggu reaksi sahabatnya. Karena Rayyan sangat yakin, Azmi bukan orang ceroboh yang akan memberikan jas sekolah pada orang yang bukan santri Pesantren Darul 'Ulum Albaar.
Tapi, saat Rayyan melihat tatapan Azmi, untuk pertama kalinya, Rayyan dan Matteo mengetahui bahwa seorang Azmi pun bisa melakukan kecerobohan.
"Astaghfirullah, aku lupa kalau itu jas sekolahmu, Matt."
>>>
Kini ketiga pemuda yang akan segera genap menjadi kelas dua belas, berkumpul di ruangan yang memiliki empat kasur dengan empat meja belajar dan empat lemari. Bisa kalian tebak, mereka sedang di mana sekarang.
Betul sekali, mereka di kamar tercinta, terletak di Asrama Putra Abu Bakar Ash Shidiq. Asrama yang dikenal memiliki paras yang cukup menjadi bagian cuci mata bagi para santriwati, sayangnya santriwati tak ada yang berani menatap lama pada lawan jenisnya, semua itu karena perintah Azmi.
Namun kali ini, salah satu peraturan yang telah Azmi buat, harus membuat Azmi mau tidak mau menerima konsekuensinya. "Wajib mengenakan seragam lengkap saat berada di lingkungan sekolah. Terus nasibku gimana, Mi?" protes Matteo setelah mengingatkan peraturan yang ditetapkan yayasan.
Azmi memijit pelipisnya, salah satu bukti bahwa dia pun membutuhkan waktu untuk mencari solusi masalah dari Matteo. Tidak mungkin hanya karena satu jas sekolah, Azmi harus menghapus peraturan tersebut. Tapi lebih tak mungkin jika Azmi memberi jas sekolahnya, karena jas sekolahnya memiliki name-tag nama lengkapnya.
"Rayy, kamu ada saran?" tanya Azmi pada Rayyan.
Rayyan yang baru saja merapihkan pakaian Azmi ke lemari, kemudian duduk di ranjangnya. "Kita memang tak mungkin menghapus peraturan itu," ucap Rayyan membuat Matteo semakin cemberut.
"Tapi, aku mungkin bisa memberi surat kompensasi, dengan alasan Matteo sedang menunggu jas barunya."
Azmi mengangguk setuju, memang hanya pihak Osis yang berhak memberi surat kompensasi. "Kau ben—"
"Tapi surat kompensasi itu hanya bisa membuatku mengikuti pelajaran, sedangkan ketika ada operasi penertiban seragam, masih membuatku harus kena hukum," keluh Matteo.
"Ya bagaimana lagi, tidak mungkin bukan gadis yang mendapat jas dari Azmi tiba-tiba mendatangi pesantren?" ucap Rayyan yang membuat Azmi dan Matteo langsung menatap horor, seolah ucapan Rayyan bagai mala petaka.
"Kenapa dengan wajah kalian?"
"Tarik ucapanmu Rayy, aku masih cukup waras untuk tidak mengharapkan cabe geprek itu masuk pesantren," ucap Matteo.
oOo
June, 2019
Setelah Riana membatalkan ujian akselerasi yang seharusnya Skyla jalani, agar tahun depan anaknya bisa mengambil kelulusan sekolah. Dan tak lupa, Skyla juga mendapat hukuman dilarang membawa mobil sendiri, sebagai hukuman karena telah merusak mobil.
Skyla kini hanya menjalani ujian kenaikan kelas dua, karena sekolah incaran Skyla tak memiliki sistem akselerasi. Sangat disayangkan, tapi Skyla tak begitu peduli, baginya yang terpenting adalah mengejar sosok malaikat tanpa sayapnya.
Skyla telah selesai dengan ujian mata pelajaran terakhir, dia kemudian meletakkan lembar jawabnya ke meja guru. Setelah itu dia membalikkan tubuhnya, tersenyum melihat ekspresi temannya yang kesulitan mengerjakan soal ujian.
"Mungkin ini menggangu kalian, tapi aku hanya ingin mengucapkan terima kasih udah jadi teman satu tahunku di sekolah ini. Aku pamit dulu."
Setelah mengatakan itu, beberapa temannya menghentikan kegiatan menulis jawaban menatap heran pada sang biang onar yang tumben sekali menggunakan kalimat yang cukup sopan sebagai teman sebaya.
Sedangkan sang guru pengawas memilih menghela napas, karena dia sudah mendengar perihal anak didiknya itu memilih membatalkan rencana akselerasi dan akan segera pindah sekolah. Sangat disayangkan bukan, gadis sepintar Skyla harus pindah.
"Karena hari ini adalah hari terakhir Skyla, bagi kalian yang bisa cepat selesai mengerjakan ujian, kalian bisa cepat membuat kenangan terakhir dengan Skyla."
"Pak Guru," ucap Skyla tak menyangka gurunya bisa memberi toleransi padanya. Padahal, niat Skyla dia harus membuat kenangan yang wah sebelum pergi meninggalkan sekolahnya.
"Sudah sana keluar, sekali lagi kamu mengganggu jalannya ujian. Tidak ada toleransi lagi."
>>>
Skyla sedang menunggu ibunya sambil duduk di taman sekolah, yang kebetulan akan menjadi tempat terakhir dia mengenang kebersamaannya dengan teman sekelasnya.
"Lu yakin La, mau pindah sekolah?"
Skyla menatap pemilik suara itu, menurut kabar yang di dengar Skyla, temannya itu berhasil memberi pukulan telak pada Brian membuat lelaki yang berstatus mantan pacar itu harus terbaring di rumah sakit. Padahal, Skyla tak memiliki niatan untuk membiarkan temannya harus ikut campur.
"Iya La, emang lu nggak nyesel melepas pendidikan akselerasi lu itu?"
Akselerasi ya. Dulu saat Skyla masih menjadi pacar Brian, dia dengan semangat mengejar pendidikan lompat kelas, demi bisa mengejar pacarnya lebih cepat. Dia bahkan sudah bertekat akan menjadikan Brian sebagai calon suaminya.
Tapi, berkat pemandangan di konvoi kelulusan tahun ini, mata Skyla benar-benar dibuka. Ternyata, sosok yang dicintainya selama ini, telah memilih bersama Ratna. Patah hati sih, tapi karena Allah SWT telah mengirim malaikat super tampan, akhirnya dua kata tadi tak begitu mempengaruhi perasaannya.
Tak ingin larut dengan pemikirannya sendiri, Skyla pun mulai membuka mulutnya mencoba memberi jawaban pada teman-temannya. Namun ternyata salah satu temannya kembali angkat suara. "Lagian ya La, kalo elu keluar, candangan contekan buat kita makin berkurang."
"Nah betul tuh, apa lagi di kelas kita, Cuma elu yang nggak pelit kasih contekan."
Tak. Tak. Tak.
Skyla dengan semangat menjitak kepala teman-temannya. "Dasar murid pemalas, gue kasih jawaban buat kalian bukan berarti kalian nggak perlu belajar! Inget ya, nakal boleh. Tapi malas jangan!"
Seluruh temannya mulai mengusap kepala mereka, mungkin jitakan dari Skyla cukup bisa membuat mereka kesakitan. Tapi Skyla tak peduli, toh mau jadi apa mereka kalau setiap ujian selalu mengandalkan contekan. Walau itu salah Skyla juga yang terlalu baik hati memberi jawaban.
EHEM.
Deheman dari Riana, membuat Skyla kembali menarik ranselnya. Itu adalah tanda bahwa Skyla harus segera meninggalkan sekolahnya, dan berpindah ke tempat yang menjadi incarannya. "Gue pergi dulu ya. Inget, kalo liburan datang ke rumah, kita adain bakar-bakaran."
"Bakar-bakaran apa?"
"Bakar-bakaran sampah tetangga gue," jawab Skyla santai membuat teman-temannya mengangguk paham. "Ya bakar-bakaran ayam atau daging lah."
"Ila, jangan galak-galak sama temenmu sayang. Masa hari terakhir sekolah malah ditutup dengan hal ini."
Skyla tersipu malu mendapat nasihat dari Mamahnya di depan temannya. "Iya Mah, Ya udah gue pergi dulu ya."
"Hati-hati ya La," seru mereka.
>>>
Skyla menggeser layar ponsel yang menampilkan kebersamaan dirinya dengan seluruh teman-temannya, ada saat dia pertama kali membolos karena terlambat di hari senin. Kemudian mereka membolos ke kolam ikan milik Pak Lurah, dan memancingnya. Hingga Kepala Sekolah harus meminta maaf atas sikapnya dan beberapa teman.
Lalu, ada saat dia baru pertama kali di belikan ponsel, saat itu dia begitu bahagia hingga mendownload game mobile legend. Hanya karena dia ditantang mabar dengan kakak kelas, Skyla kembali membolos dan akhirnya bisa menang. Sayangnya, akibat hal itu, Skyla dilarang menggunakan handphone selama seminggu.
"Ila ingat ya, kalo di pesantren harus sering kabari Papah."
Skyla menganggat wajahnya, dia menyimpan ponselnya ke saku kanan. Kemudian tangannya berpegangan pada dua kursi depan, sedikit memajukan tubuhnya agar bisa melihat wajah kekhawatiran dari Papahnya. "Ciyee, Papah. Ila belum masuk pesantren tapi Papah udah kangen aja sama Ila," ledek Skyla.
"Ila, duduk yang bener. Pakai sabuk pengaman, itu bahaya sayang," nasihat Riana yang langsung dipraktekkan Skyla.
Gadis itu kemudian kembali ke posisi amannya, duduk manis dengan seat-bell yang telah terpasang. Bibir merahnya mulai mengukir sebuah senyum, dia tak sabar untuk segera bertemu dengan pemilik jas sekolah yang masih tersimpan rapih di kopernya. 'Gue makin nggak sabar ketemu anugerah kiriman dari Tuhan," batin gadis itu.
TBC
Assalammualaikum, maaf saya telah update.
Jadi, bagaimana menurut kalian setelah membaca bab ini?
Salam
Lody
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro