Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 01: Waktu Zuhur

[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]
☔️☔️☔️

"Sebab amal yang paling dicintai Allah adalah salat pada waktunya."
☔️

Sial!

Setelah aku berdesak-desakan pada saat check-in, berkejar-kejaran dengan waktu, ternyata pesawat yang aku tumpangi mendadak mengalami delay. Hujan yang tiba-tiba saja turun dengan derasnya di luar sana membuat seluruh aktivitas penerbangan ditunda.

Aku terus berdecak, betapa sialnya nasibku hari ini. Waktu seperti mempermainkanku, alam sedang tidak berpihak. Kurebahkan diri ini dengan pasrah di atas kursi panjang yang menghubungkanku dengan penumpang lainnya. Sebagian sama sepertiku, mengeluh dengan keadaan menunggu.

Sembari mendengkus kesal, tak sengaja aku mendengar percakapan seorang ibu muda via telepon yang berada dua space dari tempat dudukku, suaranya begitu jelas hingga dengan mudah aku dapat mendengarnya. Paling tidak, aku mengetahui ibu muda itu sedang menelepon keluarganya yang ada di Bandung, katanya di sana juga sedang hujan, namun tak sederas di sini.

Sekarang Indonesia tengah memasuki musim hujan, dan sebagian wilayah telah mempersiapkan payung dan mantel. Sedangkan aku, harus melatih hati agar terbiasa sabar, suatu hal yang masih sulit aku terapkan dalam kehidupan.

Menunggu adalah hal yang paling tidak aku sukai. Apalagi ketika sedang bepergian seorang diri, tak ada teman bicara dan hanya sibuk bermain sosial media. Berulang kali aku melihat-lihat postingan instagram, menonton singkat video anime berdurasi lima belas menit—dari kecil aku suka nonton anime, meski dilarang oleh Abi dan Umi, aku tetap keras kepala menonton kartun khas jepang tersebut di dalam kamar tanpa sepengetahuan mereka—yang membuatku semakin bosan berada di sini. Ditambah lagi kaca transparan bandara yang mempertontonkan rintik hujan yang turun dengan derasnya. Ahh, desahku lagi.

"Mas ...," tegur seseorang dari depanku. "Kenapa?"

Bola mataku sontak tertuju pada suara nyaring tersebut, namun kepalaku masih menunduk ke handphone.

Melihat perempuan asing berjilbab merah dengan wajah semringah membuatku mengerutkan alis. Aku menoleh ke samping kiri dan kanan, juga belakang, apa mungkin perempuan ini menegur orang lain? Sebab aku tidak mengenalinya,

Aku memperbaiki posisi duduk, kutegakkan sedikit badanku dan tidak mengindahkan perempuan itu. Lag-lagi, ia bertanya, "Mas nggak salat?"

Mataku kembali meliriknya. "Ini sudah waktu zuhur, loh," lanjutnya lagi.

Untuk kedua kalinya kepala ini melirik kanan, kiri, belakang, dan ketika aku menoleh kembali, aku menjawab, "Maaf, mba bicara dengan siapa?"

"Dengan tembok." Ia tersenyum "Ya, dengan antum, lah. Situ muslim, 'kan?"

Aku tersenyum hambar. "Iya. Terus kenapa?" ketusku.

Wajar saja aku bersikap dingin. Maksudnya, aku sama sekali tidak mengenal perempuan yang memakai hijab modis pada wajah yang tirus itu, apalagi hidungnya begitu runcing menyerupai orang arab. Kemungkinan besar sejak tadi ia memperhatikanku berkeluh kesah.

Kali ini ia sedikit tertawa dan perempuan itu memakai kawat gigi berwarna merah ternyata. Aku mencoba mengenalinya kembali seraya bertanya, "Apa aku pernah mengenalmu sebelumnya?"

"Afwan, Akh. Sebaiknya bersegeralah salat zuhur sebelum waktu berlalu."

Aku tersentak, ia tidak menjawab pertanyaanku melainkan menyuruhku untuk shalat. Siapa perempuan ini? Aku terus-terusan menatap wajahnya, berusaha untuk mengenalinya.

Ketika ingin berbicara kembali, tiba-tiba suara nyaring dari mikrofon menyebut namaku dengan lengkap.

Mohammad Alan Alghiffari.

Sontak aku terkejut, fokusku teralihkan. Dari sumber suara memintaku untuk segera menuju office bandara di waiting room gate dua. Sekarang aku berada di gate tiga, itu berarti aku harus ke gate sebelah. Tanpa berlama-lama, aku langsung beranjak ke sana.

Tidak cukup dua menit, aku sudah berada di tempat sesuai arahan dari mikrofon suara tadi. Dua orang petugas tengah duduk di table office. Mereka menyambutku dengan ramah. Kemudian salah satunya bertanya, "Selamat siang, Pak. Ada yang bisa kami bantu?"

"Nama saya tadi disebut di mikrofon, dan saya diarahkan untuk ke sini."

"Maaf, Pak. Atas nama siapa?"

"Moh. Alan Alghiffari."

"Baik. Mohon tunggu sebentar."

Beberapa saat kemudian, petugas tersebut menyodorkan sebuah kartu dan sapu tangan hitam padaku. "Maaf, Pak ... ini KTP bapak yang ditemukan salah satu petugas bandara. KTP tersebut terbungkus di dalam sapu tangan ini."

Aku membelalak. "Oh, iya, Mba. Ini punya saya. Terima kasih, ya, Mba," ucapku seraya mengambil kedua benda itu.

Setelah pamit dan beranjak dari petugas, aku langsung menepuk jidatku. Ternyata KTP aku masukkan ke dalam sapu tangan yang sengaja aku simpan di saku celana. Ah, kenapa aku bisa lupa? Dan kenapa pula sapu tangan ini harus terjatuh? Gara-gara keteledoran dan kepikunanku, aku jadi menyalahkan Umi.

Beringsut dari gate tiga menuju gate dua, kukirimkan pesan singkat pada Abi melalui WA kalau aku telah menemukan KTP-ku. Sekaligus ucapan maaf oleh karena menyalahkan Umi atas apa yang telah aku perbuat padanya. Kuharap, ucapan maafku melalui perantara terwakilkan.

Setibanya di gate tiga, aku langsung kembali ke tempat dudukku. Perempuan asing yang tadi menegurku sudah tidak terlihat lagi. Bahkan beberapa penumpang sudah beranjak dari duduknya karena sudah disilakan oleh petugas untuk masuk ke pesawat.

Aku menengadah ke segala penjuru, namun pemilih hidung mancung tadi tak terlihat. Sudah sangat jelas, pasti perempuan yang tak kutahu namanya itu sudah ada di dalam pesawat.

Tapi, tunggu? Kenapa aku sibuk mencarinya?

Who is she?

Aku menggeleng kepala seraya tertawa kecil. Mungkin, ini efek wajahnya yang mengalihkan duniaku sesaat.  Bahkan aku hampir lupa, di luar, langit tidak lagi menangis.

Kemudian aku menepuk jidat dan berkata, "Astagfirullah, aku belum salat zuhur!"

☔️☔️☔️

TBC

Find me here:
IG: yudiiipratama
Wattpad: yudiiipratama

Published: Friday, 10 May, 2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro