🌕️ 13 🌕️
Al tidak bisa tidur jika harus ditinggal seorang diri di tengah hutan. Apalagi dengan jeritan peperangan yang barusan terjadi dari kejauhan. Dia menatap jendela sambil menunggu, kalau saja pasutri itu datang.
Terdengar ketukan dari pintu.
Anak itu mengintip dari jendela dan melihat sosok asing yang barusan mengetuk pintu. Al ingat pesan Kyle dan Liza untuk mencegah orang asing masuk.
Al mundur dan berlari ke kamarnya sambil berpura-pura tidak mendengar.
Ketukan itu semakin keras.
Al menutup kedua kupingnya sambil berharap agar sosok itu berhenti dan pergi.
Ketukannya semakin keras dan membuatnya kian ketakutan. Dia tidak mau tahu siapa itu dan ingin teror ini berakhir.
"Al, buka pintunya!" Itu bukan suara Kyle maupun Liza.
"Tidak! Aku tidak akan membukanya!" batin Al.
Duk! Duk!
Sosok itu berusaha mendobrak pintu sambil memanggil namanya. "Al! Al! Buka pintunya!"
"Tidak!" batinnya, berusaha diam meski panik.
Bruk!
Al melompat ke luar jendela begitu mendengar pintu berhasil didobrak. Dia tentu saja tidak bisa melawan. Takut berbuat salah dan dihukum berat seperti ibunya.
"Jangan lari!" seru suara itu.
Al menoleh dan melihat sosok yang beberapa hari lalu nyaris memangsanya. Menyadari dirinya berada di ambang maut, anak itu memilih berlari tidak tentu arah sambil berharap menemukan kedua pengasuhnya. Tak disangka larinya jauh lebih cepat dibandingkan sang pengejar.
Al menyeru nama-nama yang dikenalnya.
***
"Liza! Tuan Kyle!"
Kyle melihatnya.
Anak itu berlari lebih kencang dibandingkan vampir lain, membuatnya sempat lolos dari cengkeraman ang musuh.
Kyle mengubah wujudnya kembali sembari memanggil anak itu. "Al!"
Al menoleh dan lega melihatnya pulang di saat yang tepat. Dia mendekat untuk memeluknya, tapi vampir itu justru mencegah.
"Ini bukan saat yang tepat," kata Kyle. "Ayo!"
Al mengikuti jejak Kyle dan berusaha menghindari setiap rintangan. Dia belum bisa mengubah wujudnya menjadi kelelawar seperti anak vampir lainnya, membuatnya dikucilkan bahkan oleh manusia sekali pun.
Al tidak begitu memikirkannya selama ada ibunya. Tapi kini beliau telah tiada dalam keadaan malu tanpa diketahuinya.
Kyle menggeram. "Minggir!"
***
"Ferre!" Liza melepas tawanannya dan berlari ke arah adiknya.
Pemburu vampir itu jelas tidak akan kabur begitu saja.
Di belakang Ferre sudah dipenuhi pasukan shapeshifter yang siap memangsanya kapan pun. Ia berpaling dan melihat sejumlah pasukan pemberontak lainnya yang menunggunya melawan. Anak panahnya telah habis tercecer akibat serangan Liza, tubuhnya terasa nyeri akibat cengkraman tadi. Tidak ada pilihan lain selain mengalah.
"Menyerahlah!" Ferre menggenggam sebilah pedang dan mengarahkannya ke lehernya. "Maka akan kami menjamin nyawamu."
Pria itu menarik napas dalam. "Apa gunanya aku menyerahkan diri pada kalian? Apa bedanya dengan diperbudak raja itu?"
Ferre menatap sekeliling, tidak ada yang mampu menjawab.
Ferre pun membalas. "Tentu saja akan kami melindungimu sebagai sekutu."
Pria itu merenung sejenak. Sudah lama ia bekerja sebagai pemburu vampir tapi tidak pernah sekali pun berniat membebaskan diri. Selama ada uang dan tempat tinggal, semua cukup. Ia mendongak dan terlihat wajah Ferre yang tenang, menunggu balasannya.
Ia menahan napas. "Baiklah. Aku menyerah."
Ferre menurunkan pedangnya lalu mengulurkan tangan, membantu pria itu berdiri. "Siapa namamu?"
"Nama apa yang cocok?" batinnya. Namun sia-sia saja jika terus berbohong, tidak ada ruginya. "Zee."
"Baiklah, Zee. Sekarang, beritahu kami mana Raja Val!"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro