Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

19


"Diva besok kita ke rumah kamu mumpung lagi libur kan sekalian om ingin melepaskan rindu sama orang tua kamu" ucapan om Roy saat kami sedang makan malam bersama masih terngiang-ngiang membuatku mau tidak mau senyum-senyum sendiri. Rasanya sudah terlalu lama aku tak menapakkan kakiku di kampung halamanku tercinta. Sebentar lagi aku akan bertemu dengan ke dua orang tuaku merasakan nikmatnya masakan bundaku bukan hanya itu kekasih hatiku pun ikut serta aku tak sabar ingin memperkenalkan dirinya dengan tanah kelahiranku mengajaknya ke tempat favouriteku ah..rasanya sudah tidak sabar menunggu datangnya esok pagi.

Akhirnya hari yang aku tunggu tiba juga, hari ini aku, Aileen dan tentu saja Om Roy akan pergi ke kampung halamnku tanah kelahiranku ya sebuah kota yang telah menorehkan berbagai macam kisah tentangku.

"Pagi sayang" bisikku saat melihat Aileen tengah sibuk mempersiapkan barang barang apa saja yang akan di bawanya tentu saja aku berani masuk kamarnya setelah memeriksa kalau Om Roy lagi sibuk dengan Pak Danu yang berencana akan mengantar kami nantinya

"Pagi juga sayang"balasnya sekilas tersenyum kepadaku lalu kembali berkutat dengan kesibukannya.

"Va...!!" teriaknya melotot padaku saat aku memeluknya dari belakang aku merasa gemes dengannya yang lebih memilih berkutat dengan kegiatannya daripada mengacuhkanku

"Hemm" ujarku santai sembari menghirup dalam-dalam aroma khas tubuhnya yang membuatku di mabuk kepayang

"Kamu pasti mengerti" ujarnya mengecup pipiku seraya melepaskan pelukanku, ya aku tahu pasti dia takut kalau Om Roy akan melihat kami yang tengah berpelukan

"Yang kok barang bawaannya banyak banget, kita kan disana paling cuma tiga hari ini kaya mau pindahan aja" protesku sat melihatnya masih sibuk memilih-milih apa saja yang akan di bawanya sementara dia hanya melempar senyum yang begitu manis padaku membuatku mau gak mau harus bungkam

Saat tengah asyik mengamati Aileen yang sesekali melap keningnya yang mulai berpeluh terdengar suara langkah kaki yang makin dekat menuju tempat kami membuatku harus menjauh menjaga jarak antara aku dan Aileen

"Sayang udah beres" ujar Om Roy langsung memeluk Aileen mengingatkanku bagaimana tadi aku memeluk Aileen sangat persis

"Eh..ada Diva maaf ya" senyum Om roy langsung melepas pelukannya sementara aku hanya mebalasnya dengan senyum kecut berusaha meredam perasaan yang bergejolak dalam hatiku. Cemburu tentu saja hati mana yang rela bila melihat kekasihnya di sentuh oleh orang lain tapi ya mau gimana lagi aku telah berani menjalani hubungan ini yang berarti aku harus lebih kuat menanggung resiko apa saja yang bisa terjadi

"Udah beres kok sa yang" balas Aileen melirikku saat dia memanggil Om Roy sayang

"Om, Tante Diva permisi dulu ya " ucapku berdiri dari tempat dudukku tak tahan melihat adegan yang ada di depanku

"Lah kok keluar Va" tahan Om Roy

"Hm..anu om..Tante Aileen kan udah beres sekalian Diva ingin siap-siap bentar lagi kita kan berangkat om" elakku segera bergegas sementara Om Roy memamerkan senyum padaku yang entah kenapa aku merasa dia seakan mengejekku enthlah pasti ini hanyalah perasaan belaka karena terlalu cemburu padanya sementara Aileen hanya mengikutiku dengan tatapannya saat aku keluar meninggkalkan mereka berdua.

Setelah memastikan semua telah beres kami segera memutuskan untuk berangkat ya tentu saja aku, Pak Danu sebagai sopir kami dan mereka berdua sementara Mbo Nah lebih memilih tinggal di rumah.

"Oh ya Va ayah sama bunda kamu belum tau kan kalau kita akan datang?" tanya Om Roy yang duduk dibagian belakang bersama Aileen semntara aku duduk di bagian depan di samping Pak Danu

"Iyya Om" sahutku melihat Om Roy dari kaca atau lebih tepatnya menatap Aileen yang sedang dirangkul oleh Om Roy ingin rasanya aku terbang saja atau seenggaknya tidak perlu satu mobil dengan mereka bila harus menyaksikan mereka berdua yang seperti ini

"Baguslah kalau begitu, supaya orang tua Diva terkejut hahaha" tawa Om memperlihatkan deret giginya yang putih sementara tangannya masih bertengger di pundak Aileen. Ingin Rasanya ku sampirkan tangannya meneriakinya kalau Aikleen itu perempuanku. Baru saja aku memejamkan mata berusaha untuk tidur lagi Om Roy menggangguku dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak bermutu entahlah aku merasa kesal dan aneh saja mengingat selama ini Om Roy sangat jarang bicara panjang lebar denganku membuatku hanya menjawab pertanyaannya dengan malas-malasan bahkan lebih sering dengan anggukan saja

"Pak berhenti...!!" teriakku sontak membuat Om Roy dan Tante Aileen yang tengah tidur langsung terbangun sementara Pak Danu hanya menatapku dengan heran

"Pak cepetan!!" ujarku mulai menutup mulutku dan segera keluar saat Pak Danu menepikan mobilnya. Tanpa memikirkan mereka yang mungkin masih bingung dengan kelakuanku segera berlari ketempat sepi memuntahkan semua isi peurtku. Hal ini lah yang jadi alasan kenapa aku menghindari perjalanan jauh bila harus mengandrai mobil ya aku gampang sekali kena mabok jalan. Rasanya isi perutku di aduk-aduk membuatku sangat mual sementara kepalaku terasa puyeng sungguh tak enak. saat aku masih berusah mengeluarkan isi perutku kurasakan jemari halus memijit lembut tengkukku

"Minum dulu" dia segera menyodorkan sebotol air yang telah di buka terlebih dahulu

"Makasih yangg" ujarku langsung menguk hingga hanya menyisakan setengah dari botol

"Masih mual??" tanya Aileen yang masih setia memijitku terdengar gurat khawatir dalam tanyanya

"Udah nggak" jawabku sambil memamerkan senyum memastikan kalau semuanya baik-baik saja

"Lagian kenapa nggak minum obat sih udah tau nggak kuat naik mobil kan tadi aku udah ngasih obatnya" omelnya saat kami mulai berjalan menuju tempat mobil di parkirkan

"Tadi lupa abis terlalu semangat mau pulang hehe"

"Terus obatnya mana?" aku segera merogoh saku celanaku benar saja obat pemberiannya masih utuh

"ya sudah minum dulu gih...masih lama kan perjalanannya?"

"Bentar dulu kan perutku kosong abis munta ya nggak mungkin langsung minum obat" elakku ya aku paling malas minum obat kalau emang sudah sangat terpaksa baru aku mau meminumnya

"Diva nggak apa-apa?" tanya Om Roy saat melihat kami mendekat

"Nggak kok Om" yang dibalas dengan anggukan oleh Om Roy

"Ini makan dulu abis itu obatnya diminum" anjur Aileen yang masih berdiri di sampingku sementara Om Roy telah masuk ke dalam mobil

"Iyya " jawabku pasrah mengambil sebungkus roti yang ditawarkan melhapnya dengan cepat setelah beberapa menit kemudian segera menenggak obat

"Ya Tuhan semoga obatnya berfunsi" doaku dalam hati sambil memwejamkan mata meskipun cuma mabok jalan tapi percayalah rasanya sungguh tidak enak

"Va kenapa" tanya Aileen yang pasti heran dengan tingkahku

"Nggak kenap-napa ini lagi berdoa sa" ucapanku segera kuhentikan saat melihat Om Roy membuka pintu mobil

"Kalian nggak kenapa-napa" tanyanya menatap kami yang masih berdiri

"Nggak kok sayang ini Deevanya minum obat dulu" ujar Aileen dengan lembut atau lebih ke suara yang dimanja-manjakan membuatku terasa mual lagi

"Ya sudah kalau udah kelar kita segera lanjutkan perjalanan jangan sampai kita kemalaman yang kami balas dengan anggukan segera masuk mobil kembali keposisi semula.

"Va...banguuunnn" sayup-sayup terdengar suara membuatku secara perlahan membuka mataku hingga kuliat wajah yang tidak asing berada beberapa senti di depan wajahku

"Bundaaaaa" teriakku langsung memeluk erat bundaku orang yang dari tadi membangunkanku

"dih..lepasin kasian bunda nggak bisa nafas ini"

"Kangeeennn" rengekku manja

"Iyya Bunda juga sangat kangen sama anak bandelku ini" ucap bunda sambil menjawir hidungku

"Eh..tapi kok bunda bisa di sini"ucapku tersadar seingatku tadi masih di jalan

"Ya bisa lah Va ini kan rumah bunda ayo keluar dari tadi tuh Diva udah sampai tapi kata Om kamu tidurnya ynyenyak banget mereka tidak tega bangunin Diva" ujar Bunda seraya menarik tanganku keluar dari mobil. Ah sepertinya ini efek obat yang aku minum hingga di sisa perjalanan aku tertidur

Saat keluar dari mobil ku edarkan pandanganku sepertinya malam telah tiba  layaknya suasana kampung hening yang terdengar hanya suara jangkrik yang sesekali di ramekan dengan suara kodok. Ku langkahkan kakiku memasuki hunianku yang sangat aku rindukan

"Ah...aku rindu kalian" teriakku sontak membuat Om Roy, Aileen bahkan Pak Danu menatap keanehanku sementara Ayah yang tengah berbincang dengan mereka hanya tertawa lebar.Bodoh aku lupa kalau mereka juga ikut ah rasannya mukaku mulai memanas pasti sekarang terlihat sangat merah bila saja kulitku puith rasanya sungguh memalukan

"Kalian jangan heran Diva memang terkdang aneh-aneh" celetuk ayahku setelah tawanya reda

"Ayahhh" teriakku sungguh tega menjatuhkanku di depan mereka ayah tak tau saja kalau diantara mereka ada kekasihku yang harusnya aku jaga image

"Kan bener kata ayah" ledek ayah sementara yang lain mulai tersenyum bahkan terkesan menhan tawa tidak ketinggalan dengan perempuanku

"Yah..sudah jangan ledek terus kasian Divanya" bundaku pahlawanku

"Wajahnya udah kaya kepiting rebus gitu" ah baru saja aku memuji bunda kerena membelaku ujung-ujungnya tetap aja aku di ledekin

"Ah..bunda mah sama aja abis belain malah dijatuin lagi" rujukku gini nih kalau ketemu mereka sifat manjaku bakalan kumat

"Iyya udah nggak usah manyun gitu, ayo semuanya makanan sudah siap" ajak bundaku menuju ruang makan sementara aku ditinggalkan. Aku melihat Om Roy, Pak Danu, Ayah telah beranjak dari tempat duduknya yang disusul dengan Aileen

"Ternyata Diva manja juga ya" bisik Aileen seraya tersenyum sengaja menhentikan langkahnya sejenak kemudian berlalu meninggalkanku yang makin malu.

Selama makan mataku lekat memandang Aileenyang sangat telaten meladeni Om Roy membuatnya mendapat pujian dari bunda bahkan sesekali ayah menimpali dengan pujian membuat Om Roy tersenyum bangga membuat nafsu makanku jadi turun. Lamunanku buyar saat ibunda menegur cara makanku yang mals-malasan bahkan sempat menwarkan untuk menuapin aku yang tentu saja aku tolak bukannya tidak mau tapi mana mungkin aku di suapain di depan Om Roy sama Aileen.

Setelah usai makan obrolan dilanjutkan di ruang tamu sementara aku mulai terkantuk-kantuk kulihat ayah dan Om Roy tengah asyik dengan obrolan mereka sendiri bernostalgia dengan masa muda mereka menceritakan hal-hal yang mungkin sudah berulang-ulang di ceritakan. Pak Danu telah pamit terleib dauhulu untuk istirahat sangat wajar mengingat perjalanan cukup lama. Lalu tatapanku beralih ke  Aileennyang sedang  terpingkal-pingkal saat mendengar bunda bercerita. Merasa penasaran kutajamka pendengaranku dan saudara-saudara ternyata bundaku dengan bangganya membeberkan kelakuan yang menurutku aibmembuat Aileen sesekali melirikku dengan senyum manisnya. Tuhan malam ini aku pasrah sajadengan perempuan-perempuan tercintaku

Part yg mngkin sngat Gaje












Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro