🦋 | Bab Dua Puluh
Bab Dua Puluh
~~~🦋~~~
Jika ada yang berpikir kenapa kemarin Raiden mengabaikan Nisa, padahal ia sendiri tidak mau Nisa didekati oleh pria lain? Jawaban pria itu sebenernya tidak ada maksud atau tujuan lain sama sekali untuk mengabaikan Nisa. Di situ, Raiden hanya memerankan diri sebagai seorang ayah yang menemani anaknya bermain. Raiden sama sekali tidak melirik Jessica, bahkan tidak pernah mengajak wanita itu berbicara duluan, kalaupun Jessica bertanya, Raiden hanya menjawab dengan seadanya. Pure, ia meninggalkan Nisa untuk menjaga Daniel, karena tidak yakin dengan Jessica. Jika pun Raiden tertawa, ia tertawa bersama Daniel yang terlihat menggemaskan, bukan karena Jessica.
Hari ini Raiden membawa pergi Daniel dan dua wanita bernama Nisa dan Jessica untuk bermain di wisata Jatim Park 3 yang letaknya ternyata cukup jauh dari Jatim Park 1 dan 2. Jatim Park 3 atau kerap disebut juga sebagai Dino Park berlokasi di jalan Raya insekyur Soekarno, nomor 144, Beji, kota batu, jawab timur.
Rute yang tadi Raiden lewati dari hotel ke Jatim Park 3 melalui jalan Tlogomas. Di sepanjang perjalanan itu Daniel seperti biasa menempel pada Nisa, sedangkan Jessica duduk di kursi penumpang bagian depan.
Akhirnya, mereka sampai juga di tempat tujuan. Saat Raiden mencari-cari di internet tentang informasi wisata di Malang, ia bisa melihat Jatim Park 3 ini mungkin saja terinspirasi dari film Jurassic Park. Raiden, Jessica, dan Daniel yang berada diperlukan Nisa pun membeli tiket sebelum masuk ke dalam tempat tersebut.
“Ahkk! Bundaaa! Auntii!” pekik Daniel kaget ketika manik lebarnya itu melihat pahatan dinosaurus.
Nisa tersenyum lebar sambil mengusap kepala Daniel. “Nggak papa sayang, itu nama Dino,” jelas wanita itu sambil menunjuk ke arah hewan yang telah punah itu.
Sekarang mereka berada di taman Dinosaurus dengan menggunakan E-bike.
“Sini Daniel sayang, biar mama aja yang gedong,” seru Jessica sambil menarik paksa Daniel dari Nisa.
Meskipun Daniel awalnya menangis, namun Jessica memang cukup pintar untuk memenangkan anak kecil itu dengan mengalihkan perhatiannya kepada dinosaurus yang ada di sekitar mereka.
Nisa memalingkan wajah, menatap Raiden yang tengah melihat Jessica dan Daniel. Wanita meremas ujung bajunya pelan, mengapa seperti ada sesuatu yang mengusik ketenangan hati Nisa saat melihat pemandangan itu.
“Raiden! Sini deh,” Panggil Jessica seraya melambaikan tangannya. “Ini yang dulu kamu gambar kan di buku pelajaran aku? Terus dihukum sama Bu Yayu soalnya ketahuan nggak merhatiin Bu Yayu. Eh, malah aku belain kamu, kita jadi dihukum sama-sama bersihin kamar mandi sekolah di kamarnya ibu,” cerita wanita itu, tepat di sampingnya berdiri Raiden mengangguk kecil, bibir pria itu melengkung berbalik, tatapannya seperti menerawang kembali masa-masa lalu bersama Jessica.
“Nisa? Mana minumannya Daniel? Haus anak saya,” kata Jessica sambil melirik ke arah Nisa yang berada beberapa langkah di belakang mereka.
Tersenyum kaku, Nisa berjalan mendekati Jessica, Daniel, dan Raiden yang juga menatapnya. “Ini Danie,” ujar Nisa sembari memberikan air mineral kepada anak satu tahun itu.
“Maacih Bunda,” tutur Daniel.
Jessica menggeleng. “Mama kamu cuma satu aja Daniel, mama Jessica, nggak ada lagi bunda,” sanggah wanita itu seraya menegaskan kata-katanya kepada Daniel dan juga menyindir Nisa.
“Jessica!” tegur Raiden pelan, namun sarat dengan penekanan.
“Lah? Emang bener kan? Emang ada calon bunda baru? Kalo ada pastinya lebih cantik dari aku kan?” Ekor mata Jessica melirik Nisa.
“Ayok kita pergi ke sana,” ajak Raiden, pria itu berjalan ke arah Utara wahana itu.
Nisa berjalan di belakang dengan menahan semua rasa sesak di dada, dan air mata yang mendesak untuk keluar dari pelupuk matanya. Kata-kata Jessica sungguh menampar perasaan Nisa. Apa dirinya sejelek itu hingga Jessica berkata demikian kepadanya?
Jadi begini rasanya menjadi orang asing? Setelah beberapa menit yang telah berlalu, Nisa jadi benar-benar tahu posisinya di depan Raiden, Daniel, dan Jessica, ia hanya seorang asing, babysitter yang baru saja hadir, orang luar, yang seharusnya tidak lancang memiliki hubungan dengan Raiden, bahkan berharap bisa menjadi Bunda Daniel dan istri dari dokter Obgyn tersebut.
“Raiden? Tolong benerin topi aku dong, agak miring nih,” pinta Jessica dengan nada manjanya yang terdengar menjengkelkan di telinga Nisa.
Raiden dengan santai membetulkan posisi topi Jessica tanpa memikirkan bagaimana perasaan Nisa yang sedang menatap mereka. Rasa-rasanya Nisa ingin sekali berkata di depan Raiden bahwa ia tidak baik-baik saja melihat interaksi mereka, Nisa kesal, dan .... Iya, cemburu! Nisa tidak suka melihat itu karena hati wanita itu merasa sakit, sangat ngilu.
🦋🦋✋
Akhirnya mereka sampai juga di hotel setelah tamasya yang mereka lakukan hari ini. Nisa mengendong Daniel masuk ke dalam kamar Raiden, sedangkan Jessica sudah masuk terlebih dahulu ke kamarnya karena sudah merasa sangat gerah dengan tubuhnya sendiri.
“Daniel mau minum susu dulu, nak?” tanya Nisa sambil mendudukkan Daniel di atas tempat tidur.
“Iyaa, susyu,” ujar Daniel sambil menepuk tangannya.
Nisa segera berjalan ke sisi kanan kamar hotel tersebut yang menyediakan dispenser air. Wanita itu dengan telaten membuat susu untuk Daniel.
“Kamu hari ini diam banget, Dear, ada apa?” tanya Raiden tiba-tiba sambil memeluk Nisa dari belakang.
Tangan Nisa begerak melepaskan pelukan pria itu dari pinggangnya sambil berjalan ke arah Daniel bersama susu di tangan wanita itu.
“Nisa?” Raiden melihat Nisa memberikan susu botol itu kepada Daniel yang berbaring.
“Nggak papa kok, Mas. Aku haid hari ini jadi rada malas bicara,” dalih Nisa, padahal wanita itu sudah selesai datang bulan sejak tiga hari yang lalu.
“Kamu kesal aku deket-deket Jessica?” tebak Raiden, masih kekeuh bertanya.
Nisa menatap Raiden dengan gelengan kepala. “Biasa aja, kok,” bohongnya lagi.
Langkah pria itu berjalan mendekati Nisa dengan senyum kecil yang mirip seperti seringaian. “Gemesin banget sih,” goda Raiden sambil mencubit pipi Nisa.
“Mass,” seru Nisa, kesal karena digoda oleh ayah satu anak itu.
Raiden tertawa kecil melihat rona kemerahan di pipi Nisa. Ide pria itu memakin gila saja, ia pun melirik ke arah Daniel yang ternyata sudah memejamkan mata, tertidur. Maklum, hari ini Daniel begitu menikmati liburannya, ia bahkan berlari-lari kesenangan saat memasuki museum dinosaurus.
“Nisa? Sini dulu? Boleh bantuin mas nggak?” tanya Raiden yang sedang duduk di atas sofa.
Walaupun kening Nisa mengerut seperti tumpukan pakaian, wanita itu tetap melangkah mendekati Raiden tanpa bertanya apa-apa kepada pria itu.
“Bantuin apa, Mas?”
“Duduk sini.” Raiden menepuk-nepuk bagian sofa yang kosong.
Nisa kembali menurut, ia duduk di samping pria itu yang tersenyum lebar.
Raidan dengan santai membaringkan tubuhnya. Kepala pria itu tidur di atas paha Nisa dengan wajahnya yang mengarah tepat di depan perut wanita itu.
“Mas? Ngapain?” tanya Nisa keheranan dengan tindakan Raiden.
“Mas capek, jadi nggak papa kan tidur bentar kayak gini?” Raiden seketika berubah menjadi sosok pria yang manja.
Nisa menggeleng kepalanya tidak percaya dan gemas dengan tingkah pria itu. “Tapi ... Kakinya ngga papa ditekuk gitu mas? Nggak sakit?”
“Nggak papa, kalo kamu mau tidur di kamar lain juga boleh,” canda Raiden.
Nisa memukul pelan dada Raiden. “Mas!”
“Lah? Bukan berarti hari ini kan tidur sama aku? Bisa aja Minggu depan? Bulan depan, atau besok? Atau se—”
“Ih, Mas, aku tinggalin juga nih!” kesal Nisa seraya ingin berdiri dari duduknya.
“Jangan dong, eh ... Nisa, mata mas kelipatan, kamu tolong tiupin dong?” pinta Raiden sambil memejamkan matanya.
Nisa mendekatkan wajahnya, hendak meniup mata Raiden yang katanya kemasukan sesuatu.
“Hmm! Mash!” pekik Nisa yang terkejut karena Raiden menarik kepalanya dan menyatukan bibir mereka.
Raiden tersenyum kecil disela-sela ciuman panas itu, perlahan posisi mereka pun mulai berubah, pria itu kini sudah duduk sambil menghimpit Nisa yang sudah berada di pojokan sofa.
To be Continued
a.n:
Jangan lupa vote komen dan share cerita ini ke teman-teman kalian ya. ❤️
Sejuah ini, apakah cerita ini ngebosenin? '-'
Aku sedikit insekyur, apalagi soal dunia kedokteran yang kurang aku jelasin tentang apa aja yang biasa dilakukan Raiden. 😭 Soalnya aku cuma mahasiswa semester pertengahan yang nggak ada hubungannya sama kedokteran, ada sih cuma dikit banget. 😭✋
Kalo ada typo? Atau kalimat tidak jelas atau rancu? Ambigu? Silakan diberitahu. ^^
P.s: ini hanya fiksi yah. 😭✋
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro