Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

°୭̥ Chapter 4 : ❝ Sick ❞

🍁 One More Chance 🍁
.
✎ Bab 4 °୭̥
◆|| Sick ||◆
[ Sakit ]
.
╭┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╮
When he comes
╰┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╯
.
🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

Kelopak mata [Name] bergerak, beberapa saat kemudian terbuka menunjukkan manik hijau yang cahayanya terlihat redup. Gadis itu menggerakkan tubuh, hendak bangkit dari baringnya.

[Name] menyentuh kepalanya yang terasa memberat. Nafasnya terasa panas dan matanya perih, ia mengecek suhu tubuh. Panas. Ia terkena demam.

[Name] kembali membaringkan tubuhnya. Tangannya mengambil ponsel yang tergeletak di sampingnya. Mencari nomor telepon kakeknya lalu menguhubunginya.

“Kakek ....”

Suara [Name] terdengar serak. Ia lalu berucap, meminta sang kakek untuk mengizinkannya pada pihak sekolah karena sakit. Setelah itu, [Name] meletakkan asal ponsel pintarnya kemudian melanjutkan tidur.

.

.

“Kau mau pergi lagi, Megumi?”

Gojo melihat pada anak didiknya yang terlihat siap dengan penampilan casual serta payung transparan yang dipinjamkan [Name] kemarin.

“Aku harus mengembalikan payung ini pada [Name].”

“Heee, ya sudah, pergi sana!! Kejar cintamu~!!”

“Berisik!!”

Megumi melangkah meninggalkan Gojo yang tertawa jahat. Wajah remaja itu dipenuhi kerutan emosi karena jengkel dengan sifat gurunya.

Megumi berjalan keluar dari lingkungan sekolahnya. Ia merasa beruntung kemarin karena tahu di mana alamat rumah [Name] dan punya alasan untuk mengunjungi rumah itu. Jadi, Megumi tidak perlu berpikir keras untuk mencari alasan dan bertanya pada orang asing di mana alamat rumah [Name].

Kakinya berhenti melangkah. Tanpa sadar dirinya sudah sampai di depan rumah bertingkat dua dengan warna cerah. Megumi mendongak ke atas, menatap balkon dan jendela rumah [Name] yang tertutup rapat.

Jangan-jangan dia belum pulang dari sekolahnya? Batin Megumi seraya berjalan mendekati pagar rumah [Name]. Tangannya menekan bel sebanyak beberapa kali sambil berharap [Name] ada di dalam rumahnya dan membukakan pintu.

Beberapa detik kemudian. Pintu pagar terbuka, menampilkan seorang gadis dengan pandangan sayu, wajahnya memerah dan masih memakai piyama putih.

Iris Megumi membulat, ia dengan reflek melepas payung yang dipegangnya dan memegang kedua bahu [Name] saat melihat gadis itu hendak kehilangan keseimbangan.

Dia demam?! Batin Megumi saat merasakan kulit [Name] yang terasa panas.

“Maaf ... Fushiguro, aku--kepalaku terasa sakit ... jadi--”

[Name] tiba-tiba pingsan, sehingga tubuhnya di tahan Megumi. Remaja itu memerhatikan wajah [Name] yang berada di depan dadanya. Tidak ada pilihan lain. Megumi dengan cepat menggendong tubuh mungil [Name] lalu masuk ke dalam rumahnya.

Remaja tampan itu nampak kebingungan. Ia melihat sekeliling, tidak ada ruangan lain selain ruang tamu. Manik Megumi melihat ke arah tangga yang menuju lantai dua. Ia dengan segera melangkah naik, berharap kamar [Name] ada di lantai atas.

Mata kelam Megumi mendapati pintu berwarna pink dengan gantungan pintu yang tertuliskan [Name]'s Room~.

“Maaf, aku masuk ke kamarmu dulu,” ucap Megumi seraya tangan kanannya membuka kenop pintu.

Dia masuk ke dalam. Dengan segera membaringkan tubuh lemah [Name] ke atas tempat tidur lalu menyelimutinya.

Tangan kanan Megumi menyentuh kening [Name]. Sangat panas. Ia bingung, kenapa gadis ini tidak memakai kompresan untuk meredakan demamnya?

“Apa ... aku harus menelpon Kugisaki?” Gumam Megumi seraya mengerutkan kening.

Tangan kanan Megumi yang masih tertempel di kening [Name] terasa panas di bagian punggung tangannya. Megumi lantas menatap ke arah tangannya, mendapati [Name] sedikit membuka matanya seraya satu tangan gadis itu menggenggam tangan kanannya.

“[Name], bisa beritahu aku di mana tempat handuk kecil dan kamar mandimu?” Tanya Megumi.

Gadis itu mengangguk. Menunjuk ke arah pintu berwarna putih.
“Kamar mandi ada di sana ... dan handuk kecil ada di lemari laci nomor tiga ...,” jelas [Name] dengan suara serak.

Megumi mengangguk. Dengan segera melangkah ke arah lemari dan membuka laci nomor tiga, ia mengambil satu handuk, lalu berjalan ke kamar mandi untuk membasahi handuk itu.

Remaja itu kembali. Dengan satu wadah kecil berisi air serta handuk tadi. Megumi memeras handuk yang basah, lalu melipatnya dan menempelkannya ke kening [Name].

Samar-samar [Name] dapat melihat keseriusan Megumi yang merawatnya. Itu membuat perasaan hangat memenuhi hatinya.

“Apa kamu tinggal sendirian di sini?” Tanya Megumi.

[Name] menganggukkan kepala dengan gerakan pelan.
“Maaf merepotkanmu.”

“Em, tidak apa.”

Keduanya terdiam. Lama-kelamaan [Name] menutup mata, tertidur menuju alam mimpi. Megumi melirik ke arahnya, remaja itu perlahan menunjukkan senyuman tipis. Tangan kirinya terangkat mengelus punggung tangan kanan [Name].

Megumi memutuskan untuk duduk di sofa dekat dengan jendela besar di kamar [Name]. Dirinya akan menunggu [Name] sampai sadar juga menemani gadis itu di rumahnya. Megumi mengeluarkan ponsel, menjelajahi internet, mencari hal-hal yang menarik untuk menghilangkan rasa bosannya.

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

Mencoba mendalami karakter Megumi. Ayo, bantu aku kalau mau.

🍁 ┈┈┈ ੈ ⓐⓝ ੈ ┈┈┈ 🍁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro