Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

"She's Back"

"Maaf aku pulang telat nenek" ucap Anna, "ini temanku Lucy, dia bersikeras ingin menginap disini jadi kita akan makan malam bersama, nenek nggak keberatan kan?"

Wanita tua itu memandangi teman baru Anna, gadis itu memakai gaun putih, wajahnya terlihat putih pucat, ia tersenyum licik kepadanya, nenek itu merasa semakin takut, ia tau kalau suatu hari dia akan kembali, dan mungkin dia akan melakukan sesuatu untuk membalaskan dendamnya,

"Apa kita akan terus diam seperti ini nenek?", ucap Anna memecahkan suasana hening.

"Eh.. e... Iya, ka.. kalian silahkan masuk", ucap nya gugup, Nenek itu membukakan pintu, lalu 2 gadis kecil itu segera masuk sambil bergandengan tangan, mereka kelihatan seperti sahabat yang tak terpisahkan dan mungkin juga mereka seperti anak kembar yang bersatu setelah bertahun tahun berpisah..

Mereka duduk di sofa ruang tamu, Anna mulai mencari remote control untuk menghidupkan tv nya.

"Nenek akan pergi ke dapur untuk memasak," wanita tua itu pun meninggalkan mereka menuju dapur.

"Nenekmu kelihatan gugup sedari tadi, apa disini sedang ada masalah?" tanya Lucy.

"Semua baik baik saja kok," ucap Anna.

"Anna, apa aku boleh ke kamar mandi mu?"

"Tentu, mari aku temani"

"Tidak Anna, aku bisa pergi sendiri"

"Baiklah, tapi cepatlah, acara favoritku akan segera dimulai" ujar Anna pada Lucy

Lucy berlalu pergi meninggalkan ruang tamu, tiba tiba terpikir oleh Anna
"Dia kan tidak tau dimana kamar mandi nya?"

Sementara itu di dapur Surya mulai turun meninggalkan senja.
"Apa yang harus aku lakukan, dia telah kembali?" saat itu juga suara langkah kaki terdengar dari luar dapur dan suara itu semakin mendekat lalu suara itu berhenti,

"Hai nenek, senang bertemu denganmu lagi, aku sangat merindukanmu", ucapnya dengan senyum liciknya.

"Mau apa kau kesini!!", Bentak nenek itu.

"Aku punya urusan yang belum selesai denganmu", kini suara nya berubah lembut.

"Jangan coba-coba atau aku akan-" Ia mencoba mengancam nya dengan menodongkan pisau.

"Akan apa hah!! Apa kau akan membunuh orang yang sudah kau bunuh sebelumnya?"

"Aku akan mengatakan semuanya pada Anna, akan kukatakan padanya siapa kau sebenarnya!!"

"Silahkan nenek ku sayang, tapi sebelum itu..."

Tiba tiba sebilah pisau melayang perlahan dari meja, nenek itu pun memohon pada gadis itu

"Silahkan bunuh saja aku ,tapi.. kumohon.. menjauhlah dari Anna, balaskan denganmu padaku saja"

"Bukan aku yang harus menjauh dari saudariku tapi Kau! Pembunuh!" pisau itu segera melesat ke arah perut wanita tua tersebut, seketika nenek itu ambruk dengan darah berceceran di lantai dapur.

"Bagaimana rasanya?" Ucap Lucy yang semakin mendekat, kini ia berdiri di samping neneknya.

"Robert, tolong" ia berusaha untuk meminta tolong, Lucy menatap pisau pada perut nenek, seketika itu pisau tercabut dan maju ke wajah sang nenek.

"Selamatkan hidupmu, ayo Nek! Berteriak lah sekali lagi!"

"Ro-" pisau itu mengiris ujung mulut sebelah kanan si nenek dan melebarkannya sampai ke pipi.

"Lagi lagi!" Seru Lucy, ia mengiris ujung mulut sebelah kiri dan melebarkannya sampai ke pipi, kini neneknya tak bisa melakukan apa apa selain membiarkan darah mengalir keluar dari tubuhnya, wajahnya pun terlihat aneh, darah dari pipi masuk ke mulutnya, Lucy yang mulai bosan mempercepat kematian sang nenek dengan menutup kedua lubang di hidungnya, begitu menyenangkan baginya saat melihat detik detik terakhir kematian sang nenek.

Ia mencabut pisaunya dan melemparkannya ke bawah almari.

Di ruang tamu, Anna tengah duduk menunggu kedatangan Lucy, tiba-tiba terdengar suara teriakan keras dari dapur.

Anna langsung terkejut dan bergegas ke dapur, disana ia melihat Lucy duduk di pojok dapur, ia menggigil ketakutan, kedua tangannya menutup matanya, ia berteriak ketakutan.

"Lucy, ada apa??", Lucy diam, lalu tangan kanannya menunjuk ke belakang meja dapur, disana Anna melihat sebuah mayat tergeletak, Anna memberanikan diri untuk datang dan melihatnya, ia menyingkirkan rambut yang menutupi wajahnya, setelah itu ia melihat wajah wanita itu, ia sadar akan sesuatu, kenyataan yang pedih bahwa neneknya telah pergi meninggalkannya secepat ini, perlahan air matanya pun menetes, ia menangis.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro