Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tidak Percaya Diri

Selama dua minggu berada di rumah, Shayra menyempatkan diri untuk bertemu dengan teman-teman lamanya. Kebetulan salah satu temannya mengadakan acara pada malam ini. Balqis yang memberitahukan hal itu tadi siang saat mereka tanpa sengaja bertemu di pasar tradisional, ia juga yang berjanji akan menjemputnya.

Rumah Balqis hanya berjarak 700 meter dari rumah Shayra, sehingga tidak butuh waktu lama untuk sampai ke sini. Shayra sudah rapi dengan memakai setelan kaos berwarna salem dan celana panjang warna hitam. Ia menunggu kedatangan Balqis di teras rumahnya.

“Mau ke mana kamu?” tanya ayahnya yang baru datang dari luar.

“Mau ketemu teman, Pak,” jawab Shayra.

“Pergi sama siapa?” tanya ayahnya lagi.

“Sama Balqis, ini lagi nungguin dia.” Shayra tidak berani menatap mata sang ayah, ia takut jika sang ayah akan melarangnya pergi.

“Jangan pulang larut malam!” ucap ayahnya sembari berjalan masuk ke rumah.

Shayra mengangkat wajahnya dan memandang punggung sang ayah yang mulai menjauh. Tidak seperti biasa ayahnya bersikap seperti itu. Mungkin suasana hatinya sedang baik, jadi bersikap sangat lembut.

 Saat ia sedang memikirkan sikap sang ayah, tiba-tiba terdengar bunyi klakson mengagetkannya.  Ternyata Balqis datang mengendarai sepeda motor warna merah. Gadis berkacamata itu turun dan menghampiri Shayra di teras.

“Udah siap belum?” tanya Balqis.

“Udah. Mau berangkat sekarang?” tanya Shayra.

“Ayuk!” ucap Balqis.

“Oke, pamit sama bapak dan ibu dulu.” Shayra masuk ke rumah untuk berpamitan pada ayah dan ibunya, diikuti oleh Balqis di belakangnya.

Setelah berpamitan keduanya bergegas menuju tempat di adakannya acara, yaitu di rumah Shiddiq. Saat tiba di sana halaman rumah itu sudah penuh dengan kendaraan yang terparkir rapi. Risa langsung memeluk Shayra begitu melihat gadis itu datang.

“Apa kabar, Beib? Aku kangen banget sama kamu,” ucap Risa sembari memeluk erat sahabat lamanya itu.

“Kabar baik, kamu sendiri gimana?” jawab Shayra.

“Aku juga baik. Kamu kenapa nggak pernah kasih kabar? Jangan bilang kamu lupa sama aku!” Risa mengurai pelukannya lalu berkacak pinggang di hadapan Shayra.

Gadis itu tersenyum lalu berkat, “Aku harus kasih kabar lewat apa? Rumput yang bergoyang?”

“Kirim surat ‘kan bisa!” sungut gadis berlesung pipit itu.

“Iya, maaf. Nanti kalo udah balik ke luar kota aku akan kirim surat.” Shayra merangkul bahu sahabatnya yang mulai merajuk itu, sementara Balqis hanya tersenyum melihat tingkah kedua sahabatnya.

“Akhirnya trio kwek-kwek berkumpul lagi,” sindir Shiddiq yang sudah berada di samping mereka.

Teman-temannya dulu memang memberi julukan trio kwek-kwek pada Shayra, Balqis dan Risa. Pasalnya suasana menjadi ramai jika ketiganya berkumpul. Persahabatan mereka membuat banyak orang iri. Jarak mungkin memisahkan ketiganya, tetapi hati mereka selalu terpaut satu sama lain.

“Sana masuk, gabung sama yang lain!” ucap Shiddiq.

“Kamu mau ke mana?” tanya Balqis.

“Beli sesuatu bentar, udah masuk sana!” Shiddiq mengendarai sepeda motornya meninggalkan pelataran rumahnya.

Di dalam ternyata suasana sudah cukup ramai. Hampir semua teman sekelasnya dulu berkumpul. Hanya beberapa orang yang tidak bisa hadir dikarenakan kepentingan pribadi. Semua mata tertuju ke arah mereka, saat ketiganya memasuki ruangan.

Kebersamaan dan kekompakan ini lah yang Shayra rindukan. Teman sekelasnya di SMK tidak sesolid ini. Ia bahkan hanya memiliki satu teman dekat yang mengerti keadaannya. Sebagian anak perempuan di kelasnya justru menganggap Shayra sombong karena jarang berinteraksi dengan mereka. Sebenarnya gadis itu bujannya tidak ingin berinteraksi, tetapi ia selalu kesulitan untuk memakai hal yang baru.

“Kamu beneran sekolah di Jogja, Shay?” tanya salah seorang temannya.

“Iya,” jawab Shayra.

“Wah, hebat dong! Denger-denger tinggalnya di asrama, ya?” tanya salah seorang yang lain.

Shayra menjawab pertanyaan temannya itu dengan anggukan. Andai saja mereka tahu yang sebenarnya, apakah masih bisa berkata seperti itu? Ah, biar lah mereka menilai sesuai dengan pikiran mereka masing-masing.

“Ris, kamu jadinya ambil beasiswa yang mana?” tanya temannya pada Risa.

“Aku ambil yang di farmasi, lebih menjanjikan soalnya,” jawab Risa. Gadis itu memang bisa dibilang jenius dan beruntung. Di saat semua bingung mau melanjutkan sekolah di mana, ia justru mendapat tawaran beasiswa dari beberapa sekolah menengah keatas terkemuka.

“Kalo kamu ngelanjutin di mana, Qis?” Kini giliran Balqis yang menjadi pesat perhatian.

“Aku di SMA Negeri 2,” jawab Balqis.

Shayra merasa sedikit tidak percaya diri berada di antara mereka. Ia senang teman-temannya bisa melanjutkan ke sekolah favorit di kota ini. Tiba-tiba ia merasa tersisihkan saat mereka membahas sekolah masing-masing. Gadis itu hanya terdiam menyimak cerita teman-temannya tentang sekolah mereka.

Shayra merasa seolah hidup ini tidak adil untuknya. Ia merasa seolah menjadi orang asing di tengah-tengah mereka. Pasalnya ia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang sekolahan di kota ini.

Di saat semuanya bercerita tentang keunggulan sekolah masing-masing, ia hanya bisa terdiam. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari sekolahnya. Meskipun begitu, ia tetapi bersyukur bisa melanjutkan sekolah. Gadis itu tidak bisa membayangkan bagaimana masa depannya jika hanya memiliki ijazah SMP.

Usianya masih terlalu muda untuk bekerja. Ia tidak ingin menggadaikan masa remajanya dengan sibuk mencari uang. Shayra ingin menikmati masa remajanya sebagai mana anak-anak seusianya. Merasa kan kebahagiaan dalam sebuah hubungan. Merasakan indahnya masa-masa remaja yang tidak akan terulang lagi.

Namun, akankah ia bisa melewati semuanya dengan indah? Beberapa bulan ini saja terasa sulit untuknya, apalagi dua tahun ke depan. Bisakah ia meraih apa yang selama ini menjadi impiannya? Entah, gadis itu hanya bisa berharap jika nasib baik akan berpihak padanya. Kini, keinginan terbesarnya adalah membuktikan pada semuanya jika ia mampu bertahan. Itu saja untuk saat ini, entah apa yang akan terjadi nanti biarlah terjadi sesuai kehendakNya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro