Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Menjadi Mualaf

Tak lama kemudian, ART membawa minuman, lalu meletakkannya di atas meja. Obrolan tetap berlanjut. Bas bisa menjawab setiap pertanyaan yang ditanyakan oleh Azka maupun Fara, meskipun sedikit gugup. Kadang, Keisha mengajak bercanda supaya suasana lebih santai.

Saat azan Magrib, Azka pamit ke masjid terlebih dahulu. Sementara itu, Fara dan Keisha salat di rumah. Bas membayangkan kelak akan mengimami Keisha untuk beribadah. Betapa indahnya jika itu bisa terwujud. Setelah Azka pulang dari masjid dan semua sudah salat, Bas meminta izin untuk pulang karena hari sudah menjelang malam. Fara meminta supaya pemuda itu ikut makan malam, tetapi dia menolaknya.

**

Keesokan harinya adalah hari Minggu. Bas datang ke rumah Azka.

"Permisi!" sapa Bas.

Azka, Fara dan Keisha sudah siap serta berpakaian rapi.

"Ayo, kita langsung menuju masjid saja! Persiapkan dirimu baik-baik, Nak!" perintah Azka.

"Baik, Om." Bas tersenyum ramah.

Mereka jalan kaki menuju masjid, karena letaknya yang dekat dari rumah Azka.

'Ya Tuhan, ini adalah pilihanku,' batin Bas, saat menginjakkan kakinya pertama kali di dalam masjid.

Dia duduk di samping Azka. Sementara itu, Fara dan Keisha yang sama-sama mengenakan gamis panjang serta hijab, menempatkan diri agak jauh dari mereka. Tak lama kemudian, ada beberapa tetangga yang datang untuk ikut menyaksikan acara yang sakral itu.

"Assalaamu'alaikum," salam lelaki berpakaian serba putih, Ustaz Abizar.

Beliau diikuti beberapa orang, yang mungkin pendamping atau santrinya. Semua orang menoleh, lalu menjawab salam.

Ustaz Abizar duduk paling depan, berhadapan dengan Bas dan Azka. Beliau memberikan sambutan sekilas, lalu emasuk ke acara inti.

"Anda sudah siap, Saudara Baskara?" tanya Ustaz Abizar.

"Sudah, Pak," sahut Bas, yakin.

"Asyhadu allaa ilaaha illaallaah," ujar Ustaz.

"Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Bas mengikuti.

Kemudian, pemimpin pondok itu melanjutkan syahadat sampai selesai dan Bas lancar menirukannya. Setelah itu, Bas mengulangi kalimat tersebut secara lengkap, dari awal sampai akhir.

"Allaahu akbar!" seru semua orang, ikut merasa senang, terharu sekaligus bersyukur terhadap Bas yang kini menjadi mualaf.

Ustaz mengusap wajahnya dengan kedua tangan. "Alhamdulillah. Selamat, Anda sudah menjadi orang Islam sekarang."

Baskara mengangguk sopan, lalu menjabat dan mencium tangan Ustaz serta Azka bergantian.

Papanya Keisha langsung memeluknya. "Semoga Allah meridai ke-Islamanmu dan menjaga iman dalam hatimu."

"Aamiin, ya Allah." Bas menitikkan air mata, masih belum percaya benar-benar menjadi mualaf.

Fara dan Keisha saling berpelukan.

"Aku merinding, Ma," kata Keisha.

"Iya, Nak. Mama juga merinding sekaligus bersyukur. Akhirnya, Bas telah masuk Islam," sahut Fara.

Ustaz Abizar menyampaikan beberapa pesan penting, setelah itu menutup rangkaian acara. Semua orang menyalami Bas dan mengucapkan selamat, lalu pulang.

"Nak, saya bangga sama kamu, karena kamu berani berpindah agama, meskipun nanti pasti ada tantangan dari keluargamu," kata Azka, saat berjalan pulang bersama Bas.

Kekasih Keisha mengangguk. "Iya, Om. Saya siap dengan semua konsekuensinya. Saya pun sudah diusir dari rumah."

Fara dan Keisha yang berjalan di belakang, saling berpandangan.

Azka mengerutkan dahi. "O, ya? Terus, bagaimana sikapmu menghadapinya?"

"InsyaaAllaah, saya sudah tidak khawatir, karena sekarang sudah punya pekerjaan tetap. Dengan kata lain, saya sudah lama mandiri secara finansial, tidak bergantung pada Ayah dan Ibu. Kalau beliau berdua marah, itu wajar karena berbeda prinsip," jawab Bas.

"Bagus! Kamu berani mengambil risko. tadi. Jangan lupa, nanti, saat azan Zuhur berkumandang, saya tunggu salat berjamaah di sini. Lakukan karena Allah, bukan hanya untuk mendapatkan Keisha semata. Om perlu melihat kesungguhanmu. Om akan mengajari kamu berwudu dan salat." Suami Fara menepuk pundak Bas.

"Baik, Om, akan diusahakan. Saya akan wudu dari rumah, karena dua bulan yang lalu sudah mempelajarinya. Kalau salat, sudah tahu gerakannya, tetapi belum hafal bacaannya," sahut pacarnya Keisha.

Azka mangut-mangut. "Ya, nanti sambil belajar, tetapi tetap harus salat meskipun bacaannya belum hafal semua."

"InsyaaAllaah, Om."

Sampai di depan rumah Papanya Keisha, Bas pamit pulang.

"Semoga dia jodoh terbaikmu, ya, Nak?" harap Fara, memandang ke arah motor Bas yang perlahan menghilang di balik tikungan jalan.

"Aamiin, Ma." Keisha senyum-senyum, melihat ke arah yang sama.

"Papa memindai kesungguhan di wajah Bas, sepertinya dia calon imam yang baik," timpal Azka.

Fara mengangguk. "Ya, mudah-mudahan, Pa."

Mereka masuk ke rumah. Wajah Keisha masih berbinar-binar mengingat saat Bas mengucapkan syahadat tadi.

**

Siang hari, Keisha yang masih berhijab sejak dari masjid tadi, berbaring di kasur sambil memandang langit-langit kamar.

"Bas tadi ganteng banget, ya? Duh! Mana dia udah masuk Islam lagi. Calon imam banget, nggak, tuh?" gumam Keisha.

Dia memandang ke arah perut, lalu mengusapnya perlahan. "Hai, kamu! Tadi udah lihat, kan, Papamu keren banget? Berani jadi mualaf. Semoga bisa segera menikahi Mama, terus kami berdua temani kamu saat tumbuh, sampai lahir ke dunia. Aamiin."

Betapa indah khayalan Keisha, sampai dia tersadar karena bunyi notifikasi pesan masuk di ponselnya. Hatinya tambah berbunga-bunga melihat nama Baskara yang tertera di layar.

[Kei, sayangku! Mau tanya, nih, cara mandi wajib/janabah itu gimana, ya? Kan, dalam Islam, saat kita berdua khilaf malam itu, berarti kita udah hadas besar. Nanti mau salat sama Papamu, jadi harus bersuci dulu, dong?]

Isi pesan Bas sontak membuat Keisha terbelalak.

Perempuan itu mengedipkan mata berulang kali, lalu bergumam, "Apa-apaan, sih, Bas! Kayak gini tanyanya sama aku? Tapi, kalau dia beneran nggak tahu, gimana?"

Setelah beberapa menit, Keisha mengetikkan balasan, setelah beberapa saat berpikir.

[Cara mandi besar/mandi janabah: pertama, mencuci kedua tangan. Terus, tuangkan air dengan tangan kanan ke tangan kiri, lalu mencuci kem*l*an. Ketiga, mencuci tangan dan berwudu. Setelah itu, ambil air dengan tangan dan jari-jarimu, dimasukkan ke pangkal-pangkal rambut supaya bersih. Kalau sudah merata, lanjut membasuh kepala tiga kali dan mengguyur seluruh badan. Bisa dilanjutkan mandi seperti biasa, boleh juga tidak. Terakhir, mencuci kaki. Selesai. Gimana? Paham, kan, Yang?]

Meski malu, Keisha menerangkan semuanya, karena Bas benar-benar tidak tahu.

[Makasih, ya, Sayang. Maaf, kalau kamu sungkan menerangkan hal ini, tapi sungguh, aku benar-benar tabu soal mandi wajib. Baru teringat setelah tadi diajak Papamu, salat berjamaah di masjid nanti siang,] balas Bas.

Putri Azka menghembuskan napas panjang, lalu menjawab, [Nggak papa, Yang. Sebenarnya sempat malu, sih. Tapi, biar kamu tetap semangat mempelajari Islam, aku tetap menjelaskannya, karena ini hal urgen yang harus disampaikan kebenarannya.]

[Oke. Sayang banget-banget-banget sama kamu.] Bas iseng mengirimkan pesan itu, diakhiri emotikon cium.

[Aku juga. Ingat! Jangan sampai salah urutan mandi janabahnya!] Keisha mengingatkan.

[Oke, nanti aku hafalin. Sebenarnya, sebelum ini, ada seseorang yang pernah kasih aku kitab tentang bersuci, tetapi belum beliau jelaskan secara gamblang, karena waktu yang terbatas,] jawab Bas.

Pacarnya jadi penasaran. [O, ya? Siapa?]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro