Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 10 Outbond

Acara yang diadakan di divisi Malik memang terkesan mendadak, hanya tiga minggu untuk persiapannya. Outbond yang berada di Tanah Tingal, Ciputat memang sengaja Malik pilih karena jarak yang dekat dengan kota Jakarta dan tidak mengharuskan untuk menginap.

Tema outbond kali ini adalah kerja, bersaudara, keluarga. Malik membuat kaos lengan panjang yang bertuliskan tema tersebut. Kaosnya berwarna oranye dan abu-abu, bagian belakang tulisan tema berwarna putih dan bagian depan bergambar Tanah Tingal.

“Sudah siap semua?”

“Sudah, Pak,” jawab para karyawan yang telah berdiri melingkar bersiap untuk doa sebelum berangkat.

Malik memimpin doa sebelum berangkat ke Tangerang. Ada sekitar 15 orang di divisi Malik. Naura, Sinta, Abel dan Jojo berada di mobil Malik. Ayu, Retno, Ridwan, Akmal dan yang lain berada di dua mobil berbeda. Ada tiga mobil yang berangkat.

“Ra, banyak banget barang kamu. Itu tas isi apaan?” tanya Sinta yang penasaran dengan isi tas Naura.

Naura membawa banyak makanan, satu tas gendong bacpaker dan satu plastik isinya camilan semua. Mereka sudah bersiap di mobil Malik. Di depan ada Abel dan Malik, belakang ada Jojo, Naura dan Sinta. Jojo sengaja menyuruh Abel duduk di depan biar bisa dekat dengan Malik.

“Biasa, makanan ringan.” Naura menaikturunkan kedua alisnya. “Entar juga abis sama yang di samping kanan aku, Sin.”

Jojo memang banyak makan, maka dari itu Naura membawa banyak makanan agar dirinya kebagian saat makan nanti. Pernah dulu, waktu jalan-jalan ke Jungle Land. Naura membawa popcorn hanya satu dan itu habis oleh Jojo. Saat membeli permen kapas di sana juga habis oleh Jojo. Kali ini, Naura tidak ingin seperti itu lagi.

“Hahaha. Keinget dulu waktu di Jungle Land, ya?” Abel dan Sinta tertawa.

Jojo yang merasa dirinya disindir karena duduknya di samping kanan Naura, menoleh. “Apa?”

“Kamu, Jo. Bukannya beli camilan sendiri, malah ngabisin punya Naura,” ujar Malik, melihat kaca depan sebentar untuk melihat Jojo lalu fokus ke depan lagi.

“Kalo ada yang gratis itu harus dimanfaatkan, Pak. Rezeki kalo ditolak nanti tidak akan menerima rezeki,” ucap Jojo sok Bijak.

“Tapi enggak ngabisin juga kali, Jo,” sahut Sinta.

“Namanya ditolak, emang enggak akan menerima rezeki, Jo,” jawab Naura sewot.

Mereka telah sampai di Tanah Tingal. Perjalanan dari Jakarta ke Tangerang memakan waktu satu jam lebih.

Bersiap untuk turun, tak lupa Abel memakai kacamata yang ia padukan dengan warna baju agar cocok saat dipakai, kacamata yang berwarna abu-abu pada lensanya membuat Abel menghindari kecerahan dan silau karena sinar mentari. Rambutnya dikepang bagian pinggir kanan dan kiri kemudian disatukan di belakang. Ujung rambut ia biarkan tergerai.

Memasuki Tanah Tingal, membuat Abel merasa seperti berada di Puncak. Banyak pepohonan membuat suasana tampak asri nan sejuk.

Semua rombongan mengikuti arahan Malik, sebelum masuk ke permainan pertama, mereka melihat indahnya bunga anggrek yang ada di kebun anggrek. Suara kicauan burung-burung terdengar jelas, seperti penyambutan terhadap tamu yang datang. Ada burung perkutut Jawa, pipit benggala, kutilang, tekukur, dan masih banyak lagi karena ada 30 macam burung.

Di Tanah Tingal juga ada pohon Bhodi, beringin tua yang berukuran besar, berasal dari Bodh Gaya, India. Dipercaya bahwa dulu Buddha Siddharta Gautama bertapa di bawah pohon dan mendapat pencerahan maka di depan pohon Bhodi diberi patung Buddha untuk mengingat bahwa pohon tersebut bukan pohon biasa. Abel berfoto dengan patung Buddha bersama Sinta dan Naura.

Setelah melihat-lihat di kebun anggrek, rombongan ke galeri pemilik Tanah Tingal, yaitu alm. Boediardjo.

Mereka melakukan kegiatan wisata petualangan dan liburan yang sangat memerlukan kerja sama team. Management training, team building, paintball, dan company outing. Setelah melakukan semua itu, yang terakhir mereka bermain Kano.

Setelah makan siang dan istirahat, Malik membagi kelompok yang ingin bermain Kano. Ada Ridwan, Akmal, Naura, Sinta, Abel, Ayu, dan Jojo. Berhubung yang ikut tujuh orang, masih kurang satu. Jojo mengusulkan jika Malik harus ikut, karena yang lain tidak ikut, sudah merasa capek dan istirahat di Saung Santai.

Semua telah siap mengenakan pelampung sebelum naik ke Kano. Ridwan berpasangan dengan Ayu, Naura dengan Akmal, dan Jojo dengan Sinta. Semoga saja tidak terjadi perang dunia lagi antara Sinta dan Jojo. Kini, Abel sendiri. Jojo mengusulkan jika Malik harus ikut agar Abel tidak sendirian.

“Yang jadi juri siapa?” tanya Malik pada Jojo.

“Gampang, minta tolong suaminya Retno aja, Pak,” jawab Naura sambil mengedipkan satu matanya pada Jojo.

“Benar, Pak. Tinggal nunggu aja, enggak capek.” Jojo langsung memanggil suami Retno agar menjadi juri.

Malik memakai pelampung yang diberikan Jojo. “Jo, aku deg-degan deket Abel,” bisik Malik di depan Jojo.

“Santai, Pak. Abel sudah dipastikan jomlo dan aman.” Jojo mengacungkan jempolnya.

Malik dan Jojo berjalan mendekat ke arah danau bergabung dengan yang lain. Malik berpasangan dengan Abel.

“Bel, kita harus menang. Untuk bisa menang, kita harus menjadi team yang solid. Kamu di depan, aku di belakang, ya?”

Abel mengiyakan. Setelah memakai helm, Abel masuk ke Kano namun terpeleset.

“Hati-hati, Bel.” Refleks, Malik memegang pinggang dan tangan Abel.

“Ciyeee.... hajar terus, Pak.” Jojo dan Sinta tertawa melihat Abel kikuk dengan Malik.

“Pantang menyerah sebelum berjuang, Pak. Jodoh akan mendekat jika kita berusaha. Yang penting usaha, Pak,” teriak Naura.

Abel senyum-senyum melihat semua menjodoh-jodohkan dirinya dengan Malik. Tak dapat dipungkiri jika Abel memang tertarik dengan Malik. Tingkahnya yang selalu melindungi, meskipun refleks.

Malik membantu Abel, tangannya untuk pegangan Abel menaiki Kano. Setelah di rasa nyaman dengan duduknya, Malik naik dengan hati-hati.

“Siap, Bel?” Malik sudah siap dengan kayuh yang berada di sisi tangannya. “Ingat, kita bisa menang jika kita kompak dalam mengayuh.” Malik memajukan badannya, berbisik pada sisi telinga Abel, “seperti kita dalam sebuah hubungan, akan goals jika kita saling menguatkan.”

Abel merasa deg-degan, jantungnya berpacu cepat dan bulu kuduknya meremang saat embusan napas Malik menyapu telinga hingga pipi Abel. Bau mint napasnya seperti permen.

“Kita harus menang, Pak,” jawab Abel terbata-bata, merasa gugup.

“Siaaaappp.... 3, 2, 1.... Go...!” Peluit yang telah Irwan—suami Retno—bunyikan menandakan mereka harus berjuang melawan air yang menggenang dan para lawan yang kejar-kejaran.

Malik berusaha semaksimal mungkin, tenaga yang Abel keluarkan tidak cukup kuat untuk mengayuh. Malik meminta Abel untuk diam agar tidak capek tapi Abel tidak mau. Melihat yang lain akan sampai pada garis finish, Malik langsung mengayuh dengan sekuat tenaga. Abel yang tidak kuat jadi mau berusaha semampunya agar tidak membebankan Malik.

Jojo yang sudah berada di depan mengacungkan jempolnya pada Malik. Merasa dirinya tertinggal, Malik mengejar Jojo. Masih ada Naura dan Ayu di belakang. Mereka terlihat santai menikmati pemandangan sambil mengayuh pelan.

“Yeeeee.... akhirnya bisa menang,” ucap Abel sambil memeluk pinggang Malik, refleks.

“Udah jadian, Bel?” tanya Jojo yang masih berada di Kano. Malik dan Abel telah turun dari Kano.

Abel langsung menarik tangannya, “enggak,” jawab Abel dengan muka seperti kepiting rebus.

“Mukanya kayak tomat,” ucap Malik berbisik pelan. Abel menutupinya dengan kedua tangan.

Malik menggandeng tangan Abel, mengajak ke samping kolam renang yang berada di sebelah danau.

“Mau ke mana, Pak, Bel?” teriak Sinta dari Kano yang berhenti di garis finish.

Malik dan Abel menoleh, Malik mengacungkan jempolnya dan Abel menjawab tidak tahu.

“Bagus tidak tempat ini?” Berada di Wedding Pool, tempat untuk acara resepsi atau pernikahan yang berada sebelah kolam renang.

Abel melihat ke sekeliling Wedding Pool terdapat kolam renang yang berada di samping, pohon-pohon rindang berada di beberapa titik. Tempat ini seperti sudah didesain untuk tempat pernikahan.

“Bagus, Pak. Untuk pernikahan outdoor sangat cocok.”

“Kamu ingin pernikahan di outdoor? Nanti kita akan seperti yang kamu inginkan,” jawab Malik sambil menatap lekat mata Abel.

#Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro