Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 1

"Mempunyai sosok sahabat seperti dirimu, membuat aku bersyukur akan hidup yang kujalani sekarang."

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

"Kanaya."

Terdengar teriakan dari belakang gadis yang rambutnya dikuncir kuda. Ia segera membalikkan badannya dan tersenyum saat tahu bahwa yang memanggilnya adalah sosok perempuan yang telah menemani masa sekolahnya. Dia adalah Elina Myesha, sahabat dari masa putih biru hingga masa abu-abu seperti sekarang.

"Minjam buku dong?" pinta Elina sambil menjulurkan kedua telapak tangannya di depan Kanaya. Kanaya hanya mampu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Kebiasaan kamu ya Li, emang kamu gak ngerjain pr lagi?" tanya Kanaya dan meneruskan jalannya yang tadi sempat tertunda untuk ke kelas.

Elina yang ikut berjalan di sampingnya tersenyum kaku. "Lo kan tahu gue bego dipelajaran akuntansi."

"Oke, oke. Dan sebagai sahabat yang baik aku bakal ngasih buku aku."

Elina yang merasa senang akan jawaban Kanaya langsung memeluk erat sahabatnya. "Uh, Naya emang sahabat Elina yang paling baik, ntar pas istirahat gue traktir deh."

Kanaya tersenyum di pelukan sahabatnya, baginya Elina adalah makhluk tuhan yang paling baik dikirimkan untuknya sebagai sahabat di hidupnya yang kelam. Entah apa jadinya saat peristiwa itu terjadi, kalau dia belum menemukan sahabat sebaik Elina.

Keduanya tersenyum dan melanjutkan jalan menuju kelas sambil bergandengan tangan.

*****

"Mau pesan apa Nay?" tanya Elina ketika mereka sudah mendapatkan kursi di kantin.

"Terserah kamu aja."

Elina yang duduk di depannya mendengus, "Apaan tuh pesanan terserah. Yaudah kalau gitu gue pesanin yang kayak biasanya aja ya?"

"Iya," balas Kanaya yang tersenyum menatap Elina yang sudah berjalan ke arah Ibu kantin.

Kanaya tersenyum melihat sahabatnya yang sedang mengantri, Kadang-kadang matanya melihat ke arah pintu kantin tempat murid berlalu lalang. Selang sepuluh menit, Elina datang dengan nampan terisi penuh.

"Ini dia pesanan untuk my bestie, jus jeruk dan nasi goreng spesial," ucap Elina riang sambil menyodorkan pesanan Kanaya.

Kanaya yang melihat kelakuan sahabatnya yang tidak berubah dari dulu hanya dapat tertawa kecil. "Apaan deh Li, btw makasih."

"Sama-sama Naya sayang." Elina segera duduk di hadapan Kanaya dan keduanya mulai menyantap pesanan mereka dengan hikmat.

*****

Bel pulang sekolah sudah berbunyi setengah jam yang lalu, tapi dua sahabat ini masih berada di lingkungan sekolah karena masih menunggu jemputan Elina.

"Kakak gue mana sih, lama banget jemputnya," kesal Elina yang menghentakkan kaki.

"Bentar lagi mungkin sampai Li."

"Huft.. Kaka gue emang ya, ngaret banget," kesal Elina dan asal duduk di atas kendaraan orang yang berada di parkiran.

Kanaya hanya tersenyum maklum menatap sahabatnya. "Udah, sabar aja. Aku bakal nemenin sampai kakak kamu datang."

"Elina!" teriak seseorang yang tak jauh dari tempat Elina berada.

"Eh, itu dia kakak gue. Bukannya yang mau jemput Kak Varo? Lah itu kok jadinya Kak Jessi," heran Elina menatap sang kaka.

"Udah, samperin sana."

"Pulang bareng gue ya, Nay?" tawar Elina sambil menatap Kanaya dengan pandangan memohon.

Sambil tersenyum menatap Elina, Kanaya menggelengkan kepalanya pelan. "Enggak Li, makasih. Aku naik angkot aja, soalnya ada yang mau aku urus."

"Huft.. Selalu aja di tolak, kalau gitu hati-hati ya Naya. Kalau Kenapa-napa telepon gue atau gak, pas sampai nanti chat gue ya," pinta Elina sambil matanya tak henti menatap paras cantik Kanaya penuh harap.

"Aku bisa jaga diri kok, udah kamu gak usah khawatir. Aku bakal chat kamu kok pas udah nyampe kos-an nanti."

Elina menghela napas dan menganggukkan kepalanya. "Gue duluan Nay, awas ya jangan lupa buat chat pokoknya. Bye Naya."

Setelah kepergian Elina, Kanaya berjalan perlahan keluar dari kawasan sekolah menuju halte, menunggu angkot datang dengan tenang.

*****

"Kalau jalan matanya digunain mbak!" murka seorang pria yang menatap kemeja putihnya yang terkena tumpahan kopi hitam. Kepalanya terangkat dan menatap nyalang ke wajah seorang gadis yang menunduk takut.

"Maaf mas," ucap gadis itu lirih.

"Emang lo kira kata maaf bisa bersihin noda ini dari baju gue!" sembur pria itu dan menunjuk gadis itu sambil berkata, "gue gak mau tahu, panggilin manajer lo."

"Ada apa Arka?" tanya seorang wanita paruh baya di belakang Arka.

"Ini Ma, gadis itu nabrak Arka. Padahal hari ini aku ada meeting yang sangat penting." Arka menunjuk gadis di depannya dengan pandangan marah yang masih menggebu di hatinya.

Gadis yang ditunjuk oleh Arka mendongakkan kepalanya menatap pria dan wanita paruh baya di depannya. "Maaf tante, tapi aku gak sengaja."

"Kanaya," jerit wanita itu setelah melihat wajah gadis di depannya.

Gadis yang berdiri dengan takut itu terkejut saat tahu wanita itu mengetahui namanya. "Tante, tahu nama aku?"

"Mama kenal?" tanya Arka dengan heran mengabaikan rasa marahnya pada gadis yang memiliki nama Kanaya.

Wanita itu mengabaikan pertanyaan dari dua orang yang berbeda jenis kelamin itu dan langsung mendekap Kanaya dalam pelukannya. "Kamu kemana aja sayang. Tante dan Om nyariin kamu selama ini. Kamu ingat tante kan?"

"Tante siapa?" tanya Kanaya yang bingung dalam pelukan wanita yang tiba-tiba memeluknya ini.

"Nama tante, Tante Renita. Kamu ingat kan sayang. Dulu Mama kamu sering banget main ke rumah Tante."

"Tante Reni. Serius ini Tante? Aku kangen banget sama Tante," ucap Kanaya dan mendekap dengan erat Tante Renita untuk menyalurkan rasa kangennya selama ini

****

"Terus baju aku gimana Ma?" tanya Arka ketika ia, Mamanya dan gadis yang menabraknya tadi, duduk di kursi di ujung Kafe.

"Jalan lebay deh kamu Ka, Mama tahu loh, kamu punya banyak stok baju di mobil," ucap Mamanya acuh tak acuh sambil melanjutkan obrolannya dengan Kanaya.

"Kenalin Nay, ini anak Tante. Adibrata Arka Dhanurendra, kamu masih ingat kan, dulu kamu sering banget main dan dijahilin sama Arka," ungkap Mama Reni sambil melirik anaknya yang di duduk di depannya dengan pandangan yang sulit diartikan.

Kanaya tersenyum menatap Mama Renita sambil berucap," Iya, Naya ingat Tante."

"Arka. Kenalin ini Kanaya Syifa Pratama. Anak dari almarhum Om Pratama dan almarhumah Tante Dyra."

Entah kenapa ketika nama orangtuanya disebut membuat hati Kanaya merasakan sesak yang sama seperti dulu. Dan siang itu adalah awal pertemuan Kanaya dan Arka setelah lama tidak berjumpa. Di dalam hati, Kanaya merasa, akan terjadi sesuatu yang tidak bisa ia deskripsikan.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Halloo *digebuk... 🙈

Maaf banget baru bisa up LdP 😅 semoga setelah ini aku bisa terus up LdP sampai cerita ini tamat ya...

Btw, buat kalian yang mampir baca cerita ini, tinggalkan jejak ya...

Komen dan vote kalian merupakan semangat bagi aku buat UP cerita ini...

Gak banyak banyak aku cuap cuapnya... Terima kasih untuk yang masih setia baca LdP 😘❤

See you ya... Babay

Salam
tasyaauliah_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro