Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. The games

Disclaimer : Masashi Kishimoto
A/N : OOC untuk kebutuhan cerita.

.....

Puluhan putung rokok berserakan di lantai, asap-asap putih tipis bertebaran di dalam ruangan hitam yang lembab, botol-botol kosong minuman keras berada di setiap sudut ruangan. Ruangan yang tidak sehat dimana cahaya matahari yang sulit masuk dan kumpulan asap putih tipis yang dapat membuat paru-paru berlubang.

Botol minuman keras yang cukup menguras kantong bagi seorang remaja yang tidak memiliki uang saku yang tetap berada di atas meja dan jangan lupakan beberapa poto terpajang di dinding-dinding lembab, beberapa poto bahkan sudah ditandai dengan garis silang merah.

"Apa kau yakin akan mengganti mangsa mu?" Suara cempreng itu keluar dari mulut seorang perempuan berambut biru yang sedang duduk di sofa usang berwarna coklat kayu tersebut. Di sela-sela jarinya terselip sebatang rokok yang sudah terbakar setengahnya. "Kenapa tidak pasangan Uchiha yang menjadi sasaranmu? Kenapa malah si murid baru itu?"

Remaja laki-laki tanggung itu terdiam jari-jari tangan kanannya menari di mulut gelas yang berisi beer. "Aku hanya ingin sebuah kejutan, apa itu salah?" Laki-laki itu tersenyum misterius lalu beranjak dari sofa single nya, ia berjalan menuju salah satu poto dan melihatnya.

"Itu tidak salah, hanya saja kalau kejutannya tidak berhasil. Itu hanya akan jadi masalah."

Senyum dari laki-laki tersebut semakin lebar setelah mendengar suara melengking dari arah pintu masuk. Derap langkah kaki memperjelas bahwa si perempuan semakin dekat dengan laki-laki.

"Rambut merah. Aku membencinya," ditangan perempuan terselip sebuah pisau kecil.

"Jangan katakan kau membenci rambut merah, karena rambutmu juga berwarna merah."

Jleb. Suara pisau yang tertancap di poto. Perempuan berambut merah hanya bisa tersenyum tipis. "Kalau begitu kita sebut dia violet?"

Perempuan berambut biru hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua temannya. "Dasar psikopat."

....

Aroma harum memenuhi seantero ruangan, wangi kaldu dengan bumbu rempah-rempah pasti akan membuat perut setiap orang yang menciumnya akan merasa lapar.

Wortel-wortel yang dipotong dengan cepat seakan ingin menunjukan bahwa yang memasak adalah seorang profesional. Kushina yang sedang memasak terlihat telaten dengan bumbu yang banyak, ia bahkan tidak terlihat kepayahan ketika mencari merica bubuk diantara bumbu yang lain.

Pagi ini adalah pagi yang berbeda dengan pagi-pagi sebelumnya, karena untuk dua minggu ke depan Kushina akan sarapan sendiri. Orang tua Kushina sudah pergi ke Spanyol untuk berlibur setelah mereka menemui bibi mereka.

Setelah dirasa cukup, Kushina menuangkan kari dari wajan ke piringnya, Kushina sengaja membuat kari yang banyak agar setelah pulang sekolah ia hanya perlu memanaskannya di macrowave. Kushina segera membawa kari buatannya ke meja makan dan mulai memakannya.

Namun baru beberapa sendok ia memakan sarapannya suara klakson motor terdengar dari luar rumahnya dan suara itu semakin keras. Karena rasa penasaran Kushina meninggalkan sarapannya dan melihat keluar orang aneh mana yang membunyikan klakson dengan sangat keras di depan rumah orang lain.

Alangkah terkejutnya Kushina setelah ia keluar dari rumah dan melihat siapa yang membunyikan klakson. Minato Namikaze.

Tanpa sadar Kushina mulai berlari kearah gerbang dan membukanya. Kini jelaslah penampilan seorang Minato, jaket kulit yang menutupi seragam sekolahnya, motor ninja berwarna hijau yang ditaiki nya dan sebuah helm yang berada di depannya.

"Kau sedang apa di sini Minato?"
Minato tidak mengindahkan pertanyaan Kushina dengan cepat Minato memasukan motornya ke dalam halaman rumah keluarga Uzumaki dan memarkirkan nya.

"Minato, hey!" Percuma berapa kali pun Kushina memanggil nama Minato, orang yang dipanggil tidak pernah menengok ke arah Kushina.

Minato semakin masuk ke dalam rumah Kushina. Kushina yang melihat hal itu pun tidak tinggal diam, Kushina berlari menuju dapur dan benar saja terlihat Minato yang sedang duduk dengan nyaman. Perlahan Kushina mendekati Minato dan mulai bertanya kembali. "Minato sedang apa kau di rumahku pagi-pagi?"

"Apa kau memiliki ocha? Aku rasa hari ini aku ingin minum ocha," sekali lagi Minato mengacuhkan Kushina. Minato mulai berdiri dan mencari ke penjuru dapur sebungkus ocha.

Kushina mulai jengah dengan sikap sombong Minato, dengan amarah yang menggebu-gebu Kushina memukul meja makan dan mengeluarkan aura membunuh.

"Berhentilah bersikap tidak sopan!" Kushina berjalan mendekati Minato dan menarik tubuhnya agar fokus terhadap Kushina. "Berhentilah bersikap seolah aku ini milikmu! Memang benar kita memiliki hubungan lebih tapi itu hanya sebatas pesuruh dan atasan dan itupun diluar rumah. Jadi Minato, selagi kau di kawasan rumahku kau hanya seorang tamu, tidak lebih! Dan aku masih Ratu di rumahku!"

Minato terdiam mendengar luapan amarah Kushina. Kushina tidak salah, semua yang diucapkan nya benar. Setelah menenangkan dirinya sendiri Minato melihat jam. "Sudah jam tujuh lebih lima, kau bersiap-siaplah aku akan mengantarmu."
Setelah mengatakan hal tersebut Minato melangkahkan kaki pergi dari rumah. Meninggalkan Kushina dengan berbagai pertanyaan yang belum terjawab.

....

Anggap saja hari ini Minato sedang kalut. Bagaimana tidak!? Pagi-pagi ia sudah pergi dari rumahnya hanya untuk mengecek keadaan Kushina dan bersikap sangat waspada walaupun diluar ia terlihat tenang, namun percayalah sejak tadi ia sangat gusar. Melihat orang yang ia benci datang kembali seakan membangunkan mimpi buruk Minato.

Suara tembakan dimana-mana, jeritan seseorang dan genangan darah di lantai. Seakan membuktikan seberapa jahatnya malam itu. Minato menundukan kepalanya dan menenangkan deru napas yang sejak tadi menggebu dengan cepat. Minato bahkan tidak tidur semalam, mengetahui Kushina yang menjadi korban selanjutnya membuatnya tidak bisa menutup mata barang sejam saja.

Minato terus menundukan kepala tanpa ia sadari ada mata yang terus memerhatikannya. Kushina yang melihat hal itu yakin ada sesuatu yang mengganggu pikiran Minato hingga Minato terlihat aneh hari ini.

Dengan perlahan Kushina mendekati Minato dan menepuk bahu Minato. "Kau baik-baik saja?"

Minato hanya menganggukan kepala sebagai tanda bahwa ia baik-baik saja.

"Ini, minumlah teh ocha ini sebelum kita berangkat sekolah."
Minato menerima uluran teh ocha tersebut, aroma khas dari ocha langsung memenuhi indra penciuman Minato.

Tanpa sadar tubuh Minato yang awalnya kaku langsung menjadi relaks. Tidak perlu waktu yang lama sampai teh ocha yang berada di dalam gelas habis tidak tersisa. "Terimakasih."

Kushina tersenyum tipis sebagai jawaban pernyataan Minato, setidaknya Minato tidak terlalu tegang. "Aku simpan dulu gelas, nanti kembali lagi untuk pergi ke sekolah bersama."

Minato mulai menyalakan motornya untuk memanaskan mesin motor, Minato membawa motornya keluar dari halaman keluarga Uzumaki dan menunggu Kushina di luar halaman.

Tidak perlu waktu lama untuk menunggu Kushina keluar rumah. Ketika Minato menyadari bahwa Kushina sudah keluar betapa terkejutnya Minato melihat penampilan Kushina, rambut yang selalu tergerai kini di kuncir dengan kuncir kuda dan jangan lupakan jepit rambut berwarna hijau yang selalu terpasang di rambut merah darahnya.

"Minato, hey!" Kushina melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Minato.

Untuk beberapa saat Minato terkesima akan penampilan Kushina, namun Minato segera sadar. "Cepat naik! Kau mau kita berdua terlambat."

"Kalau begitu mana helm yang akan aku pakai?"

Minato menepuk jidatnya ia lupa untuk membawa helm yang lain karena terburu-buru tadi pagi. "A.. Aku lupa untuk membawanya."

"Kau lupa membawanya?! Kalau kau lupa mengapa kau mengajak ku naik motor."

Minato mengernyit heran, kenapa gadis dihadapan nya ini sulit ditebak?

Semenit yang lalu ia khawatir atas diri Minato dan sekarang ia marah besar kepada Minato. Apa Kushina memiliki kepribadian ganda?

"Kenapa kau marah? Pakai saja helm yang ada di rumah mu."

"Tidak ada helm di rumahku! Kalaupun ada sudah daritadi aku mengambilnya."

"Kalau begitu pinjam saja helm tetanggamu."

"Eh!"

"Kau pinjam helm tetanggamu dan kita berangkat sekarang atau kita masih bisa berangkat sekarang dan konsekuensi nya jika ada polisi lalu lintas dan kena tilang maka kau yang bertanggung jawab."

Kushina terdiam setelah mendengar penuturan Minato. Memang tidak salah meminjam helm ke tetangga hanya saja ia tidak terlalu dekat dengan tetangganya apalagi dengan statusnya sebagai warga baru. Tapi, jika ia berhadapan dengan polisi tentu akan semakin runyam.

Dengan terpaksa Kushina menyetujui usul pertama dari Minato, akhirnya Kushina pergi untuk menemui tetangganya dan meminjam helm.

....

11 menit berlalu, kini Kushina dan Minato sudah berada di tempat parkir sekolah.

Brug.

"Aw, kenapa kau memukul ku?" Minato memegang bahu kirinya yang Kushina pukul dengan helm.

"Kau pikir kau ini Jorge Lorenzo yang bisa mengendarai motor di atas rata-rata, atau Mark Zuckerberg yang.."

"Hei, hei. Mark Zuckerberg itu pendiri Facebook bukan pembalap MotoGP."

"A.. Aku tahu, kok."

"Kalau kau tahu lalu kenapa kau sandingkan pendiri Facebook dengan Jorge Lorenzo? Harusnya kau sandingkan Valentino Rossi atau Daniel Pedrosa yang sama-sama pembalap MotoGP," Minato tersenyum puas ketika melihat wajah pucat Kushina karena kalah dalam adu mulut mereka. "Lebih baik kau belajar lagi. Jangan hanya tau aplikasi dan cara memakainya tapi pembuat aplikasi nya kau tidak tahu."

Setelah menyimpan helm, Minato berjalan meninggalkan Kushina dengan tenang ia menyusuri jalan-jalan yang akan menuntunnya ke kelas. Ia tidak peduli dengan fakta bahwa ia dan Kushina tadi membuat sedikit kericuhan di tempat parkir sekolah.

Kushina yang melihat kepergian Minato akhirnya harus menyusulnya juga. Mereka berjalan bersampingan tidak peduli akan tatapan cemburu dari para siswi dan tatapan putus asa dari para siswa.

"Bye the way. Waktu aku ke rumahmu aku tidak melihat kedua orang tua mu. Kemana mereka?" Minato yang pertama memutuskan kesunyian diantara mereka berdua.

"Dasar baka!! Tadi pagi kau membuat keributan di rumahku, dan ketika sampai di sekolah kau baru menanyakan kabar dari orang tuaku!"

Tidak ada jawaban apapun atas pernyataan Kushina kepada Minato. Minato bungkam, bagaimanapun Minato tidak ingin memberitahukan soal kegundahannya.

Kushina hanya menghela nafas akan kebungkaman Minato. "Mereka pergi honeymoon ke Spanyol."

"Apa!" Minato cukup terkejut atas pengakuan Kushina. "Apa kau meminta seorang adik hingga orang tua mu pergi honeymoon?"

"Hei!" Kushina cukup tersinggung atas ucapan Minato. Meminta seorang adik? Memang Kushina pernah memintanya tapi itu ketika Kushina berumur 6 tahun.

Akhirnya mereka sampai di depan kelas XI-1 SAINS.

Namun ada yang aneh dari kelasnya semua teman-temannya berkumpul di depan kelas seperti membicarakan sesuatu, dan keanehannya semakin terlihat tatkala Minato dan Kushina masuk ke dalam kelas. Semua teman-temannya langsung bungkam.

Kushina melirik ke arah Minato yang berjalan dengan tenang ke bangkunya namun Kushina terlalu penasaran dengan apa yang baru saja dibicarakan oleh teman-teman perempuannya.

"Ada sesuatu yang aneh?" Tanya Kushina, namun sebelum mereka menjawab pertanyaan Kushina. Terdengar suara berat yang menginterupsi mereka semua.

Dengan cepat Kushina membalikan tubuhnya dan melihat ada tiga orang yang berdiri tidak jauh darinya.

Orang pertama mempunyai rambut berwarna pirang dan memiliki poni seperti seorang perempuan namun Kushina yakin kalau ia adalah laki-laki.

Orang kedua memiliki rambut pendek berwarna cahaya matahari senja.

Dan orang ketiga adalah seorang perempuan berambut biru tua.

"Uzumaki-san, perkenalkan namaku Yahiko aku merupakan ketua osis di sekolah ini. Disebelah kiriku Deidara sebelah kananku Conan. Kami ingin ketika jam istirahat kau datang ke ruang osis."

"Untuk apa?" Tanya Kushina, ia merasa tidak memiliki masalah apapun yang berkaitan dengan osis.

"Beberapa data tentang dirimu belum lengkap sedangkan kami membutuhkan data dirimu," gadis bersurai biru tua yang menjawab pertanyaan Kushina. Sedangkan Kushina hanya mengangguk sebagai jawaban kesetujuan nya.

Tanpa Kushina sadari ada mata yang terus mengawasi Kushina dan sebuah senyum sinis tipis diantara wajah teman-temannya.

Bersambung~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro