Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PART 26

TIGA TAHUN KEMUDIAN

Apa ada pilihan lain bagi Vanilla selain menunggu? Berbulan-bulan gadis itu setia menantikan kehadiran Diego, tetapi kenyataannya lelaki itu benar-benar menghilang entah ke mana. Vanilla hanya bisa termangu dan menatap pohon sakura. Menyaksikan pohon itu dipenuhi bunga berwarna pink, lalu kelopak-kelopak kecil itu berguguran. Begitu seterusnya.

Alunan musik biola seringkali mengalun merdu, memanggil seorang lelaki yang telah mencuri sebelah hati. Tapi, nyatanya gerbang villa selalu tertutup rapat, meski Vanilla lebih merindukan keributan seorang lelaki yang tubuhnya penuh luka dan pakaian yang berlumur darah seperti ketika takdir mempertemukan mereka.

Hingga akhirnya, kesabaran Vanilla berada di ambang batas. Vanilla memutuskan untuk melupakan lelaki yang pernah singgah ke dalam hidupnya, dan ia pun mati-matian berusaha menghapus nama Diego dari hatinya.

Vanilla menyibukkan diri dengan berbagai macam buku baru. Tuan Ramon sering membawakan Vanilla novel-novel berbagai genre. Thriller, horror, fantasi, dan yang paling disukai adalah kisah romansa. Jatuh cinta, patah hati, kecewa, terluka. Dari semua hal yang Vanilla baca, ia memahami bahwa tidak semua hubungan yang terjalin antara dua insan akan selalu berakhir bahagia.

Dan sekarang Vanilla tahu kenapa Diego pergi begitu saja. Bukan salah Diego, tetapi Vanilla yang salah karena berharap terlalu banyak pada orang asing yang kebetulan singgah dan menerobos benteng kokoh yang selama ini dibangun Vanilla. Diego sudah memilih jalan hidupnya sendiri, maka sudah seharusnya Vanilla melupakan semua kenangannya bersama lelaki itu. Anggap semua kenangan indah itu sebagai mimpi indah, yang mana ketika Vanilla membuka mata, ia tidak menemukan siapa pun di hadapannya.

Begitulah kehidupan terus berjalan. Setidaknya Vanilla bersyukur karena ia masih memiliki Tuan Ramon. Tapi, lagi-lagi ia harus menerima sebuah kenyataan pahit. Tuan Ramon sakit parah harus keluar dari villa untuk dirawat oleh keluarganya di sebuah rumah sakit. Kenapa orang-orang baik di dunia ini satu per satu harus tersingkir dari kehidupan Vanilla?

Tidak apa. Vanilla akan mengambil sisi positif dari kondisi Tuan Ramon sekarang. Dia meminta salah satu pengawal untuk mengantarnya menjenguk Tuan Ramon. Di saat itulah Vanilla menunggu pengawalnya lengah dan memanfaatkan kesempatan untuk melarikan diri.

Dan di sinilah Vanilla berada sekarang. Dengan sedikit uang yang dimiliki, gadis itu meminta sopir taksi mengantarnya ke taman kota. Salah satu tempat yang memiliki sebuah kenangan tersendiri dengan Diego. Tentu saja Vanilla tidak akan melupakan bagaimana rasanya saat dia berjalan sembari bergelayut manja di lengan Diego.

Vanilla berdiri tegak di bawah pohon rindang. Mata cokelatnya menjelajah ke area taman. Matahari mulai beranjak ke peraduannya. Angin semilir berembus cukup kencang, menerbangkan rambut panjangnya yang tergerai di punggung.

Biasanya, Tuan Ramon yang akan mengawasinya di kejauhan. Tapi kali ini, Vanilla sendiri. Benar-benar sendiri, sampai ia ragu apakah keputusan untuk melarikan diri dari sangkar emasnya adalah keputusan yang tepat. Apa yang akan dia lakukan di tempat asing ini dengan uang yang terbatas?

Vanilla melirik tas biola yang tersampir di pundak kanannya. Ia sengaja membawa benda itu, karena ia tidak mungkin meninggalkan benda kesayangannya ketika ia melarikan diri dari villa. Oke, mungkin benda itu bisa sedikit menghilangkan kerisauan Vanilla.

Bermain biola akan membuatnya rileks. Gadis itu mengambil biola dari dalam tas, lalu mulai memainkannya. Instrument yang mengalun merdu cukup untuk menyita perhatian para pengunjung lain. Hanya dalam hitungan menit, mereka berkerumun untuk menonton pertunjukan gratis yang disajikan Vanilla.

Alunan musik indah, siapa pun yang mendengarnya pasti akan terpukau. Terlebih, sang pemain biola merupakan gadis berambut panjang dan berparas cantik. Hanya orang bodoh yang tidak tertarik oleh pertunjukan indah di hadapannya.

Ketika Vanilla selesai memainkan satu instrument, tepuk tangan terdengar riuh. Semua orang memuji kehebatan Vanilla dalam memainkan biola. Tidak terkecuali seorang lelaki yang mengenakan kemeja putih dan jas hitam. Lelaki itu berjalan ke arah Vanilla lalu menyodorkan selembar kartu nama.

"Namaku Ariel. Manager Wilson Hotel, bisa kau lihat di kartu namaku. Aku sangat tertarik dengan permainan biolamu. Kau sangat berbakat, dan kebetulan aku sedang mencari seorang pemain biola untuk tampil di acara live music restoran hotel. Aku harap kau belum bekerja di tempat lain sehingga bisa bekerja di hotel kami," ucap lelaki itu.

Vanilla yang masih takjub dengan tawaran itu, hampir saja kehilangan kata-kata. "Wilson Hotel?"

"Ya, benar. Tugasmu hanya bermain biola untuk menghibur tamu hotel yang sedang dinner di restoran hotel kami. Bagaimana, kau bersedia?"

Vanilla membaca sederet tulisan di atas kartu nama. Dilihat dari penampilannya, lelaki itu bukanlah seorang penipu. Oh, secepat inikah keberuntungan berpihak pada Vanilla? Baru beberapa saat lalu Vanilla merisaukan bagaimana caranya ia melanjutkan hidup, dan sekarang jawabannya sudah di depan mata.

"Kalau kau masih ragu, besok kau bisa langsung datang ke kantor kami." Lelaki muda bertubuh tinggi tegap itu meyakinkan Vanilla.

"Maaf, tapi saya tidak tahu di mana Wilson Hotel."

Ariel mengerutkan dahi. "Kau tidak tahu hotel seterkenal Wilson Hotel?"

"Saya baru datang ke Jakarta, bahkan malam ini saya tidak tahu harus tidur di mana."

"Oh, begitu. Oke, aku akan meminta anak buahku untuk mengantarmu ke hotel, untuk sementara kau bisa menginap di sana. Besok aku akan membantumu mencarikan apartemen."

"Kenapa Anda sangat baik kepada saya? Padahal kita baru kali ini bertemu."

Lelaki itu tertawa, memperlihatkan sebuah ketulusan. "Tenang saja, aku tidak bermaksud jahat. Sudah kukatakan sejak awal, kau sangat berbakat. Seniman sepertimu akan sangat disukai tamu hotel, dan itu akan menjadikan keuntungan tersendiri ketika tamu hotel memiliki kesan yang indah dan suatu saat akan sangat memungkinkan bagi mereka untuk kembali menginap di hotel kami. Bagaimana, kau setuju?"

Bukankah ini kesempatan bagus? Mungkin saja inilah awal karier Vanilla, sehingga ia bisa terbebas dari sangkar emas milik Nyonya Kenanga. Dan hidup sebagai orang normal seperti impiannya selama ini. Vanilla tidak mungkin tinggal di jalanan, bukan? Karena ia tahu cepat atau lambat pasti anak buah Nyonya Kenanga akan menemukannya. Vanilla tidak ingin kembali ke dalam kekangan Nyonya Kenanga. Ia ingin menghirup udara bebas di dunia yang baru.

"Baiklah, saya menerima tawaran Anda."

***

"Kakek yakin memilih Ariel sebagai manager di hotel baru kita? Kakek lupa dia pernah membuat anak cabang perusahaan kita hampir bangkrut karena dia memakai uang perusahaan untuk berjudi?" Diego mendengus. Ia berjalan bersisian di lobi hotel bersama Tuan Gavin menuju lift.

"Dia khilaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tidak ada salahnya memberi kesempatan kedua padanya." Tuan Gavin menepuk pundak Diego.

"Hanya karena dia cucu dari teman baikmu, bukan berarti kau boleh terlalu mengistimewakannya."

"Bukan mengistimewakannya, tapi aku mengenal keluarganya. Dia berasal dari keluarga baik-baik, yang sayangnya pernah terjerumus ke dalam pergaulan yang salah. Sudah sepatutnya kita merangkulnya dan mengarahkannya untuk berjalan di jalan yang benar. Bertemanlah dengannya, Diego."

"Berteman dengan lelaki brengsek seperti dia? Tidak akan. Awas saja kalau dia berani membuat kekacauan lagi di perusahaan."

"Tidak akan. Aku akan selalu memantaunya, dan aku lihat perkembangannya semakin membaik. Kita lihat nanti, apakah live music di restoran bintang 5 Wilson Hotel akan mampu memukau pengunjung? Beberapa hari yang lalu dia merekrut seorang pemain biola. Ariel mengirimkan video saat gadis itu beraksi di atas panggung dan aku langsung menyetujuinya. Pilihan Ariel sangat tepat."

"Aku bahkan yakin live music itu sangatlah buruk dan membosankan. Ariel hanya pandai memilih wanita-wanita seksi di club. Untuk urusan seni, dia nol besar."

"Pemain biola yang satu ini istimewa. Aku yakin kali ini kau akan menyetujui pilihan Ariel."

Tuan Gavin dan Diego masuk ke dalam lift. Diego menekan tombol angka 5, lift tertutup dan bergerak membawa mereka naik ke lantai yang dituju. Setiba di lantai 5, pintu lift terbuka dan mereka pun keluar.

"Wow, kau dengar itu? Suara biola itu sangat menakjubkan meski didengar dari kejauhan." Tuan Gavin berbicara dengan nada bangga.

Lain halnya dengan Tuan Gavin yang terlihat antusias ketika mendengar instrument biola, tubuh Diego justru terasa kaku dan jantungnya berdetak dengan cepat. Alunan melodi yang sangat merdu itu ... mengingatkan Diego pada kenangan 3 tahun yang lalu. Gadis cantik dengan rona merah di kedua pipinya.

Kedua tangan Diego mengepal. Tidak mungkin. Pemain biola itu pasti bukan gadis yang pernah singgah dalam hidup Diego. Tapi, kenapa melodi-melodi itu seolah menarik Diego untuk mendekat padanya, sama persis seperti ketika Diego pertama kali mendengarnya di tengah hutan? Lalu debaran di dadanya?

Diego menggeleng cepat. Kenangan itu sudah berlalu, dan takdir tidak mungkin mempertemukan mereka untuk kedua kalinya. Seharusnya begitu.

***

To be Continued
10 Agustus 2023

Di KaryaKarsa udah sampai Part 40 ya





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro