18
(Name) menghela nafas panjang, tangannya perlahan mengurut batang hidungnya. Sudah seminggu semenjak kejadian Tendou dan yang lainnya menguntit kencannya dengan Iwaizumi, selama satu minggu (Name) juga masih bisa mendengar beberapa orang berbisik tentangnya—dia hanya bersyukur teman sekelasnya tetap diam dan tidak merasa canggung dengan keberadaannya.
'Toh, kalau didiamkan semuanya akan mereda dalam dua minggu,' pikir gadis itu sembari berjalan memasuki gedung gym. Ia menyempatkan dirinya untuk memastikan sepatu tertata rapi, sebelum melangkah menuju lapangan—di mana semua anggota tengah berlatih. "Pelatih akan datang sedikit telat, kalian boleh memulai lebih dulu," lapornya sembari berjalan menuju bangku di sisi lapangan.
"Oh! Apakah kita akan mengadakan latihan tanding lagi?" tanya Tendou girang. Dia segera berlari mendekati manajer timnya. "Atau mungkin membahas babak penyisihan yang akan datang?"
Sang manajer hanya menjawab dengan mengangkat bahunya. "Aku sendiri tidak tahu, kata Saitou-sensei Washijou-sensei mendapatkan panggilan. Sepertinya mereka akan membahas hal itu dulu sebelum kemari," jelasnya sembari membuka tas minuman yang ia bawa tadi. "Kalian lanjut berlatih saja."
Tendou mencibir kecil. "Eh! Kenapa tidak gunakan kesempatan ini untuk berbicara dengan (Name)-chan kesayanganku?" tanya Tendou girang sembari memeluk adik kelasnya tersebut dari belakang. "Aku ingin bertanya banyak hal kepadamu, kau tahu! Terutama tentang keadaanmu saat ini!" serunya girang.
"Tendou! Jangan ganggu (Surname)!" seru Semi sembari melangkah mendekat. "Setidaknya lepaskan dia dan biarkan dia mengerjakan tugasnya tanpa gangguanmu," dia menambahkan, lengannya terlipat di depan dadanya. Manik cokelatnya menatapi Tendou dengan kesal, yang hanya menjulurkan lidahnya pada pinch server tersebut. "Dengarkan aku!"
(Name) hanya menghela nafas pendek, sebelum menoleh menuju Semi dengan tatapan pasrah. "Semi-senpai tolong tarik dia," pintanya perlahan. Semi baru saja akan menariknya ketika menyadari perlahan (Name) semakin membungkuk. "Tolong cepat, punggungku sakit—dan tolong berhenti memberiku beban, Tendou-san!" gerutu gadis itu kesal.
Tanpa pikir panjang Semi segera menarik Tendou menjauhi (Name). Dengan bantuan Leon dan Ushijima, pada akhirnya pemain berambut merah itu berhasil dijauhkan, meskipun masih meronta-ronta di genggaman sang kapten. (Name) mengerang pelan sembari merenggangkan punggungnya, sebelum menatapi Tendou kesal.
"Kau tahu kalau kau itu berat bukan, Tendou-san?" tanya manajer itu kesal sembari memijat bahunya. (Name) hanya diam saja ketike mendengar rengekan Tendou dan kembali melanjutkan aktivitasnya. "Pelatih akan marah kalau kau masih bersantai, kau tahu," dia mengingatkan.
Tendou baru saja akan menjawab, namun Ushijima sudah mendahuluinya. "Dia benar," katanya singkat sembari melepaskan kerah Tendou. "Dan kalau kau memberikan beban tubuhmu pada (Surname), mungkin tubuhnya akan kesakitan. Dia memerlukan tubuhnya untuk beraktivitas seperti biasa," dia mengingatkan.
Erangan pelan keluar dari bibir Tendou. "Wakatoshi! Kau terlalu kaku! Lagipula aku tidak benar-benar memberikan bebanku padanya! Aku hanya bersandar sedikit!" sanggahnya. "Dan aku lebih ingin tahu tentang keadaan (Name)-chan! Maksudku... pembicaraan itu belum berhenti sampai sekarang, kau tahu!" keluhnya, maniknya memperhatikan sang manajer.
Gadis itu terdiam untuk sejenak, sebelum perlahan menengok menuju seniornya. Dia diam untuk beberapa saat, sebelum mengalihkan perhatiannya lagi. Tanpa dijelaskan, (Name) tahu apa yang dimaksud oleh Tendou—toh, dia sendiri sempat memikirkan hal itu sebelum tiba di gym.
"Kalau kau khawatir dengan keadaan mentalku, aku tak apa-apa," jawab (Name) sembari mengambil buku catatannya di dalam tas. "Tetapi, akan ada kemungkinan yang ada aku stres dengan banyaknya tugas dan gangguan dari kalian semua kalau kalian tidak latihan. Aku juga bisa terkena teguran kalau membiarkan kalian bermalas-malasan, kau tahu..."
"Eh?! Tapi aku tidak membebanimu, bukan?!" tanya Tendou panik. "(Name)-chan! Katakan kalau kau bercanda! (Name)-chaaan!" middle blocker tersebut mulai merengek dan berusaha untuk memeluk sang manajer. Untungnya Ushijima segera menahan temannya, sementara Semi berdiri di hadapan (Name) untuk menahan Tendou juga. (Name) hanya menggeleng pelan dan menonton Tendou berusaha melepas dirinya dari cengkeraman sahabatnya sendiri, sebelum manik (e/c)nya teralihkan pada Washijou dan Saitou yang berjalan memasuki gym.
"Semuanya berkumpul!" panggil Saitou dengan nyaring. "Ada yang perlu Washijou-sensei katakan sebelum latihan dimulai," dia menambahkan. Tidak perlu waktu lama sampai semua anggota tim voli berdiri di hadapan kedua pelatih mereka.
Untuk beberapa saat semuanya hanya diam saja, beberapa terlihat keheranan, sedangkan sisanya hanya tetap diam di tempat dan menunggu. (Name) sendiri hanya bisa menatapi sang pelatih paruh baya keheranan, menunggu pria tersebut untuk berbicara.
Keheningan tidak bertahan lama. Washijou berdehem dan kembali menatapi murid-muridnya. "Aku tidak tahu harus memanggil berita ini sebagai berita baik atau bukan. Tetapi, langsung saja pada intinya..." ia menghela nafas pendek. Yang lainnya terlihat semakin kebingungan dengan kata-katanya. "Dalam jangka waktu yang tidak lama... kita akan ikut kamp pelatihan," katanya.
Sesaat semuanya hanya diam saja. Tidak banyak reaksi yang terlihat, meskipun beberapa terlihat lebih tertarik dari biasanya. (Name) melihat rekan-rekan satu timnya sejenak, sebelum mengangkat tangannya untuk menarik perhatian sang pelatih. "Apakah ini kamp pelatihan bersama Universitas Tohoku atau mungkin yang lain?"
"Oh!" Saitou tertawa pelan. "Sayangnya bukan," katanya sembari menatapi sang manajer ramah. "Memang mengejutkan... tapi, kita diundang untuk ikut kamp pelatihan musim panas bersama Grup Fukurodani!" jelasnya, sesaat senyumannya melebar ketika melihat ekspresi terkejut dari beberapa orang. "Memang mengejutkan, tetapi Washijou-sensei mendapatkan panggilan dari Yamiji-sensei. Setelah berembug sejenak tadi, kami setuju untuk mengikutinya."
(Name) membuka mulutnya untuk sejenak, namun segera menutupnya agar bisa menulis pada buku catatannya. Anggota lainnya juga mulai melihat satu sama lain keheranan, ada juga yang terlihat lebih bersemangat—terutama para anggota kelas satu.
Setelah berpikir sejenak, akhirnya Leon mengangkat tangannya. "Mohon maaf, sensei. Apakah hanya kita yang diundang atau ada sekolah lain yang juga ikut selain Grup Fukurodani?" tanyanya perlahan.
Washijou menghela nafas. "Aku tidak tahu kenapa tiba-tiba saja ada undangan ini... tapi, selain kita ada juga beberapa sekolah lain dari Miyagi. Contohnya Seijoh dan Karasuno," ia menjawab. "Kalian pasti sudah tahu Grup Fukurodani, bukan? Terlebih lagi karena manajer kalian sendiri dulu berasal dari SMP Nekoma," gumamnya.
(Name) tersentak kaget ketika mendengarnya, namun dia diam saja dan lanjut menulis. Sebisa mungkin ia mengabaikan tatapan-tatapan dari anggota tim voli dan tetap terfokus pada buku catatannya. Gadis itu sendiri juga tersadar dia sudah menulis kata-kata yang sama beberapa kali.
"Informasi lebih lanjutnya akan kuberikan setelah aku mendapatkan informasi lain," jelas Washijou. "Selama ini, tetaplah jaga kesehatan kalian dan rajin berlatih. Sekarang lanjutkanlah latihan kalian!" perintahnya sembari berjalan menuju tempat duduk yang biasa ia pakai. "Kali ini kalian para kelas satu bertandinglah satu sama lain!" perintahnya.
Sang manajer sempat kebingungan, namun berakhir berjalan mengikuti teman-temannya menuju sisi lapangan. Ia segera menerima jaket yang beberapa anggota titipkan padanya. (Name) masih terfokus pada barang bawaannya sendiri, sampai akhirnya dia menyadari Kawanishi yang tengah menatapinya dalam-dalam sebelum memberikan jaket miliknya sendiri.
Keduanya berhenti melangkah bersama, masih menatapi satu sama lain untuk beberapa saat. (Name) menerima jaket dari teman sekelasnya itu dan melipatnya agar bisa ia letakkan pada bangku, namun sesekali meliriki Kawanishi yang masih menatapinya. Tidak perlu waktu lama sampai (Name) sadar Shirabu juga sedang menatainya.
"Apakah ada sesuatu di kepalaku?" tanya (Name) perlahan. "Kalian menatapiku seakan-akan kehadiranku tidak diharapkan, kau tahu," dia menambahkan dengan ketus sebelum Shirabu keheranan. Sang setter diam saja dan mengalihkan perhatiannya.
Kawanishi, di sisi lain, masih menatapi (Name) dan membuka mulutnya. "Kau tidak bersemangat?" tanyanya blak-blakan. "Kamp ini adalah kesempatan untuk bertemu dengan teman lamamu, itu kalau kau merindukan mereka," jelasnya.
(Name) menatapi pemain berambut cokelat itu keheranan untuk sesaat. "Reaksi seperti apa yang kau harapkan dariku?" tanyanya. "Melompat girang, wajah berseri-seri, dan kehilangan kontrol diri? Kurasa tidak," gumamnya. "Aku bukan anggota tim voli. Ada beberapa yang kukenal, tapi... uhh..."
"Mengenai reaksi..." perhatian (Name) dan Kawanishi teralihkan pada Yamagata yang berdiri tidak jauh dari mereka. Pemuda itu hanya tersenyum jahil, sebelum menunjuk (Name). "Mungkin kau tidak sadar, tapi wajahmu sempat berseri-seri sesaat ketika Washijou-sensei mengatakan Grup Fukurodani," jelasnya, senyumannya masih menetap.
(Name) tersentak, semburat merah menghiasi pipinya. Dia baru saja akan menyanggah, namun Leon mendahuhluinya. "Itu benar, meskipun hanya singkat," katanya pelan. Tawa pelan keluar dari bibirnya ketika dia melihat (Name) gelagapan dan malu. "Tidak perlu malu. Mungkin kau memang rindu dengan sekolah lamamu, ya?"
"A-Aku tidak seperti itu," kata (Name) pelan. "...Oke, baiklah. Mungkin aku memang sedikit bersemangat. Tapi, aku tidak sejelas itu bukan?" tanyanya.
Tendou tertawa mendengarnya. "(Name)-chan manis sekali! Malu-malu seperti itu, kau seperti seorang tsundere!" tambahnya. "Kembali ke topik sekolahmu! Apakah mungkin kau tahu seseorang dari tim voli putra Nekoma?"
Untuk beberapa saat (Name) hanya menatapi Tendou kurang yakin. Dia diam untuk beberapa saat, sebelum mengangkat bahunya ragu-ragu. "Aku kenal beberapa dari tim voli SMP, tapi tidak semuanya," jelasnya. "Toh, kami memainkan permainan yang berbeda. Yang kukenal juga kapten dan wakil kapten tim voli SMP Nekoma dulu, juga mereka yang pernah satu kelas denganku," jelasnya.
"Memangnya apa yang kau mainkan?" kali ini giliran Ushijima yang bertanya.
(Name) mengerjapkan matanya. Dia menatapi Ushijima untuk sesaat, sebelum menatapi yang lainnya. "Baiklah, angkat tangan bagi kalian yang bertaruh..." katanya perlahan. Dia hanya bisa tersenyum tipis ketika melihat Tendou, Yamagata, Kawanishi, dan Shirabu mengangkat tangannya. "Wow, bagus sekali... kalian membuat Shirabu ikut," gumamnya. "Sudah cukup menjaga rahasianya, bukan? Aku bermain baseball saat SMP, kebetulan aku pernah menjadi wakil kapten."
Sang manajer tidak dapat menahan dirinya dari terkekeh ketika melihat ekspresi terkejut dari teman-teman satu timnya. Tidak lama ia melihat Shirabu mendengus kesal, bersama dengan Kawanishi yang mengangkat tangannya—seakan-akan baru saja memenangkan lari maraton. Tendou dan Yamagata menatapi sang manajer dengan kebingungan, sebelum keduanya sama-sama mengerang dan menatapi adik kelasnya dengan kesal.
"Bagaimana ceritanya kau bisa beralih dari baseball ke bola voli?" tanya Semi tiba-tiba. Dia memperhatikan (Name) dari ujung kepala hingga kaki, sebelum mengusap kepalanya. "Sejujurnya, aku mengira kau bermain basket. Bagaimana ceritanya Kawanishi bisa menebak...?"
"Aku beruntung, itu saja," Kawanishi menjawab sembari mengangkat bahunya. "Aku sedikit mengasal, tapi aku beberapa kali melihat (Surname) sangat bersemangat ketika bermain baseball," jelasnya.
Untuk sesaat (Name) hanya menatapi Kawanishi keheranan, sebelum dia menatapi Semi. "Salah satu teman dekatku adalah manajer tim voli saat SMP. Aku meminta bantuannya untuk saran-saran ketika pertama kali menjadi manajer," jelasnya. Kemudian ia mengalihkan perhatiannya menuju Kawanishi lagi. "Dan tidak kusangka kau memperhatikanku seperti itu, aku tersanjung..."
Sang middle blocker hanya menatapi (Name) untuk beberapa saat, sebelum dia mengalihkan pandangannya dari gadis itu. "Memang terkadang aku memperhatikanmu, apakah itu salah?" tanyanya, mata cokelatnya menatapi tajam manik (e/c) milik sang manajer.
Gadis itu tersentak kaget mendengarnya. Bibirnya terkatup, tidak dapat memberikan balasan apa pun. Setidaknya ia hanya mengalihkan perhatiannya dan mengusap rambutnya dengan perlahan, sementara yang lain menonton sambil tertawa pelan. Senyuman tipis terukir pada bibir Kawanishi, sedangkan Shirabu sendiri hanya mendengus dan menatapi (Name) datar.
"Kalau begitu, apa yang membuatmu berhenti?" tanyanya. "Atau setidaknya kenapa kau bisa-bisanya mudah sekali kelelahan ketika berlari? Kau juga sering mengeluh kalau kakimu sakit setelah berlari cukup lama, bukan?" Shirabu menambahkan, lengannya terlipat di depan dadanya.
Manajer itu terdiam. Dia menatapi Shirabu dalam diam untuk beberapa saat, sebelum mengusap kepalanya. "Mau bagaimana lagi, aku sudah jarang bermain baseball semenjak memasuki SMA," jelasnya. "Karena itu aku kehilangan kekuatan dan kemampuanku yang dulu..." gerutunya kesal.
"Lalu apa yang membuatmu berhenti?" Ushijima bertanya, manik zaitunnya menatapi (Name) dengan keheranan. "Mungkin kau tidak masuk melalui beasiswa olahraga, tapi semua orang tetap akan membayangkan kau ikut tim baseball putri lagi, bukan?" tanyanya.
(Name) hanya mengangkat bahunya. "Aku punya alasan tersendiri," katanya. "Dan aku tidak akan bercerita, jangan terlalu berharap, Tendou-san," dia menambahkan, matanya menatapi Tendou yang baru saja akan berbicara—pemuda itu segera menutup mulutnya dan mencibir kesal. "Aku bisa menebaknya dari ekspresimu."
Tendou melipat tangannya kesal. "Kau masih saja menjaga rahasia!" katanya. "Bukan berarti aku keberatan, tapi aku juga ingin mengenalmu lebih jauh! Mana mau aku kalah dengan nomor 4 di Seijoh dan Taichi! Aku mau tahu lebih banyak tentang (Name)-chan!" rengeknya keras, untungnya dia menahan dirinya untuk tidak memeluk sang manajer—terutama karena Ushijima sendiri sudah menahan kerahnya.
Untuk beberapa saat gadis itu terdiam, sebelum menunduk pelan. "Mohon maaf," bisiknya. "Aku hanya berpikir kalau mungkin olahraga bukanlah passion-ku. Memang, aku suka bermain baseball, tetapi bukan berarti aku ingin mengambil profesi yang berhubungan dengan baseball," jelasnya.
Yang lainnya hanya bisa terdiam untuk beberapa saat. Ushijima sendiri mengangguk tanda mengerti. "Yang pasti, aku senang kau berada di tim ini," katanya, meskipun terdengar datar seperti biasa, (Name) tahu kalau dia tulus—lagipula Ushijima biasa berkata jujur. "Karena kau adalah bagian penting dari kami..."
Semburat merah menghiasi wajah (Name), sebelum dia membuka bukunya dan melangkah pergi. "Daripada kalian berbicara terus, pergi latihan sana!" katanya. Untuk sesaat dia hanya dibalas oleh tawa pelan atau tatapan kesal, namun mereka tetap menurut dan berjalan pergi meninggalkan sang manajer seorang diri.
⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡
[Issei]
(Name)! Shiratorizawa juga diundang untuk ikut kamp pelatihan di Tokyo bukan?
Aku dengar dari pelatih! Oikawa sempat terlihat kesal dan tidak setuju ketika tahu Shiratorizawa akan ikut
Kita bisa bertemu lebih sering! Hore!
Kau akan ikut, bukan?
(Name) menghela nafas panjang sembari menatapi layar ponselnya. Dia sudah menduga Issei akan mengabarinya dan mulai berbicara tentang hal-hal yang terkadang tidak (Name) mengerti. Gadis itu segera mengetik balasannya sendiri, tanpa pikir panjang segera mengirimkan pesan itu.
[(Nickname)]
Mau tidak mau aku harus ikut, aku satu-satunya manajer tim
Waktu dilaksanakannya kamp itu belum ditentukan, jangan terlalu bersemangat duluan Issei
[Issei]
Aku selalu bersemangat kalau ada (Name) terlibat, kau tahu (●ゝ∀・)ノ
Gadis itu hanya bisa menghela nafas untuk kedua kalinya. Senyuman perlahan terukir pada bibirnya, secara tidak langsung merasa terhibur dan senang dengan pesan dari teman masa kecilnya tersebut. Dia segera menyelesaikan percakapan mereka agar (Name) bisa kembali fokus memilih bukunya.
Saat ini dia berada di toko buku langganannya—niat awalnya yang pergi keluar asrama untuk membeli alat tulis sempat teralihkan sejenak menuju toko buku, untungnya toko buku ini juga menyediakan barang-barang yang dia butuhkan. Gadis itu menyempatkan dirinya berdiri di rak favoritnya, mencari buku baru untuk melihat-lihat, sekaligus mencatat daftar buku yang ingin ia beli.
Iwaizumi sedang tidak bersamanya, meskipun (Name) tanpa sadar membayangkan Iwaizumi berada di toko buku, membeli buku-bukunya sendiri. Takahashi-san, selaku pemilik toko buku itu, juga berkata kalau dia belum melihat Iwaizumi semenjak awal minggu—semenjak hari kencan (Name) bersama pemuda itu. Meskipun merasa sedikit kesepian karena tiadanya teman yang biasa ia ajak bicara, gadis itu tetap melakukan aktivitasnya dengan normal.
"Terima kasih sudah berbelanja di sini, (Name)!" kata sang pemilik toko buku dengan ramahnya. "Nikmati harimu, jangan pulang terlalu malam," dia mengingatkan sembari melambai pada gadis itu.
(Name) hanya membalas dengan senyuman simpul dan anggukan. Dia segera berjalan keluar toko buku, plastik kecil yang ia terima ia masukkan ke dalam tasnya sendiri. Untuk beberapa saat dia hanya diam di depan pintu toko, manik (e/c) menatapi langit senja. Tidak perlu waktu lama sampai maniknya menatapi sepasang mata yang berada tidak jauh di depannya.
Gadis itu terdiam. Keduanya saling menatapi satu sama lain, sama-sama terkejut. Mereka diam untuk waktu yang cukup lama, seakan-akan berubah menjadi patuh begitu mata mereka bertemu. Setidaknya keheningan itu baru pecah ketika (Name) membuka mulutnya.
"Selamat sore, Oikawa-san."
⌠ ᴸᵎᵇᵉʳᵒˢᵎˢ⌡
Hoiyoy!
Heheheh! Akhirnya terungkap (Name) dulu bermain apa, yaaaaaay~! //?
yaaaah, selamat bagi yang tebakannya bener ya~ sebenernya ngga ada banyak hint yang Demy kasih, tapi sebenernya ada satu hint pada chapter 13 saat mendekati akhir, sewaktu Matsukawa nganterin (Name) pulang. Meskipun hanya sekilas dan tipis banget, itu sebenernya hint yang Demy kasih hahah //plak
Di chapter kemarin, cukup banyak sih yang berhasil nebak baseball, eheheh~
Demy sebenernya pilih baseball karena kebetulan baseball mirip kasti, dan Demy ngga tau kalo di sekolah jepang kasti itu umum atau ngga--mungkin di sana di sebut softball ya?
Oh ya, mungkin sebentar lagi Demy juga bakal mulai ngasih sedikit demi sedikit masa lalu (Name) juga~
Dan juga maaf ya kalau Demy malah merahasiakan masa lalu sang tokoh utama padahal kalian adalah tokoh utamanya XD
Tapi tenang aja~ Demy suka kalau ada yang membuat teori dan sebagainya, jadi kalau kalian punya bayangan atau imajinasi sendiri bagi aja ke Demy! Demy seneng juga denger pendapat dan teori kalian
Anyway, see you next time~
Random question, kira-kira apa yang bakal terjadi selanjutnya ya~?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro