💋KMD💋 - Chapter 07
Awal dari semuanya. Saat musim semi beralih ke musim panas yang menghangatkan.
Seojin menatap tajam Suzy yang menunduk di depannya. Salah satu tangan Seojin mengompres mata yang terkena saos pedas akibat ulah wanita itu. Layar berukuran lima inchi tertempel di salah satu telinga Seojin. Ia menghubungi Yunki untuk bertanya perihal jual beli rumah.
"Yunki-ya, kau sudah menyelesaikan proses jual beli rumah kan?" ucap Seojin ketika suara Yunki terdengar olehnya.
Suzy masih mengamati wajah pria yang berada di hadapannya. Tentu ia tidak lupa dengan rupa itu. Pria yang ditemui di lift sekaligus fotografer yang pernah memotretnya. Yah, benar tragedi sepatu beda warna.
Pria yang tampan namun terlihat menyebalkan. Ah, ini bukan saatnya untuk mengagumi ketampanan seseorang. Nasib Suzy sedang di ujung tanduk. Ia sedang harap-harap cemas karena tidak mempunyai tempat tinggal sementara. Tidak mungkin ia bermalam di hotel. Hal itu justru akan memancing para pencari warta untuk mengejarnya.
["Tentu, aku sudah membayar lunas kepada Ahn Minho. Apa ada masalah?"] Suara Yunki menyeruak ketika Seojin menekan tombol loudspeaker.
"Ah, tidak. Aku hanya memastikan saja, kalau semuanya beres. Terima kasih banyak, Yunki-ya. Maaf menganggu waktumu." Seojin mengakhiri panggilan.
Suzy tertegun setelah mendengar itu. Bagaimana bisa sang paman menjual rumah peninggalan orang tuanya. Satu-satunya tempat tinggal penuh kenangan yang tersisa.
"Sekarang aku rasa kau tahu harus berbuat apa?" ucap Seojin mengusir Suzy secara halus.
Tanpa menjawab sepatah kata pun, Suzy beranjak dan menarik tas koper yang masih tergelak di pinggir sofa. Ia berjalan melewati tubuh Seokjin tanpa suara. Sementara Seokjin mengamati wanita itu dengan sedikit iba. Raut wajah yang sama ketika mereka bertemu di lift kala itu.
Suzy menyeret kakinya yang terasa berat. Langkahnya seperti menopang beban berkilo-kilo. Ia bahkan tidak mempunyai tujuan. Harus pergi kemana, meminta bantuan siapa?
Ah, kenapa dunia begitu tidak adil terhadap dirinya. Kesialan demi kesialan tidak henti menghampiri. Kesalahan apa yang Suzy lakukan di kehidupan sebelumnya?
Dengan langkah gontai, Suzy duduk di gazebo depan rumah. Area berbentuk persegi itu adalah tempat di mana Suzy mendengarkan dongeng yang dibacakan oleh sang ayah. Menikmati embusan angin yang sejuk sampai tertidur di pangkuan. Ah, Suzy sangat benci apabila kepingan kenangan bersama ayahnya muncul kembali.
Melihat layar ponsel cukup lama, namun Suzy tidak tahu harus menghubungi siapa. Ia mengetik nomor Soobong dan melakukan panggilan. Namun, nada sambung itu tidak kunjung terputus. Soobong tidak mengangkatnya.
"Hah, haruskah aku menelepon Lily atau Taeyoon Unnie?" gumam Suzy. Namun secara cepat ia menggelengkan kepala. "Tidak...tidak mereka berdua juga sedang ada masalah."
Suzy menekuk kedua kaki dan merengkuhnya. Mengedarkan mata berkeliling area rumah. Berkali-kali embusan napas kasar terlontar dari mulut. Ia tidak bisa menjaga amanat dari sang ibu, untuk selalu menjaga rumah ini. Gagal.
Ribuan buliran bening terjatuh dari langit, membuat Suzy harus merapatkan tubuh agar tidak terguyur dan basah. Namun, sebagaimana pun ia berusaha, hujan yang diikuti angin besar akhirnya membasahi tubuh.
Bibir Suzy bergetar, ketika hawa dingin menusuk lapisan kulit. Rasa dingin seakan masuk hingga menembus tulang.
Dengan secangkir teh Kamomil, Seojin berusaha menghangatkan tubuh. Buliran hangat itu membasahi kerongkongannya. Ia mengamati awan hitam yang berkumpul dari balik jendela. Sampai indera penglihatannya menangkap sosok Suzy yang meringkuk kedinginan di bawah sana, gazebo halaman depan rumah. Seojin mengira Suzy sudah meninggalkan tempat itu sedari tadi.
"Apa wanita itu tidak takut sakit?" Seojin berdecak sambil melarutkan tegukan terakhir tehnya.
Ia menuruni tangga dan meraih sebuah payung. Seokjin berjalan menuju gazebo menghampiri Suzy. Wanita itu bersandar pada tiang gazebo dengan tubuh menggigil dan wajah yang memutih.
"Hey! Kau baik-baik saja?" Panggilan Seojin tidak ada respon.
Sekarang Seojin menggoyangkan tubuh Suzy. Namun masih tidak mendapatkan reaksi.
Dengan cepat, Seojin membopong tubuh Suzy dan berlari masuk ke dalam rumah. Tubuh wanita itu terkulai lemas karena terlalu lama menahan hawa dingin.
💄💄💄
Sinar mentari menerobos masuk melalui celah-celah gorden putih yang tertiup angin. Suzy mengerjapkan kedua mata dan membukanya perlahan. Sebuah ruangan yang tidak asing. Yah, kamar tidurnya.
Ia terkesiap ketika melihat baju yang ia kenakan. Kemeja putih kebesaran dengan pakaian dalam yang kering. Memori lama Suzy kembali berputar. Semalam ia kedinginan di gazebo karena hujan lebat dan...apa ini? Kemeja putih besar? Jelas itu bukan miliknya. Kemudian siapa yang mengganti pakaian dalamnya?
Kedua tangan Suzy sontak menutupi bagian atas tubuh. "Apa yang pria itu lakukan padaku?"
Derit pintu yang terbuka membuat Suzy menarik selimut untuk menutupi bagian atas tubuh. Melihat Seojin yang datang dengan senampan sarapan pagi, lengkap dengan susu segar.
Pria itu sejenak menghipnotis Suzy dengan penampilan rumahannya. Kaos putih dipadukan celana pendek hitam dan rambut mullet yang dibiarkan acak-acakan itu membuat...
Stop Suzy! Pikirkan apa yang sudah pria asing itu lakukan semalam dengan tubuhmu!
"Hey! Apa yang kau lakukan semalam?" Seokjin menoleh ketika mendapatkan pertanyaan itu.
"Membantumu," jawab Seojin singkat.
"Membantu? Kau mengganti bajuku dengan kemeja kebesaran ini dan ... mengganti pakaian dalamku! Apa yang kau lakukan? Kau melihat semuanya?" pekik Suzy tidak terima. Kedua tangannya masih menutupi bagian atas tubuh.
"Jangan berpikir aneh-aneh. Aku tidak sempat melihat lekuk tubuhmu. Ada Ahjumma yang menggantinya. Cepat makan ini dan segera keluar dari rumahku. Kau tidak berniat tinggal lebih lama bukan?" Ucapan Seojin membuat Suzy terdiam. Untuk kesekian kalinya, ia dipermalukan karena terlalu percaya diri. Ah, Suzy kenapa kau begitu sembrono di depan pria ini?
Seojin membalikkan tubuh dan berjalan mendekati pintu. Namun, langkahnya terhenti dan merogoh saku dalam. Ia mengeluarkan sepasang busa warna kulit dan memberikannya kepada Suzy. "Ukurannya aku rasa sudah pas, tanpa perlu menambah sumpalan seperti ini."
Wajah Suzy langsung memerah seperti tomat, ketika melihat benda keramat yang selalu digunakan untuk menambah volume dada. Dengan cepat ia merebut benda itu dari genggaman Seojin.
Sial! Sudah berapa kali ia mempermalukan diri sendiri di depan pria asing itu!
"Aishhhh! Suzy! Bagaimana bisa?" Suzy mengacak rambutnya setelah memastikan Seojin pergi. "Ah, sungguh ini membuatku gila! Argh!!! Aku harus segera keluar dari rumah ini, sebelum mati berdiri karena malu!"
Meneguk susu hangat hingga tandas, kemudian berganti pakaian. Ia akan menghubungi Chansung dan kembali ke apartemen. Pilihan satu-satunya. Sang paman masih saja tidak bisa dihubungi. Pria itu seperti ditelan bumi, hilang tanpa jejak.
💄💄💄
"Eomma! Aku tidak mau bertemu dengannya. Eomma sengaja melakukan ini ya?" keluh Jake sambil meletakkan kembali sandwich di piring.
["Bukan begitu, Jake. Eomma benar-benar lupa memberikan berkas itu untuk Hyung-mu. Itu berkas penting yang harus diantarkan hari ini ke galeri. Bisa-bisa Eomma kena masalah."] Suara lembut Lee Seol-A tertangkap oleh rungu Jake. Permintaan dari wanita yang tidak bisa ditolak.
"Eomma bisa meminta apa pun. Tapi kenapa harus ketemu dia?" Jake masih bersikeras. Bertemu dengan Seokjin adalah hal yang paling dihindari sejak kematian sang Ayah. Ia masih belum bisa memaafkan Seokjin karena memilih menghabiskan waktu bersama Yoona, di saat terakhir ayah mereka. Setidaknya itu yang dipahami oleh Jake.
["Jake, maafkan Eomma. Sekali ini saja...bisa 'kan bantuin, Eomma? Eomma, mohon."]
"Baiklah. Hanya kali ini saja, Eomma."
["Terima kasih banyak, Putraku"] Panggilan keduanya terputus, Lee Seol-A yang melakukan.
Jake menggigit sandwichnya dan mengunyah pelan. Kemudian mendorong lumatan itu dengan tegukan jus jeruk.
Ia segera keluar dari apartemen dan melajukan mobil. Jake adalah idol rockie yang baru saja memulai karir di industri musik. Impiannya adalah menjadi penyanyi terkenal. Beruntung ia memiliki orangtua yang demokratis dan selalu mendukung setiap langkah yang diambil.
Hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk tiba di Seongbuk-dong. Jake melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.
"Sun-sunbae?" ujar Jake lirih ketika melihat Suzy, salah satu model yang begitu diidolakan. Bahkan ia memiliki semua majalah yang menampilkan wajah Suzy pada cover-nya.
"Suzy sunbae?" panggil Jake sambil menghampiri Suzy yang berdiri di depan pintu rumah Seokjin dengan tas kopernya. Ia masih berusaha menghubungi Chansung.
"Siapa?" tanya Suzy yang asing dengan wajah Jake.
Kedua mata Jake berbinar dengan bibir yang melengkung ke atas. "Aku penggemarmu! Kita berada di satu agensi, tapi aku belum sempat mendapatkan tanda tangan dan fotomu. Astaga! Aku tidak menyangka bisa dipertemukan di sini."
Wajah Suzy yang murung berubah semringah. Ternyata masih ada penggemar yang menyukainya setelah segala berita yang beredar.
"Tapi, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Jake.
"Ini dulu rumah keluargaku. Aku tidak tahu ternyata sudah dijual oleh pamanku," terang Suzy lirih.
"Jadi kakakku yang membeli rumah ini?" Suzy mengangguk sebagai jawabannya. "Lalu? Kau mau kemana?"
"Entahlah, mungkin kembali ke apartemen. Hanya itu yang ada di pikiranku saat ini," jawab Suzy lemah.
"Tapi apartemenmu pasti banyak wartawan. Ah, tidak-tidak kau bisa sementara tinggal di sini," tandas Jake tanpa ragu-ragu.
"Ah, bagaimana bisa? Ini bukan lagi rumahku." Suzy terlihat kebingungan dengan ucapan Jake.
Jake menekan bel dan tidak lama kemudian terbuka. Seojin cukup terkejut akan kehadiran sang adik yang sudah setahun ini selalu menghindar darinya.
"Ja-jake? Apa yang kau-?" Pandangan Seojin beralih dari wajah Jake ke arah Suzy yang tanpa ekspresi.
"Hyung! Aku mau sementara wanita ini tinggal di sini!" ucap Jake mantap. Kontan Seojin terkejut ketika Jake memanggilnya dengan sebutan itu. Panggilan yang sedari lama ia rindukan.
"Tinggal di sini?" Apa maksudnya?"
"Yah tinggal di sini. Aku...aku akan mempertimbangkan ulang untuk memperbaiki hubungan kita kalau kau mengizinkan idolaku tinggal di sini sementara. Dia," tukas Jake sambil melirik ke arah Suzy.
TO BE CONTINUED...
Kim Jae Hyun / Jake
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro