Chapter 5
Momoi Satsuki, gadis yang ternyata ditemui oleh Akashi-kun. Sungguh, aku tak habis pikir. Kenapa...Akashi-kun bisa bersama dengannya?
Jadi, apa Akashi-kun memang tak sungguh-sungguh menyukaiku?
Apa selama ini hanya aku yang menganggap hubungan kami itu istimewa?
Lantas, kenapa dulu dia menyatakan perasaannya padaku?!
Apa maksudmu yang sebenarnya, Akashi-kun?
Tenang, (Name). Kau harus tenang.
Bisa jadi mereka hanya teman dekat saja kan? Benar kan?
Kuharap begitu ahaha.
Aku pun memutuskan untuk mengintip mereka lagi dari tempatku bersembunyi sekarang. Aku takkan pergi dari sini sampai aku tahu mereka memiliki hubungan apa.
"Mou, Sei-kun! Kenapa tadi kau membuatku menunggu, sih? Aku akan marah kalau Sei-kun telat lagi lho~" kata Momoi dengan nada yang dibuat-buat imut sambil memegang pipi kanan Akashi-kun.
Akashi-kun hanya tertawa kecil dan mengelus pucuk kepala Momoi dengan lembut. "Yah...kau tahu sendiri kan, Satsuki? (Name) memaksaku jalan-jalan bersamanya."
"Heee? Sei-kun! Kau masih berhubungan dengan (Name)?! Bukankah aku sudah bilang kalau Sei-kun harus memutuskan hubungan dengan (Name)?" Momoi mengerucutkan bibirnya dengan kesal.
A-apa? Momoi tahu hubunganku dengan Akashi-kun? Lalu...kenapa dia masih menjalin hubungan dengannya? Sungguh...kau tak bisa dimaafkan, Momoi Satsuki.
"Aku pernah cerita bukan? Seorang rekan basketku memintaku berpacaran dengannya. Jika tidak, ia akan keluar dari timku." Akashi-kun memasang wajah malas. "Aku masih membutuhkan kemampuannya dalam bermain basket. Jadi, aku menyanggupi permintaannya."
"Setidaknya, dengan menjadi kekasih (Name), aku bisa mendapat keuntungan dari rekan basketku itu kan?"
"Ahaha! Kejam seperti biasanya!" Momoi tertawa ceria. "Tapi, karena itulah aku suka padamu, Sei-kun!" Kemudian, Momoi memeluk Akashi-kun dengan manjanya.
Akashi-kun pun membalas pelukan Momoi. Sesekali ia mengelus rambut merah muda Momoi itu. "Yah, tentu saja kau suka padaku. Aku juga suka padamu, Satsuki."
Aku tak bisa menahan rasa sedihku ini. Bisa-bisanya mereka berdua di belakangmu! Apa-apaan ini?! Entah aku sedih atau kesal.
Daripada aku menyakiti hatiku lebih jauh lagi...lebih baik aku pergi dari sini. Aku butuh waktu untuk menenangkan diriku.
.
.
'Kau jahat. Akashi-kun.'
.
.
Aku langsung lari ke rumah dan langsung masuk ke sana. Aku tak peduli panggilan Tetsu-nii yang menghujaniku dengan banyak pertanyaan.
"(Name)-chan! Kau kenapa?"
"Diam! Tak usah pedulikan aku!"
Tanpa sadar aku membentak Tetsu-nii. Bagaimana pun juga, aku masih SANGAT kesal dan sedih di saat yang bersamaan.
Aku langsung berlari ke kamarku dan mengunci pintu kamarku rapat-rapat. Aku tak ingin Tetsu-nii menggangguku dulu.
"(Name)-chan? Sebenarnya ada apa sih? Kau kenapa?" tanya Tetsu-nii dari luar sana sambil menggedor pintu kamarku.
"Tetsu-nii tak perlu tahu!"
Astaga. Sudah berapa kali aku membentak Tetsu-nii hari ini? Uh, semuanya karena Akashi-kun dan Momoi!
"Baik, (Name)-chan." Tetsu-nii berkata dengan lembut. "Aku akan menunggumu. Kalau kau sudah mau bicara padaku, cukup panggil aku."
Aku diam saja. Tak menggubris sedikitpun perkataan Tetsu-nii.
"Aku akan ada di ruang tamu. Sampai nanti."
Dan suara langkah Tetsu-nii semakin menjauh, tanda dia sudah pergi dari depan kamarku. Aku hanya menghela napas lega.
Aku mulai mengingat kejadian barusan. Terutama, saat Momoi memeluk Akashi-kun. Setelah itu, pelukannya dibalas dan bahkan Akashi-kun mengelus rambutnya.
Air mata turun membanjiri pipiku. Aku tak sanggup lagi menahan tangisku. Kenapa...kenapa mereka berdua setega itu padaku? Apa yang salah?
Di benakku terbayang wajah Momoi dan Akashi-kun yang sedang tersenyum dan mengobrol bersama. Satu hal yang takkan bisa kudapat dari Akashi-kun.
'Aku juga sayang padamu, Satsuki.'
Aahhh. Sial. Kata-katanya kembali terngiang di telingaku. Kalimat yang diucapkan Akashi-kun dengan tulus dan tanpa beban itu. Belum pernah aku mendengar nada suaranya yang seperti itu.
Sial.
Aku...tak bisa menerima ini semua.
.
.
.
.
"Begitu. Jadi...Akashi-kun memiliki hubungan dengan Momoi-san?"
Pada akhirnya aku memutuskan untuk bercerita juga pada Tetsu-nii. Setidaknya, ada yang mendengar perasaanku saat ini.
Aku hanya mengangguk pelan sambil mengambil segelas teh hangat buatan Tetsu-nii meminumnya. Sesekali aku menyeka air mataku yang mengalir itu.
"Sudah kubilang. Akashi Seijuuro itu tidak pantas untukmu, Kuroko (Name)." Nada bicara Tetsu-nii menjadi dingin. Sepertinya, ia juga kesal pada Akashi-kun.
"Ahaha. Kurasa begitu..." Aku hanya tertawa simpul.
Tetsu-nii hanya menghela napasnya berat. "Karena kau sudah tahu Akashi Seijuuro itu orangnya seperti apa, kusarankan kau segera berhenti menyukainya."
"Kau hanya akan semakin sakit hati kalau memaksa berhubungan dengannya."
"Benar juga...tapi--"
"Tidak perlu 'tapi-tapian', sudah jelas Akashi Seijuuro menyukai Momoi Satsuki, (Name). Buka matamu, ayolah."
"Benar ahaha..."
Aku kembali mengingat perkataan Akashi-kun. Dia menyayangi Momoi, bukan aku. Tapi...dengan bodohnya aku masih tak rela melepasnya.
Lalu, aku tiba-tiba mengingat satu perkataan Akashi-kun.
"Tetsu-nii, aku sempat dengar kalau Akashi-kun mau menjadi pacarku karena suruhan anggota tim basketnya," kataku dengan ragu-ragu. "Apa...Tetsu-nii tahu siapa orangnya?"
"Tidak. Bisa saja Akashi-kun berbohong pada Momoi-san. Ketahuilah Akashi-kun bisa jadi seorang pembohong."
"Oh..begitu ya...kupikir setidaknya aku akan tahu siapa orangnya..."
Ting tong!
Bel rumahku tiba-tiba berbunyi. Entah siapa yang datang ke rumahku. Apa itu Akashi-kun?! Eh, tidak mungkin juga ya hahaha.
"Biar aku yang buka pintunya ya, Tetsu-nii."
Aku berlari kecil ke arah pintu rumahku. Bel kembali dibunyikan, aku meneriakkan seruan pelan untuk menunggu. Begitu sampai di depan pintu rumahku, aku langsung membukanya.
"Chihiro-kun? Ada apa?"
Raut wajahnya yang datar itu memancarkan aura kesedihan. Ia terus-terusan memandangku dengan tatapan sedih.
"Ada...satu hal yang harus kubicarakan denganmu."
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro