KENIKMATAN TERLARANG 3
"Sayang!" seru Fara mencari Arzein.
"Siapa kamu? Berani-beraninya pakai baju istri saya!" tegas Arzein, yang segera menarik jarinya dari kawah basah milik Syelen.
Tangan Syelen segera membenarkan letak dress rumahan pemberian Fara, yang sudah kusut akibat perbuatan dari Arzein.
Ingat ya, pemberian! Bukan curian!
Setelah merasa bagian tubuhnya sudah tertutup indah, gadis itu kemudian memutar tubuhnya ke arah Arzein. Sepasang netra hitam pekat Syelen, bisa melihat sosok pria kurang ajar yang berani menyalahkan Syelen.
Namun, ketika Syelen melihat sosok pria itu, sosok kakak iparnya yang sialannya tampan, dan memiliki tubuh bagai pemain bola. Syelen semakin merasa kesal, karena dia jadi tidak berani memarahi wajah tampan itu.
Kenapa harus tampan? 'Kan Syelen jadi merasa tidak hati kalau marah.
"Ini pasti karena kebaikan Fara. Sampai pembantu sepertimu berani kurang ajar," tuduh Arzein.
Kurang ajar? Wah... Syelen hampir saja ingin merobek mulut pedas Arzein, yang tidak memiliki filter penyaring ini.
Padahal di sini, yang bersikap kurang ajar adalah Arzein, yang tidak tau diri adalah Arzein. Dari mulai pria itu memeluk tubuh Syelen, kemudian meremas-remas payudara Syelen, dan lebih kurang ajar lagi adalah... Arzein memasukkan jarinya ke dalam lubang peranakan Syelen.
Oh sialan untuk tubuh Syelen! Karena setelah membayangkan kejadian yang baru saja Syelen rasakan, justru bagian bawah Syelen terasa lembab.
Ini sangat tidak membantu Syelen!
"...." Syelen bersiap ingin mengeluarkan kata-kata untuk Arzein, tapi Fara ke dalam ruangan. Syelen yang melihat itu, merasa seperti sedang berada dalam novel perselingkuhan, yang memperlihatkan adegan seorang istri menghentikan perbuatan bejat suaminya.
Tapi apa ini sudah termasuk perselingkuhan? Syelen dan Arzein saja tidak melakukan cocok tanam, mereka hanya melakukan sentuhan kulit bertemu kulit. Itu bukan selingkuh kan?
"Sayang! Apa yang kamu ngomong apa sama Syelen?" tanya Fara mendatangi Syelen.
"Dia benar, Mbak. Aku hanya pembantu kurang ajar di rumah ini, dan mulai hari ini aku berhenti buat jadi pengasuh Ellea!" ucap Syelen.
Kemudian Syelen memilih untuk meninggalkan ruangan itu, membuat Ellea mengejar Syelen. Sedangkan Fara harus menatap tajam ke arah suaminya, Fara tidak terima melihat adiknya dihina di depannya langsung.
"Pembantu kurang ajar? Kamu benar-benar tidak bisa jaga ucapan kamu ya, Mas," kesal Fara dengan nada tinggi.
"Pengasuh Ellea? Kamu mau ke mana, sampai menggunakan orang lain untuk mengasuh Ellea?"
"Nanti saya jelasin, Mas. Sekarang saya harus mengejar Syelen---" ucapan Fara terhenti bersamaan dengan tangan Arzein, yang menarik lengan Fara.
"Jawab dulu, Fara. Karena kita sepakat, urusan pendidikan Ellea, kamu yang akan mendidiknya sendiri," ucap Arzein.
"Mama mau, saya ke Bali, Mas. Jadi saya minta tolong sama Syelen buat jagain Ellea," jelas Fara.
"Mama? Sejak kapan Mama lebih terbuka sama kamu, dibanding saya yang anak kandungnya?"
"Itu... saya tidak tau, Mas."
Arzein tidak lagi mau mendengar penjelasan Fara lagi, pria itu lebih memilih untuk pergi meninggalkan Fara. Membuat Fara mematung, tidak tau harus berbuat apa. Dia menyesali emosinya yang tidak stabil, hanya karena adiknya dikatakan sebagai pembantu.
"Oh iya, Syelen. Saya harus bicara sama Syelen," ucap Fara.
***
"Pembantu kurang ajar?" pikir Syelen dalam batinnya.
Tadi, setelah penghinaan dari Arzein. Syelen berhasil pergi dari rumah megah itu dengan memesan taksi online. Tapi karena Syelen ingin menginap di kos temannya, akhirnya Syelen harus mendatangi L-Club, Kawasan Kota Lama.
Temannya yang ngekos di Semarang, mengajak Syelen ketemu di tempat hingar bingar ini. Katanya, untuk merayakan kembalinya Syelen ke Semarang. Terdengar berlebihan memang, tapi teman-teman Syelen memang selalu memberikan effort seperti ini.
"Martini satu," ucap Syelen.
"Dry atau---"
"Buah, tolong martini buah ya," jawab Syelen.
Tidak butuh waktu lama, minuman pesanan Syelen sudah berada di meja. Melihat itu, Syelen berniat menyesap pesanannya, tapi sebuah suara menghentikan tindakannya.
"Kabur dari rumah, hanya untuk martini?" sindir seseorang yang menjadi sumber alasan Syelen berada di sini sekarang.
Syelen memutar posisinya, karena kursi yang dia duduki, memang bisa berputar. "Kayaknya, Semarang luas deh. Dan banyak club mewah di luar sana, tapi kenapa bisa Om milih club biasa ini?" balas Syelen.
"Om? Bukannya harusnya kamu manggil saya Kakak?" koreksi pria itu.
"Kakak aku cuma ada 1, yaitu Mbak Fara. Dan kamu bukan Mbak Fara," ucap Syelen, yang tetap tidak mau memanggil Arzein Kakak.
"Pulang sekarang, Mbak kamu nyariin," perintah Arzein.
Syelen tampak tidak peduli dengan perintah dari Arzein.
"Pulang ke mana maksud, Om?"
"...." Arzein hanya diam.
Syelen masih duduk di tempatnya, gadis itu sama sekali tidak memiliki niat untuk pulang. Hatinya masih sangat kecewa dengan perkataan pria kejam ini. Pria yang sialannya tampan, dan memiliki pemukul baseball yang besar di balik celananya.
"Dengar ya, Om. Nggak semua orang bisa tunduk sama perintah Om, jadi mending Om pulang sendiri," ucap Syelen.
Setelah itu Syelen memutar kursinya, berniat kembali melanjutkan kegiatan tertundanya. Tapi tangan Arzein justru menghentikannya, membiarkan tubuh mereka kembali saling berhadapan.
Namun kali ini, jarak di antara keduanya terasa begitu dekat, sampai aroma parfume Arzein mampu menggelitik indera penciuman Syelen. Ujung jari Arzein menyentuh dagu Syelen, membiarkan wajah mereka saling beradu pandang, menyelam pada keindahan netra mereka.
"Tidak ada, satu wanita pun yang bisa memerintah saya, bocah."
Jujur saja, dalam jarak yang begitu dekat ini. Syelen sangat yakin, tidak ada satu orang pun yang bisa menghindar dari Arzein. Syelen saja sampai sekuat tenaga mencoba mempertahankan kesadarannya, bahwa orang di depannya adalah kakak iparnya.
Jadi jangan sampai Syelen tergiur untuk mendekati pria ini. Bisa semakin ribet hidup Syelen.
"Aku... tidak peduli," balas Syelen, kemudian mencoba melepas tangan Arzein dari dagunya. Namun nyatanya harus gagal, karena pria itu begitu kuat.
"Kamu mencoba menentang saya?" tanya Arzein, terdengar seperti menahan amarahnya.
"Nggak tuh. Aku nggak nentang siapapun, aku cuma nggak dijadiin salah sasaran kayak tadi. Jadi, mending aku keluar dari rumah---"
Hmmmppp.
Bibir Syelen terkunci, Syelen bisa merasakan tekstur lembut dari bibir Arzein menyapa bibir Syelen, mengajak lidah mereka untuk saling berdansa dalam alunan musik club yang begitu cepat. Hingga tanpa sadar sepasang tangan Syelen memilih untuk menggantung pada leher kokoh Arzein.
Entah apa yang ada di dalam pikiran Arzein saat ini, sampai membiarkan Syelen bisa merasakan ciuman terlarang ini. Terlarang karena status yang mereka miliki sebagai saudara ipar. Namun, yang pasti tubuh Syelen tidak bisa menolak ciuman ini.
"Apa kali ini, aku akan kembali disebut kurang ajar?" tanya Syelen, di sela-sela ciuman mereka.
Syelen masih ingat betul, tadi dia dianggap sebagai pembantu kurang ajar. Padahal, yang memberikan baju saja adalah Fara, tapi yang kenapa amukan tetap Syelen. Sangat menyebalkan sekali bukan?
"Ya. Kamu sangat kurang ajar, sampai aku hanya ingin tidur denganmu."
"Kalau begitu, mau tidur denganku... kakak ipar?" tawar Syelen.
Bersambung.
Yuhuuu... sudah mulai memanas belum nih?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro