Chapter 7 (Rasa yang Ambigu)
Mungkin kau menganggapku bodoh, Namun percayalah semua perbuatan yang aku lakukan untukmu itu karena aku mencintaimu.
~Ragil~
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Apa maksud perkataannya?? tanggung jawab?? Mungkinkah aku harus menikah dengannya??? OH NO itu ngga boleh terjadiiiii!!!
Aku merasa begitu resah dalam pikiranku, hingga tanpa sadar aku sudah berada di area parkiran tempat wisata yang sangat ingin aku kunjungi.
Aku terpana akan indahnya lautan yang menghadang di depan mataku.
"Ini di pantai menganti?" tanyaku dengan bodoh, Jelas-jelas sudah ada tulisan selamat datang di pantai menganti di depan gerbang ini.
Arghh Kenapa di depannya aku selalu terlihat bodoh. Apakah virus lemot Nisa dan Dara sudah menyebar kepadaku???
Tanpa persetujuanku lagi-lagi dia menarik ujung baju lenganku.
Dia menuntunku ke sebuah jembatan merah yang sangat indah, Kami terus berjalan menelusuri tepi pantai hingga sampai di ujung lautan.
Sungguh ciptaan Semesta sangat menakjubkan sekali. Aku berjalan ke arah perbatuan yang ada di depan mataku, menghirup udara yang sangat segar dan sejuk.
Rasanya aku sangat bahagia bisa berada di sini, sebuah tempat impian yang lama aku idam-idamkan.
Samar-samar aku mendengar bisikan "Cantik" dari seseorang yang tepat berada di belakangku.
Mengapa jantung ini berdetak begitu cepat? ayolah Nay, tidak mungkin dia berkata cantik pada kamu.
"Kamu bahagia?" tanya dia sambil ikut duduk di sampingku.
"Sangat bahagia, terima kasih kamu sudah bawa aku kesini." jawabku sambil tersenyum tulus ke arahnya.
"Ini sebagai ucapan permintaan maafku, karena memaksamu mengikutiku." ucapnya dengan ekspresi yang masih datar.
"Kenapa kamu menyeretku begitu saja, padahal aku juga pengin naik bukit Hud!!" protesku padanyany.
"Aku.. Aku tak ada maksud apa-apa." jawabnya dengan gugup.
"Cuma isengin kamu saja." jawabnya lagi dengan santai tanpa pikir apa yang telah dia lakukan itu menyebalkan.
"Iseng??? kamu nggak punya kerjaan ya?? sudah narik paksa, bikin aku sport jantung dan kamu bilang cuma iseng?? Ngga lucu!!" teriakku dan pergi meninggalkannya.
Apa-apaan dia, dia pikir aku cuma mainannya, sekali menyebalkan tetap menyebalkan ternyata.
"Dasar dokter gila, sinting, nyebeliiiiinnnnnn!!!" gerutuku saat aku rasa dia masih tetap bergeming di tempatnya.
"Inget Naya, jangan tengok ke belakang. Dia itu bukan cowo romantis yang di novel-novel, yang akan mengejar cewenya saat ngambek. Jadi tetap berjalan lurus apapun yang terjadi," ucapku dalam hati.
Mikir apa si kamu Nay, dia kan bukan cowokmu, kenapa kamu harus marah saat dia ngga ngejar kamu, emang kamu cewek bodoh Nay!!
"Kanaya, Awaas!!" teriak seseorang yang sudah memegang tanganku.
Aku hampir saja tergelincir jatuh ke dasar laut, jika saja orang yang aku maki tadi telat menolongku.
"KAMU BODOH YA!! Jalan tuh pake MATA!! Hari ini kamu udah hampir nyelakain diri sendiri dua kali!" Ucapnya memarahiku. Tatapan matanya sangat tajam sampai aku tak berani menghadap ke arahnya. Tubuhku masih bergetar merasa ketakutan.Tidak terasa air mataku mengalir begitu saja, hati ini begitu sakit, tidak tahu sakit karena apa.
"Maaf, Bukan maksudnya aku bentak kamu, tapi aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu." Ucapnya dengan menyeka air mataku. Aku melihat tatapan matanya yang teduh, Menyiratkan rasa khawatir yang dia rasakan.
"Kamu boleh marah padaku, lampiaskan semua amarahmu padaku, Tapi satu yang harus kamu tahu, jangan pernah melukai perasaanmu sendiri."
"Aku emang salah, semua kelakuanku memang terlihat bodoh, Namun percayalah semua yang aku lakukan itu demi kebaikanmu karena aku nggak mau kamu kenapa-kenapa. Aku nggak mau orang yang aku sayangi jatuh sakit kembali."
Perkataannya terakhir membuat diriku bingung, Apa maksudnya?? dia menyayangi aku?
"Kamu ngga usah bingung Kanaya, Aku tahu perasaanmu itu memang bukan untukku, tapi aku percaya, suatu saat pasti hatimu akan melihatku." katanya lagi dengan lirih.
Jujur aku tak tahu apa yang dia bicarakan, dia seperti sedang menyatakan cinta namun di sisi lain seperti tidak mengandung arti apa-apa.
Apakah benar dia menyukaiku? Secepat itu? Bahkan yang aku tahu dia menyukai Irene. Bagaimana bisa dia menyukaiku. Hati, kepala, dan tubuhku sepertinya tidak sinkrone.
"Naya!! Bang Ragil!!" teriak Laura dan sedang berjalan ke arah kami. Sejak kapan Laura dan yang lain ada di sini, semoga mereka tak mendengar apa yang tadi di ucapkan Ragil.
"Kenapa kalian meninggalkanku." ucapku minta penjelasan dari mereka.
"Tadi ada orang yang khawatir sama kesehatanmu, bahkan dia marah-marah, jadi terpaksa kita ninggalin kamu." sindir Laura yang aku tahu siapa orangnya. Aku melihat Ragil yang pergi menjauh dari kita.
"Kalian rese tau, tega-teganya ninggalin aku sama cowok nyebelin kaya dia." ucapku pura-pura ngambek pada mereka.
"Gapapa kali Nay, kita mah baik, ninggalin kamu sama abang ganteng" celutuk Irene menggoda.
"Iya aing aja mau Nay, lumayan bisa berduaan sama abang keren." timpal Wati.
"Abang Bay mau di taro mana buuu" sahut Nisa.
"Abang Bay tetap di hati, tapi kalau Bang Ragil mau sama aku, aku bisa apa?" ucap Wati dengan mendramatisir.
"Yee ngarep Lo, Abang Ragilkan udah kecantol sama Ibu ustadzah kita." goda Dara padaku.
"Akhirnya bentar lagi ada yang bawa pasangan ke wisuda nih." timpal Lisa ikut menggoda.
"Udah apa-apaan si Kalian, aku sama dia ngga ada apa-apa kok. Lagian siapa yang mau sama dia, aku cuma suka sama Akmal," jawabku yang merasa tidak yakin dengan perkataanku.
"Ayo kita pulang." ucap seseorang dengan suara baringtonnya.
Sejak kapan Ragil di sini, apa dia denger ucapanku tadi, ya udah peduli apa si Nay dia denger apa engga, kamu kan emang ngga suka dia kan?
"Saya ada perlu, kamu ikut mobil sama yang lain." ucap Ragil tanpa melihat wajahku.
Apa perkataanku tadi memang di dengar Ragil? mengapa aku merasa berasalah, Kenapa hati ini merasa Sakit.
💦💦💦💦
Aku sudah mencoba untuk terlelap tidur, namun usaha itu sia-sia.
Rasa kantukku seperti hilang begitu saja. Kenapa aku selalu memikirkan Ragil, ucapannya, sikapnya, terutama raut wajahnya yang sering berubah-rubah.
"Kenapa belum tidur??" tanya seseorang yang selalu mengerti keadaanku.
"Kamu masih mikirin dia?" tanyanya lagi sambil duduk di sampingkum
"Apa perkataanku salah Ra? Aku ngga maksud melukai hatinya," ucapku pada Dara.
"Aku tahu Nay, tapi boleh aku tanya sama kamu Bagaimana perasaanmu saat dekat dengan bang Ragil?? Apakah sedikitpun kamu ngga suka dia?? Apakah kamu benar-benar jatuh cinta sama Akmal?? Aku ngga mau, kamu salah mengambil keputusan, Aku ngga mau kamu nantinya menyesal, jadi sebaiknya kamu tanyakan hatimu terlebih dahulu." ucap Dara sambil menepuk bahuku.
Aku mencerna perkataan Dara yang ada benarnya, apakah mungkin aku benar-benar menyukai Akmal??
"Kok aku jadi bijak gini ya Nay wkwkw, Ya udah tidur yuk udah malam," ucap Dara dan dia kembali ke dalam mimpinya.
Hati, janganlah terlalu memberi sebuah teka teki, jika aku tak menyukainya, mengapa aku begitu terluka saat melihat dia marah??
Hati Katakanlah padaku, jika benar ini cinta, lalu bagaimana perasaanku terhadapnya??
Hati, tidak mungkinkan ada dua cinta sekaligus di dalam hatimu dalam kurun waktu yang bersamaan.
Beritahu padaku, siapa yang paling bersemayam dalam lubuk hatimu.
Egoku berkata, Aku tak mungkin menyukainya.
Sedangkan hati terlalu bimbang, siapa yang paling dia cinta.
Lalu Apa yang harus aku lakukan???
Di malam sunyi yang sendu,
di sinari langit yang kelabu,
Kepadamu wahai Sang waktu,
Jangan buat rasa ini terlalu Ambigu.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Asalamualaikum guys.
Jadi gimana, udah ada yang mulai suka sama jalan ceritannya.
Maafkan cerita ini yang banyak kegajeannya,
But aku harap kalian tetap menyukainya.
Jangan lupa VOTE dan KOMEN ya guys. :)
Terimakasih💕💕
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro