Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Kilas Balik

Halo, Teman-teman :)
Update lagi, nih, Mas Bin-nya.
Selamat membaca
Semoga suka ^^

***

Baru melakukan kilas balik, tapi hatiku sudah tercabik-cabik.

*****

Embusan angin malam menusuk kulit Azalea yang tengah duduk di teras rumah. Dahan-dahan bergemerisik, daun-daun menari menyempurnakan suasana yang tenang. Anak rambut Azalea mengikuti pergerakan angin, tapi sang pemilik tak risau. Ia bersandar pada tiang penyangga rumah. Lututnya ditekuk sebagai tumpuan tangan untuk menyangga kepala.

Arah pandang Azalea terus fokus pada langit. Ia suka menatap langit, apalagi malam hari sebab ada  banyak cerita tentang ini. Namun, kali ini pikirannya penuh dengan masalah yang akhir-akhir ini melanda.

Menjalin hubungan pura-pura dengan Bintang bukanlah suatu pilihan yang tepat. Ia justru terjebak dalam kendali cowok yang terkenal dingin itu.

Siang tadi saat di lapangan basket, kertas yang diberikan Bintang berisi perjanjian-perjanjian tentang kelangsungan hubungan mereka.

"Peraturan hubungan pura-pura," gumam Azalea, "apa-apaan, nih?!"

Bintang hanya menatap lurus ke depan, tanpa terintimidasi dengan nada bicara Azalea yang memprotes. "Lanjutin," tukasnya.

"Satu, lo wajib ada di saat gue butuhin. Yang gue minta, wajib lo lakuin." Azalea melotot ke arah Bintang. "Kok, jadi kayak babu?!"

"Lanjut."

Sial! batin Azalea. Akan tetapi, ia tetap melanjutkan, "Dua, jangan nyusahin." Emang gue selama ini nyusahin dia apa? Baru sekali doang, gerutu Azalea, tapi tak ia ucapkan.

"Tiga, berhenti panggil gue Ka Bin." Alis Azalea terangkat sedikit. Urat sarafnya sedikit mengendur karena tak tahu apa yang salah dengan panggilan itu.

"Ambigu," jawab Bintang sebelum Azalea bertanya. Ia masih memertahankan posisi, tidak menatap ke arah Azalea.

Azalea hanya mendengkus, kemudian membaca persyaratan selanjutnya, "Empat, jangan gosipin gue waktu lagi sama temen lo." Dasar kepedean! maki Azalea dalam hati.

"Nggak usah ngehujat."

Azalea terkesiap karena ucapan Bintang seolah menjawab apa yang ia pikirkan. Ia mulai was-was kalau cowok di sampingnya merupakan cenayang.

"Lanjut," suruh Bintang.

"Lima, jangan baper sama gue." Azalea tak tahan untuk tidak memukul lengan Bintang. Cowok itu menatap tajam ke arah Azalea karena diperlakukan demikian. "Heh! Gue nggak bakal baper sama lo! Jadi orang kepedean banget! Seganteng apa, sih, lo sampe bisa pede banget gitu?!" omel Azalea.

"Bagus." Tanpa meladeni omelan Azalea, Bintang segera bangkit lalu berjalan keluar. Azalea hanya terus-terusan merutuki dirinya yang ceroboh sampai terjebak dalam peraturan gila Bintang.

"Anak Ayah malem-malem ngapain di luar?"

Lamunan Azalea buyar kala suara bariton menegurnya. Laki-laki yang telah berusia tiga puluh tujuh tahun itu tampak letih sepulang kerja. Pekerjaan sebagai dokter jelas membuat Ayah Azalea kelelahan, apalagi jika banyak pasien.

"Liat langit, Ay," jawab Azalea.

Bara, Ayah Azalea, terbiasa dipanggil 'Ay' oleh sang anak hanya terkekeh. Anak gadisnya itu beralasan supaya kelihatan romatis, jadi panggilnya 'Ay' bukan 'Yah'. Bara mengusap pelan rambut anaknya. "Adek mana?"

"Udau tidur. Dia, mah, kebo."

"Bukan Adek yang kebo, cuma kamu yang kalong. Udah jam sepuluh, belum tidur, malah mesra-mesraan sama Awan."

"Mana ada mesra-mesraan sama Awan?!" bantah Azalea.

Bara tergelak melihat pipi Azalea bersemu. Anaknya benar-benar mirip dengan almarhumah istrinya, tidak pandai menutupi perasaan. "Terus ngapain kalo nggak mesra-mesraan sama Awan? Apa kamu mikirin gebetan baru di sekolah? Kata Luna, kamu pacaran sama kakak kelas, ya?" goda Bara. Dia kini duduk di sebelah anaknya.

"AYAH TAU DARI MANA?!" pekik Azalea. Ia seketika menutup mulut kala ayahnya mengisyaratkan untuk tidak bicara keras-keras.

"Kan, udah Ayah bilang, Luna yang ngasih tau."

Azalea hanya mencibir. Luna memang mulutnya tidak bisa diam, tidak bisa menahan informasi penting sedikit saja. "Ah tau ah!" kesal Azalea.

Bara hanya terkekeh geli. Dia memilih masuk rumah, tapi dia sempatkan menggoda anaknya, "Cie galau milih masa lalu atau yang baru."

"Ayah!" protes Azalea. Ayahnya memang begitu, suka sekali menggoda. Namun, itu juga yang membuat rumah ini tidak sepi, walau ibunya telah pergi. Ah, jika mengingat perempuan satu itu, Azalea selalu dilanda rindu.

Ia mengalihkan pandangan ke arah langit lagi. Memang menatap langit bisa melepas beban. Awan yang mengatakan ini pada Azalea. Katanya, langit itu selalu punya fenomena yang berbeda, apalagi langit malam, selalu ada rasi bintang yang berbeda-beda terbentuk. Sayangnya, kebanyakan manusia hanya terfokus pada fenomena yang biasa, contohnya senja, pelangi, dan sejenisnya.

Azalea kali ini justru lupa tentang masalah Bintang. Ia terjebak dalam kenangan masa lalu yang tak bisa diulang. Rasanya sesak saat tahu masa itu telah usai. Pedih kala mengingat seseorang yang menjadi semula menjadi sumber kebahagiaan, kini telah meninggalkan. Tanpa sadar, tetesan bening lolos di pipinya. Berikutnya, tusukan-tusukan ingatan masa lalu membuat hatinya ngilu, lebih dingin dari angin malam ini.

"Awan, gue kangen lo."

*****

Hoam... elah siapa lagi si Awan. Ribet amat, ya, authornya kebanyakan tokoh :v
Karena cerita ini benar-benar rumit, gais. Saking rumitnya, hari ini update cuma seuprit😌
Jangan sedih, hari sabtu nanti update lagi😌
Jangan lupa pencet bintang di pojok kiri, ya
Selamat menunggu part selanjutnya
Terima kasih❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro