Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

31. Mistake

Daffa terlebih dahulu menenangkan Alfian sebelum menemui Fio yang masih berada di dalam kantin.

Gadis itu menduduk, usai memperhatikan keberdaan Daffa, Fio menyerka airmatanya, "Gue takut, Daff. Perasaan gue gaenak."

"Mending kita ikutan nyari yuk?Positif think, oke!" seru Daffa dianggukan oleh Fio.

Lelaki itu sedikit menghibur Fio. Pertama yang mereka tuju ialah menemui Syafa, siapa tau gadis itu tau keberadan temannya.

Dari koridor kelas sepuluh, tanpaknya Syafa sedikit mengobrol dengan Arsen. Keduanya sama-sama fokus dengan lembaran dokumen masing-masing.

Daffa berdehem mempergoki keduanya. "Eh. Eh."

"Ilih-ilih."

"Lo dari kelas ga lihat Alexa?" tanya Fio tanpa berbasa-basi.

Syafa mengelengkan kepala.

"Kan bareng lo." kini Arsen menjawab. "Kok sekarang mala nyari?"

Fio sedikit menduduk. Gadis itu merasa bersalah. "I don't know? Mangkannya sekarang kita nyari dia."

"Ilang maksud lo?"

Fio mengangguk mengigit bibir bawahnya.

Arsen dan Syafa tak kalah terkejut. Buru-buru lelaki itu memberikan dokumennya kepada Syafa lalu beralih ke arah Fio dan Daffa, "Gue ikut."

Kebetulan Arsen dan Syafa mengikuti satu extrakulikuler yang sama. Tak lama-lama Arsen segera memberikan dokumen itu kepada Syafa agar diberikan ke pembimbing. "Gue ya pengen ikut!" kini Syafa meringis. Syafa juga khuawtir dengan salah satu sahabatnya itu.

Beberapa di Lenald high tak menyukai gadis itu, entah mengapa, padahal Alexa tak seburuk itu.

"Ntar kita kabarin lo kok," celah Daffa terburu-buru sebelum meninggalkan Syafa.

***

Alfian segera memasuki ruangan CCTV, lelaki itu kini sudah berada di depan komputer selagi mencari data CCTV hari ini.

Awalmulanya berfokus ke arah bagian Alexa dan Fio memasuki kantin sebelumnya masih di dalam kelas bersama Arsen seusai acara ulangtahun sekolah. Disekitarnya pun tiada yang mencurigakan.

Namun alih-alih fokus Fio teralihkan saat memesan makanan, waktu itu digunakan untuk sipenjebak memasuki rencana.

Alfian mengerutui kebodohannya karena tak memperlihatkan posisi adiknya saat itu.

Alexa didorong memasuki gudang.

Alfian segera menghubungi Fio. Tak lama sambungan telepon terhubung.

"Lo cari ke arah gudang." ujar Alfian di sambungan telepon lalu mematikan sepihak.

Namun beberapa menit setelah itu. Mereka mereka berhasil membawa Alexa ke arah parkiran sekolah. Penampilan Alexa tanpak kacau, begutujuga rambutnya berantakan.

Alfian memeras kedua tangannya, memukul apapun benda di dekatnya. "Sial!"

Semua terlambat.

***

Disisi lain, Fio yang barusaja mendapat kabar dari Alfian. Mereka bertiga segera ke gudang.

Pastinya Alexa disekap.

Kebetulan pintu gudang sedikit terbuka dan ...kosong?

Mereka bertiga memasuki ruangan tersebut selagi mengecek keaadan namun tak menemukan keberadaan gadis itu.

"Pinter banget, tuh, otak dalam otak." Arsen menaham siliva kasar.

Pastinya setelah Alexa disekap, gadis itu dibawa ke tempat lain.

Fio pun tak sengaja menahan rintikan air mata. "Xaa.. Lo dimanaa ..."

Fio merasa bersalah, kini ia kehilangan sahabatnya. Jika Fio tidak teledor ini tak akan terjadi.

***

"Itu Raxel!" seru Ragel menunjuk salah satu target.

Gadis yang ditunjuknya itu berada di gerbang sekolah menunggu jemputan. Ragel dan Riko segera mengarah ke arah gadis itu.

"Lo itu licik!" ujar Riko ngos-ngosan menunjuk Raxel dengan jari telunjuknya tepat di depan mata gadis itu.

Ragel pun ikut terbawa emosi. "Lo bawa teman gue kemana? Bitcth!"

"Gue gak tau apa-apa!" sinis Raxel menatap kedatangan mereka berdua dengan tajam. "Kalian dateng-dateng, nuduh gue enggak-engak!"

Riko dan Ragel juga usai memutari koridor dan kelas-kelas masih tampak beberapa murid masih di area sekolah meski bunyi bel pulang telah mengakhiri aktivitas mereka disekolah.

Bertemu dengan Raxel ialah kesempatan. Karena gadis itu termasuk golongan dari para cabe. Kemungkinan terburuk juga pasti ada.

"Jangan pura-pura gak tau. Lo kan yang bully Alexa? dan juga teman-teman lo itu?"

"Karena lo bagaian dari Geng Baymon!"

"Mana bos lo?"

Raxel mala tertawa mendengar celotehan Regal.

"Bos?Bosok?" alih Riko berujar.

Raxel tak berhentinya tertawa selagi menatap mereka. "Alexa? Itu urusan teman gue!"

"Dan gue gak bakal ikut campur."

Riko dan Ragel memperjelas maksud dari perkataan Raxel. "Apa yang lo tau?" Kini Riko bertanya.

Dengan senang hati, Raxel mala mengeluarkan ponsel dari dalam sakunya. Gadis itu mengirimkan sesuatu di ponsel Riko.

"Sorry, waktu gue gak banyak."

***

Erlina juga mencari keberadaan kedua temannya. Sedaritadi keduanya tidak bersamanya sejak dari pagi, hanya sekilas bertemu di ruangan kelas saja. Nomernya pun tak bisa dihubungi.

Gadis itu mengecek pergelangan jamnya, dari bel pulang pun kini sudah berbunyi dari satu jam yang lalu.

BRAK!

"Eh. Lo tuh kalo jalan pakek mata!"

Seorang pria yang tak sengaja ditabraknya mengumpat kasar. "Erlina??"

Erlina menaikan bahu menatap Seo, orang yang ditabraknya itu. "Ya, sorry! Gue gak sengaja!"

Vino dan Seo tidak sengaja berada di lantai tiga kini menemui Erlina. Vino segera memancing gadis itu terlebih dahulu. "Btw teman lo pada kemana?" 

Gadis itu menaikan bahu.

"Biasanya kan kalian bertiga." Seo pun membenarkan ucapan Vino.

"Gue lagi nyari mereka." ujar Erlina datar.

Vino dan Seo saling berpandangan.

"Lo berdua gak lihat mereka?" tanya Erlina lagi.

Vino dan Seo mengangguk paham. Kali ini mereka harus mengunakan nada rendah, karena Erlina ini paling lembut diantara kedua temannya --Abel maupun Rossa.

"Tadi pagi masih lihat."

"Kan gue tanya sekarang."

"Teman lo berdua gak ada disekolah dari jam berapa emang?" Tanya Riko berlahan.

Erlina lagi-lagi mengangkat bahu tidak tau. "Gue gak kumpul sama mereka!"

*** 

Mereka kembali berkumpul membagi informasi yang mereka dapat. Alfian sudah berada disana kembali. Lelaki itu hanya menyalin kamera CCTV lalu kembali ke tempat semula.

Kantin. Tempat mereka kini berkumpul. Belakang pojok ialah tempat Alfian dan teman-temannya berkumpul.

"Informasi apa yang kalian dapat?" tanya Alfian ditengah keheningan.

"Gue ketemu salah satu personal Geng  Blackrose. Tapi Abel sama Rosaa gak ada. Tadi kita ketemu Erlina."

"Emang Abel kan ijin pulang." balas Daffa yang diketahuinya.

"Katanya hari ini emang mereka bertiga gak bareng." Vino menjelaskan lebih lanjut.

Rossa. Gadis itu dalam sebuah tanda tanya.

"Gue ketemu Raxel. Dia malah ngasih alamat kedua temannya." ujar Riko.

Perkataanya membuat mereka tertarik. "Tapi gue rasa ada hal Raxel ketahui." Riko kembali menjelaskan pendapatnya.

"Alexa emang sama gue, waktu gue pesen makanan. Balik-balik udah gak ada." awal cerita Fio dimulai. "Gue uda cari dia ke kelas atau info dari Syafa. Emang terakhir kali, Alexa sama gue."

"Gudang juga ga dikunci. Gue rasa ada orang yang masuk sebelum kita? Barangnya juga sedikit kacau sih." kini Arsen berkata.

Alfian langsung  memberikan hasil rekaman kepada teman-temannya itu.

Awalmulanya berfokus ke arah bagian Alexa dan Fio memasuki kantin sebelumnya masih di dalam kelas bersama Arsen seusai acara ulangtahun sekolah. Disekitarnya pun tiada yang mencurigakan.

Namun alih-alih fokus Fio teralihkan saat memesan makanan, waktu itu digunakan untuk sipenjebak memasuki rencana.

"Sapa sih tuh cewek? Nunduk mulu." komentar Seo memperhatikan bagaian seorang perempuan disana mencengkaram tangan Alexa lalu tak lupa menutup mulutnya dengan plester.

Setelah berhasil, gadis itu menyuruh untuk menunduk keluar dari kantin. Begitu juga gadis yang menarik Alexa itu menduduk.

Disana juga ada rekaman mereka saat berkumpul di depan kantin. Mungkin itu ialah salah satu cara supaya penyamaran tidak terlihat.

"Rita?" ujar Regal menunjuk gadis yang sedaritadi menunduk kini memperlihatkan wajahnya seolah menyari temannya yang lain. "Iya! Itu Rita!" Regal berteriak memastikan.

"Gue gak kenal." cibir Arsen.

"Lo tau gak sih! Rita itu emang salah satu fans fanatiknya Alfian!"

Alfian yang dipanggil namanya kini menatap Regal. "Oh jadi tuh cewek, gak suka kalo gue deket adek gue?!"

"Ha? Adek lo?" alih-alih Arsen bertanya balik.

Fio menoleh ke arah Arsen. Raut wajahnya sedikit tercegang. " Iya, Sen. Alexa, your girlfriend itu sebenarnya adiknya Alfian." Fio menjelaskan kepada Arsen sesudah mendapat persetujuan dari Alfian.

Fio dan Daffa yang duduk disebelahnya ikut tertawa selagi memperhatikan expresi Arsen.

Arsen tak bisa menyembunyikan raut expresinya saat ini. Lelaki itu beralihkan fokus dengan mengaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Lo sih. Bodoamatan banget sama cewek!" lagi lagi Regal mengoceh kepada Alfian.

Riko segera melanjutkan hasil rekaman dari ponsel Alfian. Yang Alfian copy bagaian keterkaitan kejadian itu.

Perempuan yang kini mereka ketahui bernama Rita, salah satu siswi kelas sebelas itu mendorong tubuh Alexa kasar, hingga temannya lainnya ikut memasuki gudang. 

"Di gudang kan gak ada CCTV, tunggu sampek mereka keluar." petunjuk dari Alfian sedikit penjelasan.

Selang beberapa menit,

Tak lain ialah Rita. Gadis itu barusaja memasuki gudang seolah Rossa sudah  memberi informasi ketika situasi tanpak aman.

"Tuh orang ngasih tau klo situasinya uda nyaman." penjelasan Alfian singkat.

Alfian terlebih dahulu megetahui ciri-cirinya karena beberapa di rekaman terlihat jelas. Sayangnya yang ia copy hanya yang terkait.

Tak lama tubuh Alexa dibopong oleh kedua perempuan disana. Salah satu dari mereka memprediksi situasi terlebih dahulu.

Mereka memilih bagaian dalam. Jika bagaian luar pasti masih ada beberapa tamu. Rupanya, mereka menuju arah parkiran. 

"Pinters nih yang ngatur rencana." cibir Vino, karena keberadaan mereka sedaritadi memilih tempat yang jarang diketahui.

"Kelemahannya, gak sadar klo ada CCTV." lanjut ujar Arsen dibenarkan oleh mereka.

Sampai diparkiran, mereka bertiga memasuki salah satu mobil yang sudah disiapkan. 

"Pak Somad tuh kerjaannya gak bener," cibir Fio memperhatikan mereka berhasil kabur dari gerbang.

"Pak Somad dialihkan arah sama mereka."

****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro