Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPTER 15 : Dungeon Tugas (2)


Cahaya. Kemanapun aku melihat warnanya putih dan membuat silau. Pandanganku buyar, tapi aku merasakan sinarnya yang semakin redup. Transkripsi sihir yang tertulis di bawahku sudah menghilang. Aku bisa merasakan pijakan berbatu setelah merasa melayang-layang.

Pemandangan sekitar mulai terlihat. Tapi pandanganku masih berkunang-kunang. Memejamkan mata dan membukanya sesekali, mengadaptasikan penglihatan dalam gelap setelah silau yang menyakitkan mata.

"Sensor gelap!"

---Merah dan kuning, itu pemandangannya setelah skill aktif. Sorot lingkaran menuju pusat, itu adalah penglihatan sensor. Jelas, ini adalah ruangan berbatu lainnya. Lebih sempit dan memiliki banyak ruas lorong. Mirip seperti labirin.

"G-gawat... Kelopak mataku sakit..." Rasanya sangat nyeri sehingga skill itu mendadak ku nonaktifkan. Sepertinya itu efek samping jika aku menggunakan sensor gelap terlalu lama.

"Sekarang itu jam berapa sih..." Tanyaku sendiri sambil memunculkan hologram pilihan menu. Di ujung kiri atas, aku melihat jam sekarang.

"Jam sembilan malam. Aku masih bisa melanjutkan tugas ini. Tapi... Aku istirahat dulu sebentar."

[Lantai Dua : Cobra]

"Cobra? Dari namanya mungkin lawan selanjutnya adalah ular kobra raksasa. Oke, sambil istirahat, mari kita pikirkan strategi sejenak..."

Cobra itu ular, pasti tubuhnya panjang dan memiliki banyak celah. Tapi bisa jadi juga sisiknya keras. Seperti kelabang raksasa tadi. Kalau sudah begitu yang bisa kulakukan hanya menggunakan sihir asap korosif. Tapi aku harus cek sisa energi.

<MP : 600>

Aku membaca statistik kemampuan tubuh yang tertulis di hologram. Mungkin 600 MP bisa untuk 3-4 kali skill asap hitam. Tapi aku juga butuh sensor gelap, terkadang aura gelap juga dibutuhkan. Ditambah lagi, aku belum mencoba skill baru.

Tarian Dewa Kematian

Itu adalah nama skill nya. Butuh 800 MP untuk sekali penggunaan. Berdasarkan petunjuk, aku bisa menambah kapasitas MP dengan belajar dan membunuh monster. Dengan kata lain tugas ini belum bisa ku selesaikan malam ini juga.

Belum tentu sih, selama lawannya tidak terlalu sulit aku bisa saja menyelesaikannya.

Ssshhh...

"..." Aku meningkatkan kewaspadaan. Barusan, adalah suara yang mendesis. Lalu dari setiap lorong berbatu yang gelap, keluar banyak makhluk melata. Ratusan, mungkin mencapai ribuan. Makhluk kecil melata yang kepalanya memiliki fitur tudung.

"Ular kobra." Tapi ukurannya kecil. Sebagai gantinya, jumlah mereka ada banyak.

"Kebetulan sekali... Aku punya skill yang cocok untuk membasmi hama sekaligus!!!"

Tak perlu merapal lagi, aku mengeluarkan asap hitam korosif tanpa berubah menjadi asap. Sama seperti ketika melawan chimera, asap hitam akan efektif untuk melawan mereka yang jumlahnya banyak.

Asap hitam mulai memudar. Mayat mereka para ular yang bergelimpangan nampak. Meski begitu, ada beberapa ular yang bertahan dan memangsa rekannya yang tewas. Setelah melakukan bentuk kanibalisme seperti itu, ular yang bertahan kembali sehat dan statistiknya meningkat.

"Parah... Jika aku menggunakan asap hitam dua kali lagi, aku bisa kekurangan MP." MP adalah patokan seberapa banyak kau bisa mengeluarkan skill.

HP [Kemampuan bertahan hidup]
MP [Kemampuan mengeluarkan skill]

Kedua unsur itu adalah hal penting yang ada dalam dunia virtual. Jika aku kehabisan MP, aku terpaksa bertarung dengan senjata.

"Kalau sekali lagi, mungkin aku masih bisa!!!" Asap hitam sekali lagi ku keluarkan. Membuat para ular yang bertahan cedera.

Cedera, bukan tewas. Sepertinya setelah memakan spesiesnya sendiri, statistik mereka sebagai monster meningkat. Buktinya adalah mereka yang semakin tahan terhadap asap hitam.

"Gawat, aku hanya bisa menggunakan asap hitam sekali lagi. Jika aku menggunakannya, MP akan habis dan aku tidak bisa menggunakan skill lagi. Parahnya lagi ini, masih lantai dua."

Tugas sesulit ini harus diselesaikan dalam seminggu? Kalau begitu bagaimana Oase bisa menyelesaikannya dalam semalam???

Jelas saja belum ada bukti kuat atau penjelasan yang bisa menguak misteri itu. Tapi kebenaran soal dia yang menyelesaikan tugas ini dalam semalam, itu tidak bisa diragukan. Namanya benar-benar tercatat di timeline kelas sebagai siswa yang telah menyelesaikan tugas.

Para kobra yang bertahan mulai mendekatiku. Aku menebas mereka dengan pedang hitam. Mempertahankan diriku agar tidak diserang.

Depan, kanan, kiri, belakang, bahkan langit-langit, mereka menyerang dari berbagai arah. Bengong sedikit saja efeknya akan fatal.

___________________________________________

"Begitulah. Aku juga kaget saat menyadari bahwa keempat katalis berada dalam satu kelas yang sama. Bisa jadi saat ujian kenaikan kelas nanti, kelas mereka akan mendominasi." Ucap Pak Nanang pada pertanyaan Gazzelle.

Mereka saling berbicara dari dua ruangan yang berbeda. Hanya dihubungkan dengan pintu lab komputer. Pak Nanang di lab, sementara Gazzelle di dalam perpustakaan. Berkat sihir penghubung ruangan milik Gazzelle, ia bisa menghubungkan pintu perpustakaan dengan ruangan manapun di sekolah.

"Yah, membahas fitrah siswa yang tidak bisa diganti sia-sia saja. Jika mereka berada dalam satu kelas maka itu memang kemauan takdir." Tanggapan Gazzelle pada Pak Nanang yang barusan menjelaskan hasil penelitiannya.

"Gazzelle-Sama, bolehkah saya bertanya?"

"Karena kau sudah menyelesaikan permintaan dariku maka aku akan menjawab pertanyaan ini, kayaknya. Tanyakan saja."

"Ini tentang tugas dungeon. Aku hanya ingin memastikan. Bukankah itu... Harusnya diberikan saat ujian akhir semester?"

"Iya benar. Tugas itu diberikan saat ujian akhir semester setelah ujian tulis selesai." Jawab Gazzelle sambil beranjak dari tempat duduknya untuk meletakkan buku yang telah selesai ia baca.

"Kalau begitu... Kenapa para siswa kelas IPA 1 mengerjakan tugas itu?"

"Hah, yang mereka kerjakan berbeda, kayaknya. Seingatku mereka mengerjakan tugas tujuh lantai."

"Ta-tapi... Komputer milikku..."

"Apa, kayaknya penting, ya?" Gazzelle menyorotkan matanya sebelum kembali duduk.

___________________________________________

"Ga ada habisnya... Ular-ular ini jumlahnya ada berapa sih?"

Tebas, tebas, tebas. Dari sisi 360° ular berdatangan, aku hanya bisa menebas. Ular berjatuhan dari langit-langit, melata di pundak dan punggungku. Tarik ekornya, kemudian aku melemparnya.

"Gabisa!!! Aku akan log-out sekarang."

Hah? Log-Out?

"Tidak... Masih ada satu cara lagi!!!"

___________________________________________

"Kau benar, mereka mengerjakan tugas akhir semester!" Gazzelle kaget setelah melihat layar komputer Pak Nanang. Dia kemudian berkata lagi.

"Aku akan menemui Sulhah Sensei besok. Entah apa yang membuat kesempurnaannya dalam bekerja menjadi seperti ini."

"Tapi... Jika ada di antara mereka yang setidaknya menyelesaikan dua lantai, mereka tidak normal." Gerutu Pak Nanang pada Gazzelle yang kembali ke perpustakaan dan menutup sihir penghubung ruangan.

___________________________________________

"Aura gelap!!!" Aku merasakan peningkatan daya diseluruh bagian tubuh termasuk pedang hitam ini. Ada sedikit cahaya hitam menyala dari pedang milikku.

Tebasan dari pedang yang diselimuti aura gelap sangat efektif dan berbahaya. Tidak hanya membunuh fisik, tapi juga jiwa mereka. Dengan begitu meski jasadnya dimakan, statistik pemakan tidak akan meningkat.

"Bagus... Aku akan terus bertahan sampai menebas mereka cukup banyak." Di pertandingan ini, aku membutuhkan daya tahan. Apakah daya tahan tubuhku yang lebih kuat, atau jumlah mereka yang lebih kuat.

KRRRTT...

Aku merasakan gigitan di betis. Taring ular masih menancap disitu. Membuat aku menendang-nendang, berharap gigitannya lepas. Aku semakin keras menendang-nendang hingga ular yang menggigit terpental.

"Sialan..." Kaki kananku cedera. Tubuhku pusing dan lemas. Sesekali berbayang dan pandanganku kabur.

"Aku harus log-out sekarang... Ini mustahil parah."

Hologram, tampilan pilihan untuk melanjutkan atau berhenti.

"Ga-gawat... Aku lemas sampai tidak bisa mengangkat satu jari saja." Tidak sadar, saat ini aku sudah dalam posisi berlutut. Ular mengerubungi tubuhku hingga perut.

Meski kelihatannya berbayang, aku melihat klise ketika mereka menancapkan taring itu ke daging tubuhku. Kaki, paha, perut, punggung. Aku tahu mereka menggigitnya. Menyuntikkan racun berbisa ke dalam tubuhku.

"Eh... Tapi aku tidak merasakan apa-apa."
Hologram menu hilang karena tidak mendapat respon untuk waktu yang lama. Aku terjatuh tengkurap di tanah berbatu yang lembab. Tidak bisa melihat apapun, hanya sisik ular yang terus bergesekan di seluruh tubuhku.

Menggigit, racun mengalir bersama dengan darah, aku tidak sadarkan diri.

___________________________________________

Duduk di kursi kayu seperi biasanya, Gazzelle memangku buku tebal untuk dibaca. Sebelum membaca halaman pertama dari buku klasik itu, dia bergumam sendiri.

"Semoga mental anak-anak itu tidak terganggu, kayaknya."

___________________________________________

Dreamer Arc X

"Aku merasa, seperti ada seseorang yang membicarakan kinerja sempurnaku barusan." Ucap Bu Sulhah saat sedang mengisi kolom nilai di ruangannya sekarang.

"Sepertinya sudah ada beberapa anak yang menyelesaikan tugas..." Bu Sulhah bergumam sendiri sambil mengecek timeline kelas lewat aplikasi pengawas belajar. Tindakan barusan tidak lain adalah bentuk dari insting miliknya yang sangat akurat.

"File tujuh lantainya disini..." Lagi-lagi Bu Sulhah berbicara sendiri sambil membuka menu, lanjut ke sub menu di laptop miliknya.

Dia kebingungan saat membuka file 'tujuh lantai' di laptopnya. Rasa bingung itu melanda karena judul yang keluar dari filenya, berbeda dengan tugas yang niatnya ia berikan.

[Dungeon Tugas]

"H-hah?" Bu Sulhah terdiam sejenak dengan ekspresinya barusan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro