Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[ 01 ] Exhausted

Akademi Fukurodani , salah satu sekolah ternama dimana para siswa di kota Tokyo menempuh ilmu. Kini di setapak jalan raya, salah seorang siswa disana melangkah dengan helaan nafas kelelahan. Akaashi Keiji, siswa tahun ke dua dan merupakan anggota dari Klub Voli Fukurodani. Pukul 18.40 , Akaashi baru saja menyelesaikan rutinitas latihannya setiap hari dan kini memutuskan untuk melepas rasa jenuh nya.

"Kurasa cafe ini cukup bagus." gumam Akaashi, kakinya kini berhenti didepan sebuah Cafetaria kecil dengan nuansa coklat dan warna emas. Tangannya terulur membuka pintu

TING!

"Selamat datang !"

Akaashi masuk , kemudian menolehkan kepalanya. Situasi disini cukup ramai, namun masih dalam kategori normal. Suara yang ada juga tidak terlalu riuh. Hanya ada suara percakapan bersahut-sahutan , suara dentingan besi dan keramik dari piring dan sendok, dan suara menapak kaki dari beberapa orang pelayan yang berjalan kesana kemari mengantarkan pesanan.

"Selamat sore, Tuan. Selamat datang di HQ Cafe. Butuh kursi untuk berapa orang?"

Seorang gadis bersurai [h/c] [h/s] , mengenakan pakaian yang sama dengan yang dipakai oleh semua pelayan yang ada. Dress hitam panjang dengan apron putih panjang, sebuah bandana putih dikepala mempermanis tampilan sang pelayan. Akaashi menoleh, kemudian menaikkan alisnya.

"Untuk 1 orang saja, tolong."

"Baik, Mari ikuti saya."

Akhirnya Akaashi mendapat kursi dekat sudut, disamping jendela lebar yang menjadi spot favorit setiap orang yang ingin menghilangkan rasa jenuh sambil merilekskan diri dengan secangkir minuman manis.

"Silahkan.." Setelah Akaashi duduk, gadis itu mengulurkan sebuah daftar menu pada Akaashi.

"Hm.. Apa menu favorit disini?" Tanya Akaashi tanpa mengalihkan penglihatannya dari buku menu.

"Menu favorit disini adalah parfait strawberry dan unicorn cake. Tapi kalau boleh saya sarankan, sore ini paling enak untuk minum Caramel Macchiato panas dan makan Strawberry shortcake." Jelas si Pelayan. Akaashi menaikkan alisnya.

"Kalau begitu aku pesan itu saja." 

"Baiklah, Mohon ditunggu. Pesanannya akan segera datang. Kalau perlu sesuatu , Tuan bisa panggil saya. Permisi." Gadis itu membungkukkan tubuhnya, terukir sebuah senyum manis dari bibir pink itu. Membuat si penerima senyum merasakan sesuatu yang aneh bergemuruh dalam dadanya.

'Gejala normal bagi seorang pelanggan..' pikirnya mencoba positif. Sedetik kemudian , Akaashi merasakan getaran di saku celananya. HP-nya berdering. Sebenarnya cukup malas untuk membuka hp namun ia terpaksa melakukannya, siapa tahu itu pesan penting.

Ah, tidak.

Sama sekali tidak penting bagi Akaashi.

Tertulis nama kontak pengirim pesan via e-mail, Bokuto Koutarou. Ada 12 pesan yang masuk ke dalam inbox Akaashi. 

'Akaashi! Kenapa kau mengabaikanku tadi?'

'Akaashii!! Maafkan aku!'

'Akaasheee!! Tolong balas pesanku !!'

'Besok pagi kita latihan bersama lagi dan berikan aku toss andalanmu!'

Ya , setidaknya itulah inti dari 12 email dari Bokuto.

Akaashi menggaruk kepala. Kesal menghadapi senior kelas 3 yang tak kunjung berhenti mengganggunya. Memang itu sudah menjadi kewajiban , hubungan seorang setter dan ace di tim voli manapun harus kompak dan saling mengerti agar saat pertandingan , setter dan ace bisa saling menyelaraskan pukulan. Namun, kali ini, sepertinya Bokuto sudah kelewatan. Tidak heran jika Akaashi pergi meninggalkannya. Ia jenuh dan ingin mendinginkan kepala. Ditempat tenang , damai dengan alunan musik jazz yang mengalir melalui speaker. Cafe ini memiliki semua yang dicarinya, termasuk pelayan barusan.

Hei- tunggu. Apa yang kau pikirkan , Akaashi?

"Pesanan datang, Silahkan Tuan.." Gadis itu datang kembali, membawakan senampan caramel macchiato dengan latte bergambar burung hantu dan sepiring Shortcake dengan krim dan stroberi diatasnya.

"Ah." Akaashi tersadar dari lamunannya. Ekspresinya yang datar membuat sang gadis menatapnya penasaran. "Anu , maaf lancang tapi...  apa ada sesuatu yang mengganggumu, Tuan?"

Akaashi tersentak. Matanya melirik ke iris [e/c] didepannya yang menatapnya penuh risau, hal itu membuat sesuatu dalam tubuhnya kembali bergemuruh.

"Tidak ada apa-apa. Terima kasih sudah bertanya." Akaashi tersenyum tipis kemudian menundukkan kepalanya.

"Syukurlah, soalnya sejak datang, wajah Tuan kelihatan kusut sekali.." gumam gadis itu pelan.

"Kau memperhatikanku?" 

Langsung saja gadis manis dihadapannya ini merona. Warna merah pekat menempel di pipinya.

"B-bukan begitu-! Ah, Maaf. Bukan maksudku memperhatikan anda tapi , saya memang suka mendengar cerita orang lain." ujarnya pelan sambil menundukkan kepala, menyembunyikan rona merah dan degup jantung yang mulai bereaksi akibat ulah Akaashi.

"Begitu ya, Terima kasih." Akaashi menghela nafas. "Siapa namamu?"

"Eh? Anu, nama saya [Fullname].. " Ya, gadis itu bernama [Name]. Ia tersenyum lembut kemudian membungkukkan badannya.

"Kau tipe orang yang jarang ditemui. Boleh aku bertanya?" Akaashi menatap [Name]. Yang ditatap membinarkan matanya sembari mengangguk. Senang karena sinyal perhatiannya ditangkap oleh sang pemilik.

"Bagaimana cara mengatasi jenuh?"

[Name] terdiam. Ia meletakkan jarinya didagunya, memasang pose berpikir. "Jenuh.."

"Aku merasa lelah dengan apa yang kuhadapi setiap hari. Setiap hari aku menghadapi masalah yang sama namun aku masih bingung bagaimana cara 'menjinakkan' masalah itu." Lanjut Akaashi dengan maksud hati ingin menjinakkan sifat Bokuto. Absurd sekali.

"Itu manusiawi bukan?"

"Eh?"

[Name] tersenyum. "Manusia memang takkan luput dari masalah, kan? Setiap hari ada saja masalah yang bertambah. Itu sudah biasa terjadi, menurutku."

"Tapi, masalah yang kuhadapi setiap hari itu sama. Sebenarnya, yang kuhadapi itu orang yang cukup menyebalkan sih."

"Dia selalu bersama anda kah?"

"Begitulah.."

"Mungkin iya dia menjadi masalah bagi beberapa orang disekitarnya. Namun itu jika kita melihat sisi negatifnya saja. Kalau kita menghadapinya dengan pemikiran positif, pasti kita akan mudah menghadapi masalah si orang itu. Misalnya, kalau dia menyebalkan, negatifnya memang menjengkelkan. Apalagi jika orang itu lebih tua dari kita." Akaashi menyimak perkataan [Name]. Gadis ini seperti peramal, dia bisa tau kejadian sebenarnya, pikir Akaashi.

"Tapi lihatlah sisi positifnya, Tuan bisa menjadi lebih sabar dan menjadi lebih strategis dalam menghadapi sesuatu. Itu akan melatih pemikiran dan jiwa kita agar berkembang menjadi lebih baik. Hal negatif memang ada tapi itu hanya hal yang berarti kecil jika si penanggap tetap berpikir apa hal positif yang akan didapatnya."

Akaashi terdiam.

"Jenuh itu memang wajar. Kita memang perlu keluar dan mencari zona nyaman agar kita bisa merasa tenang dan kembali menghadapi masalah itu. Karena masalah akan lebih baik ditangani dengan kepala dingin, bukan hidup namanya jika tak ada masalah yang datang."

"Dan lagi, saat orang itu sudah tidak ada lagi bersama kita, kita mungkin akan merasa tenang dan lega. Namun percaya lah, kita malah akan merindukan momen dimana semua berwarna karena nya.." [Name] menutup sarannya dengan senyum lembut.

Akaashi terhenyak. Ia terdiam dengan ekspresi speechless. Apa yang dikatakan gadis itu memang benar. Harusnya Akaashi tidak meninggalkan Bokuto begitu saja. Biar bagaimanapun, Bokuto tetaplah Kakak kelasnya. Ia harus menghormatinya. Akaashi tersenyum tipis sambil menatap [Name] yang memiringkan kepala dihadapannya.

"Terima kasih [Lastname]-san, aku merasa lebih lega setelah bercerita denganmu.." 

"Sama-sama, Tuan...?"

"Keiji, Akaashi Keiji."

"Akaashi-san!" Sahutnya sambil tersenyum. "Kalau begitu saya permisi dulu, ada pelanggan yang harus dilayani berikutnya." [Name] membungkuk kemudian berlalu dari hadapan Akaashi dengan nampannya.

Akaashi tersenyum , menghela nafas lega. Menatap awan yang semula berwarna oranye perlahan menjadi keunguan. Dan tanpa ia sadari , gemuruh di dalam dadany kedengaran semakin jelas karena pertemuan nya dengan pelayan cantik itu.

'Kau harus berterima kasih pada nya , Bokuto-san'

Halloo!

Terima kasih sudah membaca part 1. Memang waktu nulis ini, aku kebayang gimana frustasinya Akaashi ngehadapin Bokuto setiap hari , tapi yang lebih kupikirkan adalah gimana nanti sepinya Gedung Olahraga Fukurodani tanpa si 'HEY HEY HEY' :') . It's sick you know? Btw sekali lagi terima kasih sudah baca. Tunggu kelanjutan Part 2 nya ya. Sankyuu ! 

Owari of 01

- ハイキュー!! -

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro