Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#4

Penjaga Guci
jhounebam

Kisah ini bukanlah kisahku, atau cerita yang diceritakan orang tuaku. Tapi ini kisah kakekku, dan ini adalah kisah nyata yang menurutnya tak bisa diterima akal sehat tapi itu benar-benar ia alami. Bahkan aku saja yang mendengarnya awalnya tidak percaya.

Dulu kakekku bekerja dengan orang yang cukup berada di suatu daerah. Fakta menariknya adalah, memang bos kakekku saja lah satu-satunya orang berduit di daerah itu. Ia memiliki rumah besar, mobil banyak, dan seolah tak pernah kehabisan uang.

Pada suatu hari di tahun 90-an, kakekku pergi ke suatu hutan mencari tempat yang aman untuk buang air. Saat itu hari sudah mulai malam dan tidak ada penerangan di dalam hutan. Gelap, berangin, di kelilingi pohon rimbun, membuat bulu kuduk berdiri.

Oh ya, panggil saja kakekku dengan nama Kakek Lauw.

Saat sudah melangkah jauh, kakekku mulai mendengar aliran sungai. Namun tiba-tiba, kakekku menoleh ke arah belakang. Ia melihat sebuah guci yang sangat besar, raksasa malah. Tingginya sekitar 5 meter.

Terdapat detail naga yang melilit leher guci itu. Naga itu terlihat sangat realistis. Bahkan kakekku sendiri tidak percaya ada guci sebesar itu di tengah hutan. Kakekku langsung terpikir bahwa guci itu adalah milik bosnya, karena ia satu-satunya orang kaya di daerah itu.

Kakekku pikir, jangan-jangan ada seseorang yang mencuri guci itu. Tapi bagaimana caranya ia membawa benda raksasa itu ke tengah hutan? Mengangkatnya? Menyihirnya?  Di sore hari menjelang malam pula.

Rasa kebelet itu pun seketika hilang. Seluruh atensi kakekku tertuju pada guci besar itu. Ia berjalan mendekati guci itu. Setelah beberapa meter berjalan, kakekku menoleh ke belakang, waspada jika pencuri itu muncul tiba-tiba dan beraksi. Setelah dirasa aman, kakekku berjalan lagi mendekati guci itu tanpa berkedip.

Kemudian ia menoleh lagi ke belakang, setelah beberapa detik menyisir kawasan sekitar, ia berjalan lagi menuju guci itu. Kakekku melakukan itu sampai tiga kali demi memeriksa benar-benar tidak ada orang jahat atau pencuri di sekitar guci itu.

Langkah kakekku terhenti setelah ia dan guci raksasa itu berjarak 5 meter. Kakekku tidak percaya akan apa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Baru beberapa menit yang lalu ia bertanya-tanya akan keberadaan guci di dalam hutan itu, tapi setelah ia mendekati benda itu, kakekku hanya melihat sebuah batu besar.

Benar-benar hanya sebuah batu yang berdiri di dekat tebing. Padahal ia tadi yakin sekali bahwa ia melihat guci raksasa.

Kakekku memutuskan untuk berlari dan pulang. Ia lupa akan tujuan awalnya mengapa ia datang ke hutan itu.

Keesokan harinya, kakekku bercerita kepada keponakannya, panggil saja Ocang. Kakekku menceritakan semua yang ia alami kemarin. Setelah Ocang mendengar hal itu, ia langsung tahu harus menemui siapa yang bisa menanggapi cerita kakekku lebih baik.

Kemudian Ocang membawa tiga temannya kepada kakekku. Ocang berkata bahwa ketiga orang itu adalah pemburu harta karun di alam seberang. Mengerikan bukan?

Ocang menceritakan apa yang dialami kakekku kemarin, kemudian mereka bertiga langsung pergi menuju lokasi tempat guci itu berada bersama Ocang yang juga tahu hutan itu. Mendengar penjelasan para pemburu harta karun itu, kakekku benar-benar tak habis pikir.

Sorenya Ocang kembali dengan teman-temannya. Mereka sangat terkejut bahwa yang dikatakan kakekku itu benar adanya. Mereka melihat sebuah guci besar, dan bukan sebuah batu berdiri. Setelah itu Ocang menyodorkan sesuatu kepada kakekku.

“Kalo lagi kepepet banget, kita ke pasar, jual ini jadi emas. Tapi kalo gak butuh-butuh banget, ini jadi kuningan,” ucap Ocang sambil menunjukkan emas batangan satu kilogram di depan kakekku.

Pada saat kakekku menyentuhnya, benda itu terasa hangat. Padahal biasanya emas batangan terasa dingin bila disentuh. Kemudian ketiga pemburu harta karun itu angkat bicara.

“Bah, yang kemaren Abah liat itu bener. Ada guci besar, tapi ada yang jaga guci itu. Waktu kita ke sana, dia malah ngajak berantem,” tutur salah satu diantara mereka. Oh ya, mereka memang memanggil kakekku dengan sebutan Abah.

Kakekku terkejut mendengarnya. Ia menebak emas batangan itu pasti dari guci itu.

“Lagi, nih, Bah. Kemaren kayaknya Abah ragu-ragu pas jalan ke guci itu, ya, Bah?”

Kakekku menganggukkan kepala. Tapi bagaimana ia bisa tahu?

“Coba kalo waktu itu Abah gak ragu-ragu. Katanya yang jaga guci, kalo Abah gak ragu-ragu untuk minta ke dia, Abah bakal dikasih banyak harta sampe tujuh turunan, Bah.”

Kakekku sangat kaget mendengar hal itu. Lalu salah satu di antara pemburu harta karun itu menawarkan emas batangan tadi.

“Jadinya mau gak, nih, Bah?”

Kemudian kakekku menjawab, “Yah, kalo saya dikasih mah saya terima, tapi kalo gak dikasih juga gak apa-apa.”

Begitulah prinsip kakekku. Tak hanya satu, dua kejadian yang sudah ia alami yang berkaitan dengan alam seberang. Menurutku, kisah ini adalah salah satu kisah terkeren (tapi cukup menyeramkan juga) diantara kisahnya yang lain.

Satu lagi. Faktanya, batu itu masih berdiri tegak di dalam hutan itu sampai sekarang.

PS : Libur semester bisa dicoba nih.

Zinc Moes S. Ked.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro