Revisian Chapter 15
Bukan kelanjutan dari chapter terakhir. Chapter ini adalah versi revisi dari chapter 15 yang sudah dipublis di Wp.
Akan ada begitu banyak perubahan dalam versi baru. Untuk lebih lanjut, silahkan baca selengkapnya di Innovel.
\\DAZZLING SEOUL NIGHT IN CRIME//
Kihyeon dan Jung Kook sampai di Itaewon, atau lebih tepatnya di sebuah restoran di mana telah terjadi pembunuhan semalam. Bahkan garis polisi masih terpasang di sana dan juga beberapa orang yang terlihat berada di dalam restoran yang kemungkinan besar mereka adalah petugas dari kepolisian.
Kihyeon dan Jung Kook melewati garis polisi dan hendak berjalan masuk, namun seseorang keluar dari dalam restoran dan menghadang mereka. Jung Kook pun mengeluarkan kartu identitasnya dan menunjukkannya pada salah satu petugas kepolisian tersebut yang kemudian menyingkir dari jalan.
Keduanya memasuki restoran di mana terlihat beberapa orang yang terlihat begitu sibuk. Dan kedatangan mereka berdua berhasil menarik perhatian dari semua orang di sana hingga salah seorang dari mereka menghampiri keduanya. Kali ini giliran Kihyeon yang menunjukkan tanda pengenalnya.
"Divisi 1 NCA, Yoo Kihyeon."
"Jeon Jung Kook," Jung Kook menyahut.
"Aku kepala detektif yang bertanggung jawab atas kasus ini. Namaku Shin Dae Yeop."
Kedua belah pihak saling berjabat tangan sebagai tanda atas kerja sama mereka.
"Kalau begitu mohon kerja samanya," ucap Kihyeon.
Setelah perkenalan singkat mereka, ketiganya saat ini tengah duduk berhadapan di salah satu meja pengunjung.
"21.45, listrik di daerah Itaewon tiba-tiba mati total." ujar Shin Dae Yeop memulai pembicaraan mereka.
Kihyeon menyahut, "dari laporan yang kami terima mengatakan bahwa waktu pemadaman hanya berlangsung lima detik."
"Itu benar."
"Apa sudah dipastikan tidak ada konsleting listrik pada waktu itu?" Jung Kook turut menimpali.
"Pihak kami sudah memeriksanya dan semua baik-baik saja."
"Bagaimana dengan para pengunjung? Jika dia melakukannya saat gelap, kemungkinan pelakunya adalah seorang pengunjung karena akan terlalu berbahaya untuk melakukannya dari jarak jauh. Kihyeon sekilas memandang kaca pada bangunan itu. "Lagi pula kaca di sini tampaknya juga masih utuh."
"Saat polisi datang semua pengunjung sudah melarikan diri. Jadi bisa dipastikan pelaku juga ikut melarikan diri bersama para pengunjung lainnya."
"CCTV?" Jung Kook menyela. "Bagaimana dengan rekaman CCTV di daerah sini?"
"Tidak ada. Kami sudah memeriksanya. Tepat saat lampu dipadamkan semua CCTV juga mati. Kami sudah memeriksa semua rekaman yang ada namun tidak ada hal yang mencurigakan, "terang Shin Dae Yeop.
"Apakah CCTV di area ini diatur seperti itu?" tanya Kihyeon. "CCTV akan otomatis mati saat listrik di daerah ini padam. Apakah itu terjadi secara otomatis?"
"Tidak. Pada dasarnya CCTV di daerah ini memiliki sistem tersendiri. Meski aliran listrik dipadamkan, CCTV masih tetap berfungsi."
Jung Kook dan Kihyeon sekilas saling bertukar pandang. Jung Kook kemudian berkata, "ini sedikit rumit."
Shin Dae Yeop menyahut, "itulah masalahnya. Kita menghadapi lawan yang sangat berbahaya. Satu dari tiga kasus pembunuhan yang terjadi dalam satu bulan ini di sekitar Seoul melibatkan Dewa Kematian."
Kihyeon mengajukan sebuah pertanyaan. "Kenapa kau berpikir bahwa ini ulah si Dewa Kematian?"
"Beberapa tahun yang lalu terjadi sekitar lima pembunuhan di Sincheon, Bukcheon dan Gangwon-do. Dan waktu pembunuhan terjadi di tengah malam, tepat saat listrik di daerah sana padam ... orang-orang berspekulasi bahwa itu adalah orang yang sama karena waktu yang dia gunakan untuk mengambil nyawa korbannya tepat saat jarum jam menunjukkan angka dua belas."
"Direktur mengatakan bahwa Jae Beom Hyeong menangani kasus yang sama," Jung Kook menengahi.
"Memadamkan lampu ketika melangsungkan aksinya bukanlah ciri khas dari si Dewa Kematian," ujar Kihyeon penuh pertimbangan.
"Apa maksudmu, Ketua Yoo?" tegur Shin Dae Yeop.
"Seperti yang kau katakan bahwa si Dewa Kematian akan membunuh korbannya tepat saat jarum jam menunjuk angka dua belas. Tapi dalam kasus ini, tidak menunggu sampai jarum jam menunjuk angka dua belas dan dia sudah beraksi. Sudah sangat jelas bahwa ini bukan ulah si Dewa Kematian."
Mempertimbangkan ucapan Kihyeon, Shin Dae Yeop menyahut. "Jika dilihat dari waktu pembunuhan. Dari ketiga kasus pembunuhan bulan ini pelakunya adalah orang yang berbeda."
"Tapi mereka memiliki kesamaan." Kihyeon menyela dengan wajah yang tampak lebih serius dan mempertemukan pandangannya dengan Jung Kook.
"Hacker dan Sniper," tandas Jung Kook.
"Kita berada dalam masalah sekarang. Di rumah sakit mana korban dirujuk?" ujar Kihyeon sembari beranjak dari duduknya.
"Hankuk Medical Center," jawab Shin Dae Yeop.
"Terima kasih untuk waktunya. Kami harus pergi sekarang." Kihyeon sekilas menundukkan kepalanya saat Jung Kook beranjak dari duduknya.
"Ayo." Kihyeon menepuk bahu Jung Kook dan keduanya berjalan keluar. Bergegas menuju mobil mereka yang berada tidak jauh dari restoran tersebut.
"Setelah ini apa?" tanya Jung Kook di sela langkah mereka.
"Kita hanya mengumpulkan informasi. Untuk rencana, kita bahas dengan Leader Team lainnya di ruang rapat."
Keduanya masuk ke mobil. Kihyeon menghidupkan layar ponselnya sementara Jung Kook yang mengambil alih kemudi.
Jung Kook menyambung pembicaraan. "Omong-omong ... tentang Dewa Kematian itu."
"Kenapa?"
"Bukankah pembunuhan berantai di kota Mujin sering dikaitkan dengan Dewa Kematian?"
"Itu sudah menyebar seperti cerita rakyat. Joo Heon sedang berebut kasus itu dengan kepolisian."
"Aku penasaran seperti apa orang itu."
Kihyeon sekilas memandang Jung Kook. Tersenyum tipis dan berucap, "kau mungkin akan langsung mendapatkan penghargaan jika bisa mengungkap identitas si Dewa Kematian."
Kihyeon mendekatkan ponselnya ke telinga. Menghubungi seseorang. "Ini aku Kihyeon. Aku ada urusan di Hankuk Medical Center, aku akan mampir untuk melihat Eun Joon ... aku tidak akan membawa hadiah, jadi jangan membuatnya terlalu berharap."
Kihyeon mengakhiri pembicaraan singkat itu dan mendapatkan teguran dari Jung Kook.
"Eun Joon? Siapa yang Hyeong maksud?"
"Putraku," celetuk Kihyeon.
Netra Jung Kook terbelalak. Memandang Kihyeon dengan tatapan tak percaya. "Hyeong sudah memiliki anak? Bukankah Hyeong belum menikah?"
Kihyeon tersenyum lebar dan sekilas memandang Jung Kook. Kihyeon lantas berkata, "tidak peduli berapa usiamu atau bagaimana statusmu. Kau bisa memiliki seorang anak jika kau mau."
"Hyeong! Aku serius, kau benar-benar sudah menikah?"
"Aku masih lajang di usia tiga puluh lima tahun." Kihyeon tersenyum simpul. Tak berniat memberikan penjelasan terhadap rasa penasaran Jung Kook.
"Aku tidak ingin mati penasaran karena hal ini," gumam Jung Kook.
\\DAZZLING SEOUL NIGHT IN CRIME//
Joo Heon memasuki Kantor Kepolisian Distrik Seoul. Setelah urung datang kemarin, hari itu Joo Heon meluangkan waktunya untuk mengunjungi tempat itu. Joo Heon memasuki ruang kerja para detektif dari beberapa divisi berbeda dan berhasil menjadi pusat perhatian di sana karena penampilannya yang cukup rapi.
Detektif Lee yang baru saja dari kamar mandi menghampiri Joo Heon dan menegur. "Siapa kau?"
"Divisi 2 NCA, Bae Joo Heon."
"Omo!" Detektif sedikit terkejut. "Ah ... kau rupanya. Aku pikir kau benar-benar akan datang kemarin."
"Aku minta maaf karena baru bisa datang sekarang."
"Eih ... untuk apa minta maaf? Kau tidak perlu melakukan hal itu." Detektif Lee tertawa ringan. "Ternyata kau jauh lebih muda dari yang aku bayangkan."
"Aku tidak bisa berlama-lama di sini. Jadi aku akan langsung saja."
"Tentu saja. Aku tahu bahwa kalian sangatlah sibuk. Sebentar." Detektif Lee mengarahkan pandangannya ke sekeliling namun tidak menemukan orang yang dicari.
Detektif Lee kemudian memanggil dengan suara yang lantang. "Choi Byung Chang!"
"Ya ..." Byung Chan tiba-tiba berdiri sembari menyahut tak kalah lantang.
"Datanglah kemari." Detektif Lee melambaikan tangannya.
Pemuda itu menghampiri keduanya dan sekilas menundukkan kepalanya untuk memberikan salam pada Joo Heon.
"Dia adalah Ketua Bae Joo Heon dari NCA."
"Eh?" Byung Chan tampak terkejut dan langsung memandang Joo Heon.
Detektif Lee kembali berbicara. "Di mana bosmu?"
Byung Chan menjawab dengan gugup. "Itu ... anu ... begini ..."
Joo Heon menatap ragu. Bisa Joo Heon tebak bahwa pemuda itu adalah anak baru, dilihat dari cara bicara serta cara pemuda itu memandang orang lain. Atau mungkin pemuda itu bekerja dengan orang yang kejam.
"Kau ingin buang air kecil?" tegur Detektif Lee dengan wajah yang terlihat kesal.
Byung Chan segera menggeleng. "Tidak, bukan begitu ... hanya saja, Detektif Kim sedang berada di ruang penyimpanan arsip."
"Kalau begitu tunggu apa lagi? Panggilkan dia!"
"B-baik."
Joo Heon menengahi. "Sepertinya dia adalah orang yang sibuk. Tidak perlu memanggilnya kemari, biar aku yang menghampirinya."
Detektif Lee bertanya dengan hati-hati, "apakah itu diizinkan?"
Joo Heon tersenyum canggung. "Detektif tidak perlu khawatir, aku hanya akan mengambil apa yang sudah disepakati."
"Eih ... apa yang sedang kau pikirkan? Aku sama sekali tidak memikirkan hal semacam itu." Detektif Lee kembali memandang Byung Chan. "Antarkan Ketua Bae menemui bosmu."
"Baik." Byung Chan mengangguk dan mengalihkan pandangannya pada Joo Heon. "Lewat jalan ini, Ketua."
"Aku permisi." Joo Heon berpamitan sebelum mengikuti Byung Chan.
Dalam perjalanan, Joo Heon bisa merasakan kegugupan yang dialami oleh Byung Chan saat ini. Joo Heon tidak yakin dengan alasan dari kegugupan pemuda itu. Sepertinya pemuda itu mengalami tekanan batin karena rekan kerjanya.
"Berapa lama kau bekerja di sini?"
"Ya?" Byung Chan langsung menghentikan langkahnya dan berbalik.
Joo Heon kembali bertanya, "sudah berapa lama kau bekerja di sini?"
"Aku baru mendapatkan promosi tahun lalu."
Keduanya kemudian berjalan berdampingan.
"Tahun pertama memang sangat menyulitkan. Sepertinya kau mendapatkan Partner yang cukup sulit." Joo Heon tersenyum di akhir kalimat.
Byung Chan tersenyum canggung. "Ketua akan tahu sendiri jika sudah bertemu dengannya." Byung Chan tiba-tiba menghentikan langkahnya. "Tapi ... bolehkah aku memberikan saran pada Ketua?"
"Katakan saja."
"Dia adalah orang yang benar-benar sulit. Ketua harus banyak bersabar jika berhadapan dengannya."
"Mudah saja. Aku tinggal mematahkan tangannya jika dia bertindak ceroboh," ucap Joo Heon dengan santai dan berhasil mengejutkan Byung Chan.
"Bukankah ini tempatnya?" Joo Heon menunjuk ruangan di hadapan mereka yang bertuliskan 'Ruang penyimpanan arsip'. Joo Heon langsung memasuki ruangan itu.
"Apa yang dia maksud dengan mematahkan tangan?" gumam Byung Chan yang bergegas menyusul Joo Heon. "Ketua Bae, tunggu sebentar."
Byung Chan menyusul Joo Heon memasuki ruang penyimpanan arsip. Ada begitu banyak rak yang berjajar di ruangan itu sehingga Joo Heon tidak bisa menemukan orang yang ia tuju.
"Siapa nama atasanmu?" tanya Joo Heon.
"Tunggu sebentar." Byung Chan pergi ke sudut lain dan menemukan seseorang yang ia maksud. "Noona," tegur Byung Chan.
Dahi Joo Heon mengernyit. "Noona?" gumam Joo Heon, merasa heran dengan cara Byung Chan memanggil atasan pemuda itu yang Joo Heon kira adalah seorang pria.
Kim Minji, wanita berusia tiga puluh tiga itu memandang juniornya. "Ada apa?"
"Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."
"Siapa?"
Byung Chan memberikan isyarat bahwa orang yang ia maksud berada di ruangan itu. Minji kemudian menghampiri Byung Chan sembari membawa sebuah berkas yang sebelumnya berada di tangannya.
"Siapa yang kau bicarakan?" Minji berjalan melewati Byung Chan. Keluar dari barisan rak, langkah Minji terhenti ketika ia menemukan sosok Joo Heon.
Tatapan sinis Minji memperhatikan penampilan Joo Heon dari atas ke bawah dan kembali lagi ke atas. Dan seketika tatapan sinis itu berubah menjadi kesal ketika ia menebak identitas dari Joo Heon.
"Siapa kau?" tegur Minji, terdengar malas.
"Divisi 2 NCA, Bae Joo—"
"Pergilah." Minji menyela dengan malas di saat Joo Heon belum selesai dengan perkenalannya.
"Bae Joo Heon," Joo Heon memaksakan perkenalan dirinya.
Minji langsung memandang Byung Chan dan menegur. "Bisa-bisanya kau membawa orang asing memasuki tempat ini!"
"Detektif Lee yang memintaku—"
"Kalau begitu pergilah ke orang itu," Minji menyela. Detektif wanita itu memang terkenal kejam.
Byung Chan hanya bisa pasrah. Bagaimana pun juga dia bisa mendapatkan promosi juga karena bantuan dari Minji. Sebenarnya sikap Minji tidak sekasar itu padanya. Hanya saja hal itu beberapa kali terjadi ketika Minji sedang dalam suasana hati yang buruk.
Joo Heon kemudian menengahi keduanya. "Detektif Choi Byung Chan."
"Ya?"
"Tolong tinggalkan tempat ini."
"Ya?" Byung Chan terlihat bingung.
Joo Heon mengulangi permintaannya. "Tolong tinggalkan tempat ini."
Byung Chan sempat memandang Minji sebelum bergegas meninggalkan tempat itu. Dan tinggallah dua orang di dalam ruangan itu yang saling bertatap muka.
Joo Heon menautkan kedua tangannya di balik punggung. Mencoba bernegosiasi dengan wanita yang sangat sulit di hadapannya itu.
Minji kemudian menegur. "Apa yang kau lakukan?"
Membuang perasaan sungkan karena berada di lingkungan yang asing, Joo Heon memutuskan untuk menunjukkan sifat aslinya setelah melihat bahwa lawan bicaranya tak bisa diajak bicara baik-baik.
"Sebentar, Nona. Aku ingin bersikap sopan padamu, tapi kau yang memulainya lebih dulu."
"Aku tidak ingin mendengar apapun darimu."
Joo Heon tiba-tiba mendekati Minji. Minji yang terkejut lantas melangkah mundur hingga punggungnya menabrak rak. Dan saat itu Joo Heon menaruh satu tangannya pada rak tepat di samping kepala Minji. Dan tentunya itu adalah tindakan yang sangat kurang ajar, mengingat Joo Heon belum tahu nama dari wanita itu.
Joo Heon berkata, "bukankah sikapmu ini sudah keterlaluan?"
"Kau mengkritik orang lain, tapi yang kau lakukan saat ini jauh lebih buruk."
Joo Heon menghela napas tepat di depan wajah Minji. Sepertinya pria itu sengaja ingin membuat Minji semakin marah.
Joo Heon kembali berbicara. "Aku tidak tahu bahwa orang yang selama ini menyulitkan aku adalah seorang wanita. Kau tahu seberapa banyak kesulitan yang aku alami hanya untuk berurusan denganmu?"
"Aku tidak peduli. Aku tidak berniat menyerahkan kasus itu padamu."
"Aku juga tidak berniat untuk memintanya darimu. Sebaliknya ... aku akan membuangmu dari kasus itu." Sudut bibir Joo Heon terangkat, tak peduli seberapa besar kemarahan Minji saat itu.
Joo Heon memukul pelan rak di samping kepala Minji sebanyak satu kali dan kembali berbicara. "Mari kita permudah sekarang ... menginjak harga diri wanita bukanlah gayaku. Untuk itu aku akan menawarkan sebuah perdamaian padamu."
Joo Heon terkejut ketika Minji tiba-tiba menampar wajahnya. Dan bertepatan dengan itu pintu ruangan terbuka. Membuat seorang petugas laki-laki mematung di tempatnya berdiri.
Garis senyum di wajah Joo Heon menghilang. Menyadari kehadiran orang ke tiga, Joo Heon memandang petugas itu.
"Jangan salah paham, aku sedang berkencan dengan wanita ini. Berpura-puralah tidak tahu dan tutup pintunya."
Petugas itu segera menutup pintu dan melarikan diri. Sementara Joo Heon kembali bertemu pandang dengan Minji.
Joo Heon berkata, "aku benci wanita yang suka memukul."
"Aku benci pria yang banyak bicara," balas Minji.
Joo Heon tak bisa lagi tersenyum. Dipukul oleh seorang wanita sudah melukai harga dirinya. Karena dia akan terlihat berengsek di mata publik. Pada kenyataannya negosiasi yang dilakukan Joo Heon tak berjalan mudah dan memakan waktu cukup lama ketika ia berurusan dengan wanita bernama Kim Minji.
\\DAZZLING SEOUL NIGHT IN CRIME//
Seperti itulah kiranya versi terbaru dari DAZZLING SEOUL NIGHT IN CRIME. Dan chapter ini akan dipublis di Innovel pada tanggal 2 Agustus. Sebagai bonus, besok satu chapter kelanjutan dari ini akan dipublis di Wp.
Ada dua tokoh baru yang ditambahkan, namun peran mereka tidak begitu penting. Dan juga tidak tidak akan ada kisah cinta untuk kedua tokoh di atas. Penambahan beberapa tokoh baru hanya untuk menyempurnakan alur cerita.
Kim Minji
Choi Byung Chan.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro