Page 40
Kihyun melangkahkan kakinya seorang diri menuju Cyber Room dan jika sudah begini, sudah bisa di pastikan siapa yang ia cari, karna pada dasarnya dia tidak memiliki sangkut paut dengan Cyber Room jika tidak ada urusan dengan si penunggu Private Room.
Dia sekilas mengangguk ringan ketika beberapa petugas berpapasan dengannya hingga langkah itu terhenti di depan pintu terlarang, tangannya kemudian terangkat untuk mengetuk pintu tersebut dan setelah menunggu beberapa detik pintu pun terbuka dari dalam.
"Hyeong di sini? Ada perlu apa?" teguran ringan Jooheon yang membimbing langkah Kihyun memasuki ruangan tersebut dan memilih bungkam sampai Jooheon kembali menutup pintu dari dalam.
"Di mana Jungkook?"
"Dia sudah berada di Mokpo pagi tadi? Ada masalah apa?"
"Bukan masalah, tapi tugas."
Kedua alis Jooheon saling bertahutan. "Apa itu?"
"Mengamankan kunjungan Presiden ke Pulau Jeju. Presiden mengirim permintaan khusus kepada Organisasi, aku meragukan semua akan baik-baik saja jika Jaebum yang berangkat. Joochan pun sibuk mengurus Divisinya, jadi yang tersisa hanya kita berdua."
"Kapan acaranya?"
"Sabtu ini."
Jooheon sejenak tampak mempertimbangkan sesuatu, mengingat-ingat hari apakah itu, karna memang dia sering melupakan hari. Dan untuk itu dia selalu membuat penanda kalender di ponselnya.
Merasa pikirannya buntu, dia pun mendekat ke meja dan mencari ponselnya yang sepertinya terselip meski baru beberapa waktu yang lalu ia menggunakan nya.
"Apa yang sedang kau cari?"
"Ponselku. Aku baru menggunakan nya tadi."
Kihyun kemudian merogoh ponselnya sendiri yang berada di balik jasnya, memilih alternatif paling mudah untuk mencari benda yang di cari oleh Jooheon. Dia menghubungi ponsel Jooheon dan seketika pergerakan Jooheon terhenti ketika mendengar getar ponselnya yang memang seluruh anggota Divisi menggunakan mode getar dalam ponsel mereka. Dia mengangkat sebuah berkas yang berada tidak jauh dari tempatnya, dan di sanalah ponsel nya tergeletak.
Melihat hal itupun, Kihyun memutuskan panggilan dan kembali mengantongi ponselnya di saat Jooheon yang tengah mengecek ponselnya sendiri sembari berbalik menghadap nya. Jooheon sejenak menggaruk pelipisnya dengan dahi yang mengernyit dan juga mata yang menyipit ketika melihat agendanya minggu ini.
"Hari sabtu? Bukankah itu besok?" gumam Jooheon yang segera mengembalikan pandangannya pada Kihyun yang menganggukkan kepala.
"Akan lebih mudah jika Hyeong mengatakan 'Besok', dari pada 'Sabtu ini'." protes Jooheon, jika tahu begitu mungkin dia tidak akan berpikir terlalu keras.
"Memangnya apa bedanya? Lagi pula besok juga hari sabtu." balas Kihyun dengan santai.
Jooheon mendengus pasrah. Bagaimanapun juga, sepertinya slogan bahwa senior selalu benar memang benar adanya.
"Besok aku memiliki agenda ke perbatasan."
"Ada apa? Apa terjadi sesuatu di perbatasan?"
"Tidak ada, hanya sekedar memastikan. Ada seseorang yang harus ku temui di sana."
"Jika itu tidak terlalu penting, lebih baik tunda dulu. Keamanan Presiden adalah yang utama."
Jooheon sekilas menggaruk kening nya yang tiba-tiba mengernyit. "Bagaimana jika Eunwoo saja?"
"Coba saja kau suruh dia. Maka yang ada, justru dialah yang akan memerintah mu."
Garis wajah Jooheon terlihat sedikit frustasi. Memang benar, bahwa para Leader Team kerap mengalami kesulitan ketika para Wakil Leader Team tidak berada di Organisasi.
"Kapan Kim Hanbin akan kembali?"
Sebelah alis Kihyun sekilas terangkat. "Kenapa?"
"Tidak ada. Aku hanya berpikir, mungkin akan lebih baik jika para Wakil Leader Team segera kembali ke Organisasi."
"Kim Hanbin, Jung Chanwoo, Koo Junheo adalah masalah kecil. Yang menjadi masalah adalah Wakilmu sendiri. Jika kau bisa membawanya kembali, mungkin tanggung jawabmu akan sedikit berkurang."
Jooheon menghembuskan napas beratnya dengan tangan yang berkacak pinggang. "Dia bukanlah orang yang mudah." gumamnya yang terdengar seperti sebuah keluhan.
"Karna kau sendiri juga memiliki harga diri yang sangat tinggi." balas Kihyun.
"Itu sama sekali tidak membantu." cibir Jooheon yang kemudian memalingkan pandangannya sembari menggerutu. "Bajingan itu, bagaimana pun juga aku ini atasan nya."
"Jadi bagaimana?" cetus Kihyun yang sepertinya tak bisa lagi menunggu.
"Apanya?" ujar Jooheon dengan nada yang terdengar sedikit kesal.
"Besok, pagi-pagi sekali. Kita sudah harus berada di Blue House."
"Sudah tahu kenapa masih bertanya?" acuh Jooheon, dan mau tidak mau dialah yang harus kembali turun tangan.
"Jangan pulang terlalu malam, sisakan tenagamu untuk besok." Kihyun mengulas senyumnya dan membawanya meninggalkan ruangan tersebut.
Jooheon menatap layar ponselnya setelah melihat punggung Kihyun menghilang di balik pintu, dia kemudian kembali duduk di kursinya sembari mengotak-atik ponselnya. Terlihat begitu ragu sebelum akhirnya mendekatkannya ke telinga kiri, menandakan bahwa dia tengah menghubungi seseorang. Dan setelah menunggu beberapa detik, seseorang di seberang menerima panggilannya, namun tak ada yang bersuara untuk beberapa detik ke depannya.
"Bicaralah, bajingan!" umpat Jooheon dengan raut wajah datarnya yang sedatar suaranya, ketika justru dialah yang harus memulai pembicaraan.
"Aku tidak memiliki urusan dengan orang idiot seperti mu." sarkas seorang pria di seberang.
"Aku atasan mu."
"Yes, Sir." respon yang terdengar begitu malas.
"Kembalilah ke Organisasi!"
Dahi Jooheon mengernyit dengan mata yang memicing penuh kecurigaan ketika lawan bicaranya justru tertawa dengan sinisnya.
"Kau pikir aku semudah itu?"
"Bajingan, kau!" Umpat Jooheon dengan pelan namun penuh penekanan.
"Kau pikir aku tidak tahu apa yang sedang kau lakukan sekarang? Aku mengawasimu dari sini, idiot!"
"Ya!!!" Suara Jooheon tiba-tiba meninggi, merasa telah kehilangan kesabarannya ketika berbicara dengan Wakilnya sendiri.
"Berhenti menyia-nyiakan waktumu untuk hal yang tidka berguna jika tidak ingin aku menendangmu dari kursimu." Sambungan tiba-tiba terputus secara sepihak.
"Ya! Ya! Ya! Aku belum selesai bicara, bocah tengik!" Geram Jooheon yang kemudian menaruh ponselnya di atas meja dengan sedikit melemparnya.
Dia menyandarkan punggungnya dengan tangan kanan yang bermain dengan mulutnya, menampakkan garis wajah yang menegang. Menegaskan bahwa dia sedang berpikir keras.
"Beberapa hari yang lalu aku melihat mantan Leader Team Divisi 4 berada di Distrik Kaesong."
Perkataan yang ia dengar dari salah satu informan yang bertugas di perbatasan beberapa hari lalu kembali terngiang di telinganya, dan itulah alasan kenapa dia ingin pergi ke perbatasan. Meski kecil kemungkinan bahwa Changkyun masih berada di sana, namun dia benar-benar ingin memastikannya sendiri.
Entah bertemu atau tidak, dia akan tetap mengunjungi semua tempat di mana Changkyun terlihat. Dan itulah yang ia lakukan selama ini, dan tentu saja tidak ada satupun orang dari Organisasi yang mengetahui hal itu.
"Apa yang sedang kau lakukan di sana?" Gumamnya, bahkan pikirannya tak bisa sekedar untuk menebak tentang apa yang di lakukan Changkyun di daerah Korea Utara. Karna tidak ada satupun orang Korea Selatan yang memasuki kawasan Korea Utara hanya karna masalah sepele. Pasti ada sesuatu di balik keberadaan Changkyun di sana dan dia bertekad untuk segera menyelesaikan kesalahpahaman di antara keduanya, meski dia harus mengejar Changkyun ke tempat yang jauh sekalipun.
Selesai di tulis : 25.09.2019
Di publikasikan : 18.01.2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro