sukma |• bagian ketiga
"Suapin dong."
".... pake tangan kiri tapi ya?"
"HAH?!"
Kenma menghela nafas, reuni dadakan mereka mulai terasa tidak kondusif. Taketora yang mabuk, Yaku dan Lev malah pamit pergi berdua tak tahu akan kemana. Inouka tidak bisa datang, sisanya terlalu banyak ditimpa tugas kuliah.
Ditambah, Kuroo dan [name] yang tak henti-hentinya beradu mulut. Namun siapapun yang melihat keduanya pasti langsung sadar, si cowok dan si gadis malah terlihat sangat dekat.
"Keluar bentar dong," Kuroo menepuk bahu [name], "Ada yang mau aku omongin."
Gadis itu mendecih seraya berdiri, "Sok serius banget."
"Serius beneran, oneng."
"Gak usah mulai deh ya!"
"Salah sendiri lemot, kayak oneng."
"Kurkur!"
Saat sampai diluar, keduanya diam seribu bahasa. Menyadari hal tak baik akan terjadi, takut menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang muncul dalam kepala.
"Aku nggak bisa ngelanjutin semua ini," Kuroo membuang muka. Tak mau ditatap matanya, enggan diperhatikan ekspresinya.
"Maksud kamu?"
"Maksud aku, ya itu."
"Itu apa? Kenapa tiba-tiba?"
[name] menatap bingung, laki-laki ini telah mengabaikannya selama tiga hari. Lalu tetiba, saat reuni kecil ini terjadi, cowok itu berkata- apa maksudnya? Kuroo tak mau menemuinya lagi?
"Aku nggak punya cukup waktu buat merhatiin kamu, kuliah semakin sibuk. Turnamen sana-sini, ponsel kugunakan hanya untuk urusan tugas saja."
Kuroo menghela nafas, ujung matanya mencuri-curi pandang ekspresi yang dikeluarkan gadis di hadapan.
"Iya? Lalu apa? Aku tahu kok kamu sibuk, makannya nggak pernah ngambek." Netra coklat berusaha kuat. Menahan air mata yang menggenang di pelupuk, berusaha suara yang keluar agar tak bergetar. "Meskipun aku kangen."
Kuroo menggeram kesal, menatap sekitar kalau-kalau ada yang bisa dijadikan tempat pelarian. Hasilnya nihil, jam menunjukan pukul sebelas malam. Bukan jam kerja, bahkan tempat makan yang mereka gunakan untuk kumpul bersama terlihat mulai dibersihkan pegawai.
"Aku juga- kangen." Kata Kuroo terdengar plinplan, "Tapi, aku beneran ngerasa kamu pantes dapet yang lebih baik."
[name] memicing, "Kuroo, omongan kamu kedengeran kayak alesan klise orang mau putus tapi endingnya dapet pacar baru." Gadis itu mulai mengeluarkan air mata.
"Maksudku- aku sayang kamu, [name]. Tapi-"
"Tapi apa? Seriously, Kuroo. You should just put on your running shoes. And get to the fucking point."
"Okay-okay, sorry." Cowok itu malah terkekeh, mendapati kalimat menusuk yang dibalut dalam candaan dilemparkan gadis yang seminggu kebelakang memenuhi isi pikirannya.
"Gini, [name], cantik, sayang. Kamu itu salah satu perempuan paling baik yang pernah aku kenal. Kamu cerewet, kamu ceroboh. Sok kuat, padahal kena bentak dikit aja suka langsung nangis."
Kuroo melemparkan senyuman saat menyadari perubahan air muka [name] kala cowok itu menyebutkan satu persatu sifat yang melekat. "Aku sayang banget sama kamu, beneran. Nggak boong. Bukan dusta. Sungguhan dari lubuk hati aku yang paling dalem."
"Kur, gausah gombal!"
"Aku serius, sayang."
Rona merah memenuhi pipi, telapak tangan bergerak menutupi. "Yaudah. Terus apa?"
"Terus," Kuroo menjeda seakan mempersiapkan mental. "Aku, belakangan ketimpa banyak masalah. Dan jujur aja, aku takut banget nanti-nanti malah melampiaskan kekesalan aku ke kamu, padahal kamu nggak tahu apa-apa. Aku takut nggak bisa jaga omongan aku, [name]. Kalau-kalau di masa depan, kamu sampai di titik bosan dan aku menginjak pembatas emosi yang aku jaga selama ini."
Gadis itu menggeram, kedua tangannya bergerak menangkup pipi Kuroo. Menekannya perlahan, menghasilkan mulut cowok itu yang terlipat kedepan.
"Kur, Kuroo. Tetsurou. Ganteng. Sayangnya aku," [name] tersenyum puas saat mendapati pipi yang ia tekan perlahan menghangat.
"Mbahku pernah bilang," Gadis itu memberi jeda. "Saat ada masalah, kamu dan aku adalah satu tim. Lawannya ya masalah itu sendiri. Bukan aku lawan kamu, Kur. Bukan nyari salah-benar diantara kita. Kita benar. Masalah ya salah. Harus diatasi, bukan diabaikan apalagi memutuskan hubungan. Enggak. Aku nggak mau."
"Hhhhooh bfhnar jhfuga."
"Hah?"
"Lepasin makannya bego," Kuroo menggenggam pergelangan [name] serta menjauhkannya pelan.
"Permisi?"
Suara seorang perempuan memecah fokus keduanya, berbarengan menengok kearah selatan. Mendapati seorang perempuan cantik tengah berdiri seraya memasang senyum manis, "Tetsu? Boleh bicara sebentar?"
"Ali-chan!" Kuroo mendadak berbinar saat mendapati Haiba Alisa mendekatinya. "Boleh-boleh!"
❝ i bet you if they only knew,
they would just be jealous of us ❞
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro