Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BANAFSHA | CHAPTER 16

بِسْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

"Sejatinya tidak ada yang benar-benar bisa mengenali kita, selain diri kita sendiri. Sisanya hanya sebatas menerka dan berasumsi saja."

💍🤲💍

"APAAN nih nggak ada angin nggak ada ujan tiba-tiba langsung sebar undangan?!" sembur Raziq saat sang sahabat menyerahkan undangan pernikahan.

"Aku ndak ngundang kowe, tapi aku minta kowe untuk datang," sahutnya begitu santai.

"Ngundang sama nyuruh datang perasaan sama aja deh, Wan," kata Raziq seraya membuka isi undangannya.

"Konteksnya beda, kalau ngundang kowe harus bawa amplop atau seenggaknya kado. Nah, kalau aku, kan cuma minta kowe datang, jadi ndak usah bawa apa-apa. Paham, to?"

"Dihh, kepedean banget perasaan jadi orang. Nggak ada duit gue buat ngasih lo amplop seperangkat dengan isinya. Kalau amplop kosong doang sih ada," ungkapnya diakhiri tawa puas.

Mata Raziq melotot seketika. "Busett, Wan. Ini serius lo nikah sama perempuan mana, hah? Ini, kok ada Banafsha-banafsha-nya. Jangan bilang sama Perempuan Burung Merak itu lagi?!"

"Namanya Raiqa Shezan Banafsha, bukan Perempuan Burung Merak. Kowe ini, nama bagus-bagus juga, malah dirusak," selanya tak terima.

"Iya dah iya serah, lo. Semerdeka lo! Jelasin dulu ini, lo serius nikah sama doi yang suka ngasih nasi kotak?" tanyanya menuntut.

Ghazwan mengangguk singkat. "Iya, Ziq."

Detik itu juga Raziq berteriak heboh. "Anjay, kok bisa sih?!"

"Dijaga itu bahasa, kowe ini refleksnya jelek kalau soal ngucap. Istighfar bisa to?"

"Jelasin dulu ini sama gue, kok bisa. Lo jangan alihin topik aelah, buruan gimana ini?!"

Ghazwan menghela napas singkat. "Ya, tentu aja bisa, to, Ziq. Itu yang dinamakan dengan jodoh, takdir aku sama dia untuk bersama."

"Busettt, bukan kata-kata puitis yang gue mau dengar dari lo. Kalau sama gue cerita aja langsung ke intinya, nggak usah tuh pake kiasan-kiasan gitu," protesnya.

"Piye, to, kenopo jadi kowe yang heboh?"

"Bukan piye, piye, jelasin buruan!"

"Yowes, aku juga bingung harus mulai dari mana tapi intinya beberapa waktu lalu aku ndak sengaja ketemu sama dia. Untuk kronologisnya aku juga ndak tahu kenapa bisa muncul keberanian untuk ngelamar dia."

"Selang beberapa hari dari kejadian itu aku datang ke alamat yang dia kasih. Aku ketemu walinya, dan mengatakan kalau aku serius dengan pinangan yang sempat aku layangkan. Terus dari sana prosesnya cepat, aku bawa Ibu ke Kota, ngadain acara khitbah secara resmi sekaligus bahas soal tanggal pernikahan."

Raziq dibuat kicep sekaligus geleng-geleng. "Dan parahnya lo nggak ada ngomong apa-apa sama gue. Tiba-tiba ngasih undangan, mana tuh nikahan minggu depan pula. Gila lo, Wan. Untung jantung gue buatan Allah, aman, nggak gampang anpal!"

"Manusia-manusia kayak lo gini nih, yang buat orang lain hidup nggak tenang. Diem-diem bae, kek orang nggak ada minat buat nikah tapi tahu-tahu udah mau sah. Kurang ajar emang!"

Ghazwan terkekeh pelan lalu berujar, "Orang lain ndak perlu tahu prosesnya, cukup lihat hasilnya aja. Iya, to?"

Raziq berdecak pelan. "Lo ngajak cewek nikah kek ngajak jajan seblak. Singkat, padat, dan cepat. Pernikahan lo digelar bukan karena ada insiden, kan?"

"Insiden opo maksud kowe?"

"Ya sejenis dp dulu gitu."

"Astagfirullah, kowe ini malah suudzan. Yo, ndak."

"Makanya kalau nikah jangan serba dadakan, lo kira tahu bulat apa?!"

"Ndak dadakan sebetulnya, emang aku ndak ada cerita apa-apa aja sama kowe. Jadi kesannya dadakan, padahal  prosesnya pun makan waktu. Ndak semendadak yang ada di pikiran kowe."

"Makan waktu berapa lama, hah? Gue yakin kurang dari sebulan pasti."

"Kalau ndak salah sekitar tiga mingguan kurang lebih."

"Tuhh, kan apa gue bilang. Lo nggak takut salah pilih apa, Wan? Mau gimana pun itu perempuan belum benar-benar lo kenal. Orang yang pacaran bertahun-tahun juga bisa bubar, dengan alasan dia yang ternyata nggak sesuai ekspektasi setelah mereka sah. Lo nikah kek motor blong, terlalu ngegas dan grasak-grusuk!"

"Yo beda, ndak bisa kowe samakan dengan pacaran. Orang pacaran itu berlomba-lomba untuk terlihat sempurna, ndak saling terbuka. Barulah setelah menikah keluar aslinya, itulah kenapa ada yang kecewa sama pernikahan. Yo, karena ekspektasi mereka yang terlalu tinggi."

"Orang ta'aruf juga banyak yang gagal, itu karena apa? Ya karena mereka belum benar-benar saling kenal, tapi nekad buat gelar nikahan. Bubar jalan, kan!"

"Jangan salahkan ta'arufnya, tapi salahkan orang yang menjalaninya. Dalam Islam, ta'aruf merupakan cara terbaik untuk saling mengenal, adanya pihak ketiga untuk meminimalisir khalwat ataupun ikhtilat. Menjauhi hal-hal yang berpotensi mengarahkan kita pada maksiat, supaya alurnya tetap lurus sesuai syariat."

"Sekarang lo bisa bilang kayak gini, nanti kalau udah nikah nyaho, lo!"

"Insyaallah, ndak, doain yang baik-baik bisa, to?"

"Apa nggak sebaiknya lo pikirin dulu baiknya kek gimana, jangan asal nikah. Gue takut lo gagal, Wan."

"Insyaallah ini yang terbaik."

"Apa yang buat lo yakin sih?!"

"Keyakinan itu adanya di hati, jadi yo ndak bisa secara gamblang aku jelaskan. Pokoknya kalau sama dia, surga terasa lebih nyata. Aku mau ibadah, niat hati emang bener-bener mau menghabiskan sisa umur bersama."

Raziq berlagak ingin memuntahkan sesuatu. "Geli gue dengernya, Wan. Lo tuh harus dipikirin dulu matang-matang, jangan sampai nyesel. Berasa beli kucing dalam karung tahu rasa!"

"Insyaallah ndak akan, Wan. Ya, walaupun aku tahu pasti akan banyak kejutan di awal, karena mau gimana pun kita ini dua kepala yang pasti ndak selalu punya satu tujuan dan pemikiran yang sama. Tapi, yo namanya juga pernikahan, ndak harus berjalan sesuai kehendak diri pribadi, kan?" sahutnya tenang.

"Lo itu harus cross chek dulu masa lalunya kek gimana, latar belakang keluarganya, bebet bobot bibitnya harus benar-benar lo tahu. Mending nunggu lama daripada nikah sama orang yang salah," saran Raziq.

"Aku ndak berhak atas masa lalunya, itu milik dia pribadi. Saat kita memutuskan untuk menikah, berarti kita udah komit untuk hidup menatap ke depan, bukan ke belakang. Waktu kita di masa itu udah selesai, sekarang saatnya kita jalani apa yang ada di depan mata."

"Modal teori doang sih gampang, prakteknya?"

"Insyaallah kalau sudah ada bekal, tahu ilmunya, praktiknya juga bisa lebih mudah. Kowe ndak usah terlalu mengkhawatirkan sesuatu yang belum pasti akan terjadi."

Raziq menghela napas singkat. "Lo bener-bener kepincut sama Perempuan Burung Merak?"

"Ndak tahu."

"Jawaban lo benar-benar di luar ekspektasi. Kalau emang nggak ada ketertarikan ngapa sampai lo berani ajak doi nikah, hah?!"

"Kowe ini banyak tanya, Wan, padahal tinggal datang doang. Aku ndak minta kowe untuk iuran juga, to?"

"Busett, dah lo ye. Curiga kena guna-guna lo, tuh perempuan pake pemikat di nasi kotak."

"Astagfirullah, makin ngaco aja kowe ini. Yo ndak mungkin."

Ghazwan menepuk pundak sahabatnya. "Insyaallah dia perempuan baik, shalihah juga aamiin. Aku berani ambil langkah untuk menikahinya karena aku ingin mewujudkan impian dia, dan aku pun merasa akan jauh lebih baik kalau bersama dia."

"Kita punya visi dan misi yang sama. Kita ingin menjadi manusia yang menebar banyak kebermanfaatan. Tujuan itu akan lebih mudah terealisasi kalau kita sama-sama berusaha untuk meniti satu demi satu program yang memang sudah kita rancang."

"Doakan supaya pernikahan kami senantiasa Allah ridai, bisa menjadikan aku sama dia lebih baik lagi, terlebih dalam hal ibadah dan keimanan," jelasnya diakhiri sunggingan lebar.

💍 BERSAMBUNG 💍

Padalarang, 10 Januari 2024

Si Raziq belum ketemu yang klik, makanya dia seenggak percaya itu kalau Ghazwan bisa ketemu jodohnya dalam waktu yang dia anggap 'kecepatan'. 🤭😌

Jadwal upnya agak berantakan, maaf ya karena emang kebetulan lagi ada kerjaan. Happy Reading, dan kalau kurang feeling, mohon dimaklumi. Sistem kebut banget ini. Ada typo? Tolong ditandai supaya aku bisa perbaiki. ☺️

Masih mau dilanjoott nggak nih?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro