Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

24. South & East

IV. The Newcomer

Karena Lisboa adalah kota pantai, maka tempat pertemuan terbaik adalah di pelabuhan? Baiklah.

Penyihir perempuan yang tadi mendatangi mereka, namanya Karen. Dia adalah asisten dari Pahlawan Selatan. Setelah memperkenalkan diri, Karen membawa Eve dan yang lain ke kereta kuda menuju pelabuhan. Sekarang mereka ada di sini, di tengah pelabuhan yang sibuk dengan pekerja yang menurunkan kargo.

"Bos kaget sekali waktu tahu kalau Anda masih hidup," kata Karen pada Ayato, "setelah surat itu dikirim, saya langsung diutus untuk menjemput kalian. Ayo, Bos sudah menunggu!"

Mereka sampai di sebuah pondok agak besar di salah satu sudut pelabuhan. Pondok itu ramai oleh pekerja. Ayato menunjuk seorang pria besar yang tengah berbicara dengan nahkoda kapal. Itu Andrew, katanya. Orang yang mengirimi surat yang membawa mereka kemari.

Setelah urusan pria itu selesai, Karen segera menghampiri atasannya tersebut. "Bos! Aku kembali!" teriaknya.

Mata Andrew membelalak begitu mendapati rombongan Eve di sana. Dia langsung berlari dan menerjang Ayato dengan heboh. Eve sampai harus melompat untuk menyingkir dari terjangannya.

"Aw, Sobat~ senang banget kau ada di sini. Sumpah, deh, waktu itu kukira kau sudah mati!" Andrew merengkuh Ayato erat sekali, mari berharap semoga tulang cowok itu tidak ada yang patah.

"Hentikan, aku tak bisa napas." Ayato menepis tangan besar Andrew dari bahunya. "Aku memang masih hidup. Jadi sekarang, apa yang harus kulakukan?"

Andrew terkekeh, "Heh ... jangan terlalu kaku begitu, dong. Memang ada banyak yang perlu kau pelajari, tapi karena kita baru ketemu setelah sekian lama, kenapa nggak santai dulu sebentar. Apalagi ternyata kau didampingi dua cewek man--"

"Aku ini cowok, Tuan berbadan besar," sela Eve. Penuh penekanan.

"Ah, maaf," koreksi Andrew, "pokoknya, biarkan aku menjamu kalian dulu, ayo masuk!"

Ampun, deh. Sudah berapa orang asing yang salah mengira Eve sebagai anak perempuan? Hanya karena tubuhnya tidak tinggi (panggil dia pendek dan dia akan membunuhmu), dan wajahnya yang terbilang manis untuk ukuran laki-laki. Bahkan Alastor, yang sudah melihat Eve sejak bayi, baru menyadari gender asli anak itu waktu dia berusia lima tahun.

Kembali ke pelabuhan Lisboa. Syukurlah, ternyata Andrew cukup tahu diri juga dalam menjamu tamu. Ada biskuit dan kue di ruang depan pondok, lalu Karen muncul lagi sambil membawa senampan teh.

"Yah ... banyak betul yang terjadi waktu kau hilang. Sekarang kita terkenal di mana-mana." Andrew menuangkan teh ke masing-masing cangkir. "Dia juga kaget, lho, waktu dengar kabar soal dirimu. Hmm, harusnya sih, dia sudah di sini. Karen, tolong panggilin dia, ya."

"Roger, Bos!" Karen berbalik dan melangkah ke luar pondok.

Selama menunggu Karen kembali, Andrew menggunakan waktu itu untuk menggoda Sakura. Dia bertanya bagaimana Sakura bisa bertemu Ayato, lalu ketika sampai di pertanyaan apakah dia mau bergabung dalam tim Andrew, pria itu berhenti ketika mendapat tatapan tajam dari Eve dan Ayato. Untuk Eve, Andrew mengatakan awalnya dia benar-benar mengira Eve adalah anak perempuan, dan jadi kecewa waktu tahu dia salah. Dan, Eve pasti sudah menonjok pria itu jika Sakura tidak menahan tangannya.

Karen kembali beberapa menit kemudian, kali ini bersama pria lain. Seorang penyihir yang langsung menyambar biskuit untuk bergabung dengan obrolan. "Senang melihatmu di sini. Jujur, aku tak menyangka waktu Reiss bilang kalau kau ada di rumahny-- AAAAAH."

"Diego, Lama tidak jumpa!" Tentu saja Eve mengenalinya. Tidak ada penyihir Iberia lain yang wajahnya semenyebalkan itu.

"Bocah Setan, Reiss Kecil, apa yang kau lakukan di sini!? Oh, jangan-jangan kau dan gurumu bersekongkol, ya, kalian ingin merebut Pahlawan Timur demi keuntungan pribadi!?" Diego menyumpah, yang sukses membuat semua orang di situ tercengang. Eve bertaruh, pasti penyihir itu tidak pernah menunjukkan sikapnya yang satu ini dihadapan orang banyak.

Eve tergelak. "Tentu saja tidak, jangan berburuk sangka begitu, dong. Oh, iya, Guru titip salam, katanya dia ingin tahu apakah pinggangmu masih kaku atau tidak."

Diego hendak membuka mulut, tapi diurungkan ketika sadar dirinya sudah menjadi pusat perhatian. Dia berdeham, "Uhm, baiklah, lupakan yang tadi. Yang tadi itu tidak pernah terjadi."

"Kau kenal Diego?" tanya Ayato pada Eve.

"Tentu. Tiga tahun lalu, dia menantang Guru dalam pertarungan satu lawan satu. Dan coba tebak, dia kalah telak." Eve tertawa.

"Aaaargh, lupakan itu. Reiss sialan, aku pasti akan membalasnya," dengus Diego kesal, dia mengambil tempat di sebelah Andrew. "Sekarang, kembali ke topik. Kau sudah menerima surat dari Biro Layanan Pahlawan, 'kan?"

Ayato mengeluarkan surat itu. "Ya, di sini tertulis, aku dimintai datang kemari. Hanya itu."

Diego mengambil surat itu, membacanya sekilas, lalu meletakkannya di meja. "Nah, karena sekarang kekuatanmu sudah bangkit, sudah waktunya bagimu untuk menerima tanggung jawab sebagai pahlawan dunia ini."

"Empat pahlawan yang dikirim ke dunia ini, masing-masing mewakili empat arah mata angin. Masing-masing memiliki wilayahnya sendiri-sendiri. Misalnya, kau, sebagai Pahlawan Timur, wilayahmu membentang dari pulau Yamato sampai pertengahan benua Zamrud. Fungsi Biro Layanan Pahlawan adalah untuk mengorganisir pekerjaan pahlawan, serta sebagai pemberi informasi mengenai keberadaan monster di wilayah itu. Sampai sini jelas?" Diego menjelaskan panjang lebar.

Ayato mengganguk, memberi isyarat bagi Diego untuk melanjutkan.

"Nah, sebagi awalan buatmu, Andrew mengajukan misi ganda. Sekaligus, untuk menunjukkan padamu bagaimana pahlawan bekerja." Setelah Diego mengatakan itu, Andrew menepuk dadanya bangga.

"Apa itu misi ganda?" tanya Ayato.

"Pekerjaan yang melibatkan dua pahlawan atau lebih, biasanya yang tingkat kesukarannya tinggi," jawab Diego, "mulai dari sini, kau akan berada di bawah bimbingan Andrew. Aku akan menunggu sampai kau kembali."

Diego pamit keluar. Setelahnya, Andrew berdeham untuk mengambil kendali. "Oke, tugas kita sebetulnya sederhana. Datang, temukan monster, bunuh, lalu pulang. Kali ini, kita lakukan di benua Topaz, hore!"

Eve hampir tersedak teh, betulkah apa yang dia dengar? "Apa? Ke benua Topaz!?" ulangnya.

"Iya, kenapa denganmu?" Andrew mengerjap bingung. "Soalnya kita punya klien. Karen, suratnya kamu pegang?"

Karen memberikan sebuah amplop, Andrew membukanya lalu memberikan suratnya pada Ayato. "Pekerjaan juga bisa datang dari klien. Di situ ada permintaan dari asosiasi pedagang Memphir, minta kita menyelidiki komplotan perompak gurun yang muncul belakangan ini."

Eve melongok dari ujung sofa untuk ikut membaca. Di surat resmi itu memang tertulis permintaan seperti perkataan Andrew tadi.

"Memphir itu kota perdagangan di benua Topaz. Kalau komplotan perompak itu dibiarin, nanti pedagang di sana bakal rugi," jelas Andrew, "jadi, mari lihat apa yang bisa kita lakukan pada orang-orang itu!"



"Apa itu kapal dagang?"

Sebesar apapun rasa ketidaksukaan Eve, toh mereka tetap akan pergi ke benua Topaz. Benua yang berada di urutan terakhir dalam daftar tempat yang paling ingin dikunjungi Eve. Satu-satunya hal menyenangkan hanya antusiasme Sakura, yang memandangi kapal dagang besar yang akan menjadi tumpangan mereka itu, dengan mata berbinar. Katanya ini pertama kalinya dia melihat kapal dagang sebesar itu, selama ini yang mendarat di Yamato ukurannya jauh lebih kecil.

Andrew membawa beberapa orang bersamanya, termasuk Karen, itu yang mereka sebut pengikut bagi para pahlawan. Sejak awal, Eve sudah tidak suka pada Andrew. Selain karena laki-laki itu adalah pahlawan, menurut Eve, Andrew adalah tipe orang yang selalu memancing masalah.

Tapi para pahlawan memang selalu memancing masalah, 'kan? Seperti yang mereka lakukan tujuh tahun lalu ....

"Kau tidak apa-apa?"

Sauh telah diangkat beberapa saat yang lalu, dan pelabuhan Lisboa terlihat semakin kecil. Ayato, yang berhasil melepaskan diri dari Andrew yang terus menyeretnya sejak pelayaran dimulai, mendatangi Eve di buritan. Sakura sudah menghilang sejak tadi, sepertinya sedang mencoba berkeliling ke setiap sudut kapal itu.

"Wajahmu sudah kusut sejak di pelabuhan, apa ada sesuatu?" tanya Ayato sambil ikut menyandarkan tubuh di tepi buritan.

"Tidak ada apa-apa," jawab Eve sekenanya.

Tapi Ayato tampaknya kurang puas. "Hei, itu ... kalau kau memang tidak mau pergi, kau bisa kembali tadi. Aku juga tidak bisa memaksamu ikut sampai sejauh ini. Bagaimanapun, aku 'kan tidak punya hak untuk itu."

"Dan kau juga tidak punya hak untuk menyuruhku pergi."

Ayato mengerjap, kaget akan tanggapan ketus dari Eve. Dia ingin bicara lagi, tetapi dihentikan oleh Andrew yang memanggilnya dari dek kemudi.

"Tuh, kau dipanggil, pergi sana," kata Eve tanpa menatap lawan bicaranya.

Ayato menatap Eve sebentar, sebelum dia menggeleng dan berbalik, mendatangi Andrew. "Aku tidak mengerti dirimu," katanya sambil lalu.

Tentu saja, kau tidak tahu apa-apa, bodoh!

Eve mendengus kasar, ini baru awal perjalanan dan ada saja yang merusak suasana hatinya. Entah apa lagi yang akan mereka hadapi setibanya nanti si tempat tujuan.

-----
Published on: 11/09/2021

1337 worlds
-Eri W. 🍁

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro