Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

83 • Gemintang Hanya Ingin Dilihat Dari Jauh

Satu bintang itu sendirian, terpisah dari susunannya, namun ia berhasil berteman dengan sebuah satelit menyedihkan yang selalu menangisi planet dan isinya. Namanya Gemintang, bunda yang paling ia sayang bilang kalau nama itu berarti susunan bintang agar dia selalu bercahaya, benderang, membuat benda sekelilingnya kagum akan sinarnya. Namun sinar seperti apa yang sang wanita itu maksud?

Yang Gemintang tahu, dia bukan susunan bintang.

"Kuda Nil!" Senyuman lebar itu mengukir indah di wajah kala ia lihat satu satelit bersinar yang akhir-akhir ini menyinari hatinya. Ia panggil gadis itu sambil melambaikan tangan.

Tidak ada balasan. Namun bukan seperti yang ia duga, bukan wajah datar gadis itu biasanya, ada rasa sedih di matanya.

Ia menghindar, berjalan ke arah lain—bukan arah Gemintang. Mau kemana dia ke gerbang belakang? Laki-laki tampan ini sudah menunggunya sedari tadi di sini sampai mukanya kebakar matahari. Ia berlari mengejar

"Kuda Nil? Lu sakit?

"Mau pingsan?

"Ah, payah, masa habis ujian gitu aja sakit. Cupu."

Tidak ada jawaban. Gemintang tolol. Mengapa dia malah melucu di saat ia tahu Kuda Nil satu ini sedang menangis. Tapi bukannya memang gadis ini selalu menangis dengan alasan yang tidak masuk ke akal? Mengapa dia jadi mencari-cari alasan soal kejayusannya ya?

Gadis itu keluar dari gerbang belakang sekolah, Gemintang mengikuti. Berjalan ke jalan raya, entah mengapa dan Kuda Nil ini harus mendengarkannya bernyanyi.

"Lu kalau mau pelihara hewan, bakal pelihara apa?

"Kalo gue sih ikan cupang,

"Soalnya bibirnya monyong kayak lu,

"Enggak deh, soalnya enggak ribet. Tinggal taroh air terus kasih jentik nyamuk.

"Daripada melihara kucing, kalo dia eek gua males bersihinnya, ribet. Jauh-jauh deh hal yang bikin ribet."

Enggak pernah ada jawaban. Bahkan ia tidak mendengar kalimat; "Diem, Tang. Mulut kamu bau bakso", keluar dari mulutnya.

Matahari membakar dahi pria itu. Namun tidak apa asal di sebelahnya ada kuda nil yang bisa selalu ia kerjai.

"Kita nungguin apa, dah? Nungguin Samudra nembak lu?" Gemintang tertawa. "Basi!"

Mobil angkutan umum berhenti di depan mereka, kuda nil besar itu menghentikan dengan kekuatan tangan pahlawan bertopeng, ia duduk di depan—sebelah bapak kusir. Tidak ada satu patah katapun.

Siapa bapak tua ini? Mengapa dia bisa duduk di sebelah kuda nil? Mengapa pria ini genit sekali sampai bisa duduk di sebelahnya?

Gemintang ikut naik mobil angkutan umum, di belakang tentu saja—mengawasi—berjaga-jaga jika bapak kusir ini genit, mencoba mengedipkan satu mata saja maka Gemintang akan membalikkan mobil ini di jalanan.

Ia pandangi gadis yang rambutnya terkucir itu dari belakang, tidak ada gerakkan, bahkan menggaruk ketiak sekali saja pun tidak. Apa yang salah pada dirinya? Gemintang tidak bau kok, dia memakai tawas di ketiaknya yang ibu pemilik kontrakan berikan. Mengapa dia jadi memikirkan ketiak.

Mereka turun ketika rumah mereka sudah dekat, gadis itu berjalan mendahului Gemintang. Laki-laki itu diam semenjak menaiki mobil angkutan umum, ia lebih tertarik memandangi kuda nil dari belakang, cantik. Kala ia lihat sinar matahari memantulkan kilau rambutnya.

Namun, ia ingin bicara pada wanita di depannya, ingin bicara hal-hal enggak penting, tertawa meledeknya dan mendengar kesedihan dari gadis itu sekarang, karna ia tahu gadis di depannya menangis sekarang, namun tidak ia lihatkan sekalipun.

Gemintang tidak tahu cara dengan benar bagaimana membuat orang merasa baik di dekatnya, yang cuman ia bisa hanya menambah rasa sakit. Selalu.

"Gua capek bilang ini, tapi lu itu perempuan paling tolol yang pernah gua temuin, Kuda Nil.

"Enggak seharusnya lu nangisin orang-orang kaya Aya, cewek gila itu. Apalagi pacaranya, kakak gua sendiri—Samudra.

"Kalau lu masih nangisin mereka sih, keterlaluan, gua kayaknya bakal copotin kepala gua sendiri terus gua lempar ke ring basket.

"Kok horor, ya? Enggak jadi deh." Cengirnya kemudian.

Tidak ada apa pun. Hanya deru kendaraan bermotor, matahari, dan langkah kaki cepat di sebelahnya sekarang.

"Sekarang jawab, siapa yang lu nangisin sekarang?"

Suara jangkrik. Dia dikacangi bak martabak, harusnya gadis di sebelahnya mengoceh sekarang, membela dirinya di depan Gemintang—karena itu yang seharusnya ia lakukan setiap kali di depan laki-laki bodoh ini—karena hanya Gemintang orang yang berani ia lawan.

Ia kangen kata-kata makian perempuan itu padanya, ia kangen setiap ia membela orang-orang yang Gemintang benci, ia kangen kala kakinya yang selalu terinjak kesakitan.

Otak tololnya bekerja. Gemintang menyandung langkah Bulan. Gadis itu terjatuh, dengan muka menghadap ke tanah, sang ksatria tertawa. Pasti kuda nil gemuk ini meninju rahangnya.

Namun yang ia lihat hanya satu air mata yang menetes begitu saja. Tertahan, membersihkan baju dan rok sekolah—menyeka wajah yang memerah—kembali berjalan—tidak mempedulikan lututnya yang sekarang berdarah—oleh Gemintang.

Tidak ada kata-kata, Gemintang kebingungan. Ia termenung, sedih. Hatinya patah. Dia tidak tahu patah karena gadis itu yang terluka olehnya atau gadis itu yang melukai diri Gemintang dengan menghindar.

Mengapa rasanya sakit sekali ketika ia tidak dihiraukan. Harusnya Gemintang sudah biasa dengan tidak dipedulikan, rasa sakitnya sudah hilang, namun gadis itu mengembalikan rasa perihnya. Menyobek hatinya yang baru mulai menempel.

Harusnya Gemintang enggak seperti ini, dia laki-laki kuat. Mengapa dia jadi sedih hanya karena kuda nil jelek yang kekurangan gizi sekarang? Atau memang bintang itu sudah jatuh begitu saja pada satelit di planet yang selalu ia lihat?

Ah, iya, motornya tertinggal di sekolah sekarang. Sekarang Gemintang yakin, dia memang beneran tolol, bukan kiasan lagi.

...

a.n

alo, apa kabar semua?

aku nulis ini saat di taman sendirian, merhatiin kereta yang lewat, karena taman ini beneran di depan rel kereta. sambil makan mi ayam, fyi.

ternyata seenak itu bengong sendirian, mikirin hal-hal enggak penting, dan buang jauh-jauh pikiran-pikirian penting yang bikin pusing meski cuman sebentar. jadi curhat.

aku enggak bakal capek untuk bilang terimakasih buat semuanya yang udah dan setia baca cerita ini. aku beneran seneng banget baca komentar kalian, dari yang ngata-ngatain, ngelucu, review, dan nanyain aku dimana. aku ngerasa beneran punya banyak pacar gara-gara ditanyain, hahaha, nangis.

apa aku buka pendaftaran pacar aja ya?

eh, kasih aku saran dong, apa dari tulisan aku yang harus aku perbaiki, karena aku beneran butuh masukan dari kamu semua. aku sangat menghargai semua masukan kalian.

salam,

cowok yang suka nulis pakai wifi gratis

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro