Agar kamu tahu aku belum mati, ciumlah surat ini. Kamu akan menemukan harum tubuh seseorang yang masih jauh dari peti mayat. Segar rasanya. Menenangkan rasanya. Sehari-hari aku gunakan parfum ini untuk terus memberikan tanda bahwa aku masih di sini. Aku tidak akan ke mana-mana, kamu percaya? Masih menciptakan langkah-langkah yang bergema di koridor panjang ini yang terdengar hingga ke setiap kelas. Jika tiba saatnya murid-murid lain keluar, langkahku tidak akan lagi terlalu kentara. Semua berbaur. Kami semua menjadi satu tanpa dapat dibedakan, meski kami ingin. Aku ingin. Aku ingin selalu jadi berbeda.

Agar kamu dapat menemukanku.

Agar kamu tahu aku belum mati.

Di kota ini, yah, mati tidak akan mengenal usia. Aku pernah lihat bayi, anak-anak, remaja, orang dewasa, orang lansia, kucing, anjing, burung gagak, sepertinya itu tidak tergolong usia tapi inilah maksudku. Siapa pun bisa. Apa pun bisa. Bukankah kamu yang mengajariku tentang kematian? Tentang betapa krusialnya jiwa manusia-manusia yang masih hidup? Sayang sekali banyak dari kita yang menjualnya dengan mudah dan murah. Dengan cara-cara yang kreatif. Aku tidak juga bisa menyalahkan mereka karena ada terlalu banyak motif. Bisa saja tidak terkait sama sekali. Bisa saja penting.

Orang-orang kan jumlahnya tidak sedikit. Kebingungan tidak pernah sedikit. Sedangkan jawaban hampir tidak pernah banyak. Terlalu langka.

Maka dapatkah kamu memberiku satu saja jawaban kali ini? Ingin aku tahu kapan kamu akan pulang ....[]