NIGHT TALK
Night Talk [Bayu x Sanna] by cindyatikaaa
Kamar kos sederhana menjadi latar. Seorang pemuda bersurai coklat keluar dari bilik toilet setelah membersihkan diri. Tetesan air dari rambut yang masih basah dibiarkan turun melewati leher dan terhenti pada handuk yang bertengger manis disana.
Manik kemudian melirik jam dinding yang tergantung dan menunjukkan pukul 12:10 malam. Waktu dimana seharusnya para manusia yang bekerja di siang hari tertidur, termasuk dirinya.
Mulut menguap tanda kelelahan, menjadi Dosen ternyata sangat sulit apalagi di percaya untuk membimbing para mahasiswa yang akan segera mendapat gelar. Entah kenapa dia merasa bersalah karena dulu sering lari dari dosen pembimbingnya, walaupun tetap lulus bahkan dengan predikat cumlaude. Ditambah ada beberapa dokumen yang harus dia urus. Yah terkait dirinya, inilah yang membuat dia pulang lumayan larut
Ah, itu tidak penting. Sekarang waktunya tidur, kasur berlapis seprai hijau tua dengan dua buah batal kepala dan sebuah guling terus mengundangnya untuk tidur.
Tubuh dibaringkan pada kasur dan refleks memeluk guling dengan erat. Kepala mencari posisi nyaman pada bantal. Manikpun mulai meredup dan tubuhnya lemas tanda siap menuju alam mimpi agar bisa menyambut hari esok dengan segar dan berenergi.
trrrt trrrt trrrt trrrt
Alis sedikit mengkerut, manik coklat kemudian terbuka sedikit. Dengan malas tangannya mengambil ponsel diatas nakas dan melihat siapa yang berani-beraninya menghubungi di tengah malam.
Layar menampilkan nama penelpon, senyum lemah tercipta di atas bibir. Jempol kemudian menggeser tombol berwarna hijau dan mengambil earphone bluetooth yang tidak lupa dihubungkan pada ponsel
"Hey, Aku pasti mengganggu, ya?"
Suara seorang gadis terdengar dari seberang. Ponsel di letakkan kembali pada tempatnya. Tubuhnya kembali mencari posisi nyaman,
"Lumayan. Tapi bukan masalah. Apa yang tidak untukmu'kan?"
.
.
Night Talk
Spesial fanfic untuk penumpang kapal bayunem. Disini saya memakai Sanna agar lebih mudah dalam proses pengetikan
AU! Indonesia & Dunia Kerja
Bayu sebagai Pak Dosen (28) Sanna sebagai Pemilik Cafe (28)
Enjoy it ♡
.
.
Sang lawan bicara mendengus disana, "Gabut, Yu. Err, ga gabut banget juga, sih" ucapnya sedikit ragu di seberang sana
"Terus kenapa? Cafe kamu harusnya sudah tutup'kan? Jangan bilang buka sampai malam. Besok hari penting, tau"
"Eits, tidak dong. Tidur juga perlu, mencari cuan memang penting. Tapi kesehatan nomor satu"
Bayu yang mendengarnya tertawa, manik yang tadi mengantuk kembali segar mendengar suara Sanna,
"Jadi ada alasan kongkrit kenapa kamu sampai menghubungiku di jam segini? Aku ngantuk ngomong-ngomong. Besok sibuk nih"
"Jiah, sibuk-sibuk, Yaudah sana tidur. Aku nyanyiin mau?"
"Mau'sih tapi mataku udah cerah kembali dengar kamu bicara doang. Ah, Udah berapa lama ya kita tidak teleponan?"
Sanna diseberang menggigit bibirnya gugup. Sial, kenapa Bayu harus memakai suara kalemnya? Salahnya juga karena menelepon di jam segini. Tapi, kan dia gugup karena—
"Dua minggu? Kamu sibuk urusin skripsi mahasiswa kamu'kan? Aku juga sibuk urusin orderan yang ngalir mulu"
Bayu memasang senyum lebar, "cie yang jualannya viral. Bagi dong cuannya", godanya
"Setau aku pak dosen cuannya ngalir juga, sih"
Keduanya tertawa bersama. Suasana hangat yang menggetarkan hati menyelimuti keduanya malam ini.
"Kamu beneran kangen aku, bukan?", Pertanyaan yang sama Bayu layangkan. Diseberang sana hanya terdengar suara kipas angin yang berputar. Benar juga Sanna lebih memilih kipas dibandingan AC entah karena apa, "jawab dong, sayang", Tanyanya kembali
"Ehm, iya aku kangen", Sanna mencoba menjawab dengan tenang dan berdoa detak jantungnya tidak terdengar oleh Bayu
'Sayang-sayang. Apaan tuh sayang. Ish, ini jantung juga biasa aja, dong'
Hening sekali lagi,
Sial padahal biasanya tidak ada rasa canggung seperti ini. Seharusnya mereka terbiasa saling berkomunikasi,
"Ekehm, kok canggung gini, ya? Hahaha aneh banget kita", Bayu memecah keheningan dan tanpa sasar mengusap rambutnya
"Padahal biasanya langsung gas. Iya aneh banget, hehe", Sanna membalas dengan lumayan kikuk
"Ngomong-ngomong, Sann—"
"Hm?"
"Mama sama Om baik-baik'kan? Kakak sama adik kamu juga. Eh, istri kakakmu dikit lagi melahirkan, ya?"
"Iya baik-baik, kok. Tinggal tunggu hari kata dokter", Sanna mendudukkan tubuhnya dan memilih ujung selimut, "aku ga ditanyain nih kabarnya?", entah kenapa Sanna ingin sedikit menggoda sang lawan bicara
Bayu mengerjap beberapa kali dan menggeleng pelan, "Kalo kamu ga baik aku bakal langsung dapat feelnya, Sann" ujar Bayu seadanya
"Kita bukan anak kembar, loh"
"Tapi kita besar bareng. Gimana, tuh"
"Iya deh iya"
Bayu kembali terkekeh tubuhpun diputar menghadap tembok, "tunggu, ya. Besok pagi tinggal sidang satu mahasiswa dan aku langsung kesana" ucapnya tanpa ragu
Sanna yang mendengarnya menenggelamkan wajah di dalam bantal, "iya. Jangan maksain diri" jawabnya singkat
Senyum merekah dengan indah diwajah kedunya. Jangan lupa pipi yang sama merahnya. Sebuah respon tubuh yang tidak pernah mereka rasakan selama bertahun-tahun menjadi sohib,
"Jadi kita mau teleponan sampai ketiduran atau dimatikan?" Bayu bertanya sambil melirik jam dinding, pukul 1 dini hari
"Matikan aja. Selamat malam, Yu"
"Okey. Selamat malam juga, Sann. Ah! Mama dan Bunda bakal ikutan datang juga besok malam. Eh, hitungannya malam ini, ya? Au ah. Terus, Orangtua itu bahkan mengosongkan jadwalnya sekali lagi. Tidak kusangka mereka akan seantusias ini"
Sanna yang mendengar ujaran tak percaya Bayu memasang senyum tulus, "Kamu bahagia karena itu'kan?"
Bayu terdiam sesaat dan tersenyum tipis kemudian, "Untuk apa aku berbohong. Iya, aku bahagia. Apalagi mereka mendukung sepenuhnya pilihanku", Manik coklat tertutup sejenak dan nafas lega dihembuskan kemudian, "Sekali lagi selamat malam, Sanna. Lalu terima kasih karena telah bersedia menerima aku menjadi pendamping hidupmu"
Ujaran halus, lembut dan penuh tanggung jawab memasuki pendengaran Sanna. Tidak bisa dipungkiri jantungnya berdetak lebih cepat mendengar hal itu. Tarikan nafas pelan di lakukakan dan kemudian berucap,
"Bukan masalah. Lagipula kita akan saling merepotkan kedepannya. Mohon kerja samanya"
"Kamu juga. Yaudah ayo tidur, besok kita sibuk'kan? Kamu juga jangan terlalu kecapean, titip salam sama orang rumah dan karyawan kamu. Selamat tidur sekali lagi, mimpi indah, Sanna"
"Kamu juga, ya? Selamat tidur, mimpi indah, Bayu"
Telepon diputuskan bersamaan. Senyum manis merekah di wajah keduanya. Langit-langit di tatap bersamaan serta kekehan halus mengalun kemudian,
"Kita beneran bakal nikah, ya"
*
"Sanna",
Pemilik nama berbalik dan menemukan sahabat kecilnya disana. Tangan yang sibuk mencatat orderan online terhenti sejenak. Mulutnya terbuka sedikit dan mendengus kemudian,
"Belum hari raya, Yu. Tumben udah balik. Ambil cuti?"
"Hehe iya aku ambil cuti 3 hari, nih" Bayu menjawab dengan santai, "sibuk, ya. Kalau aku minta waktumu sedikit bisa tidak?", Tanyanya kemudian
Sanna hanya mengganguk dan memanggil salah satu karyawannya untuk melanjutkan tugasnya sejenak, "paling lama satu jam, ya? Hari ini ada 2 karyawan yang absen jadi kami agak kerepotan" ujarnya sambil memasang senyum kecil
Bayu yang melihat Sanna menjelaskan sejenak pada sang karyawan tersenyum penuh arti. Sahabat kecilnya ini benar-bener membuka usaha makanan seperti impiannya
Walaupun nasi padang yang dijual bertema rice box ternyata banyak yang penikmatnya. Terutama para pekerja kantoran ditambah posisi Cafe strategis, tempat estetik dan nyaman serta harga sesuai dompet dengan kualitas makanan yang baik
Iya, Cafe dengan menu utama nasi padang. Unik, bukan?
Sanna telah berhasil. Apa sahabatnya ini akan menerimanya?
"Aku pikir tidak perlu sampai keluar, Sann. Disini saja"
Ucapan Bayu membuat Sanna melayangkan tatapan bingung. Serius? Kenapa Bayu jadi terlihat dewasa begini?
Ah, dia memang telah dewasa tapi auranya sekarang agak berbeda. Apa karena telah menjadi Dosen, ya? Pria jenius ini benar-benar niat menyelesaikan S2 bahkan sekarang menjadi Dosen muda di salah satu kampus negeri ternama luar kota. Walaupun terlihat bobrok para mahasiswa malah menyukai dirinya, itu yang Sanna dengar.
Benar juga, tidak disangka keduanya bisa hidup terpisah dan hanya bertemu dihari cuti nasional dan hari raya. Menjadi dewasa dan mengejar cita-cita ternyata memakan sebagian waktu di hidup, ya. Tapi bayaran dan hasil yang di dapat juga sesuai usaha mereka.
Gelengan pelan dilakukan Sanna, "kamu cuma mau ngomong sebentar? Lanjut aja, Yu. Aku bakal dengar. Asal jangan yang aneh-aneh" ujarnya sekaligus memperingati Bayu yang random
Bayu tersenyum lembut kemudian. Tangannya mengambil sesuatu dalam kantung celana kain dan menunjukkan pada Sanna. Manik hitam Sanna mengerjap tidak percaya, itukan—
"Aku mau naikin skill kehidupan aku dan selesaikan salah satu misi penting, Sanna. Nah, untuk menaikkan skill dan misi ini aku harus memiliki partner sehidup semati—"
Bayu menarik lengan Sanna lembut agar jarak mereka yang terhalang oleh meja terkisis. Tubuh keduanya berjarak kurang dari setengah meter. Bayu dengan lembut menggengam kedua tangan Sanna,
"—aku maunya kamu buat jadi partnerku. Jadi, kamu mau'kan?"
Suara Bayu tidak bisa dikatakan pelan. Para karyawan memasang ekspresi berbeda-beda tetapi binar di manik mereka menyiratkan perasaan yang sama.
Para pengunjung ada yang diam-diam merekam sejak awal. Serta beberapa ojek online yang menunggu orderan konsumen mereka mulai menggoda keduanya.
"Terima dong, Mba"
"Aduh bahasanya Si Mas tinggi banget. Untung aku paham sedikit, haha"
"Cie cie cie. Terima, terima"
Suasana dalam Cafe mulai riuh. Sanna menggigit bibir bawahnya lalu menarik nafas singkat sejenak. Manik hitam kemudian mendongak menatap serius Manik coklat Bayu,
"Kalau aku terima tawaranmu, ekhem. Item apa saja yang bakal aku dapat?", Sanna berujar dengan kalem walaupun terdengar sedikit rasa gugup disana
Bayu yang mendengarnya terkekeh, "aku akan memberi item dengan tingkat rare. Kesetianku dan cintaku akan menjadi item yang tidak akan habis. Oh, jangan lupa diamond dan beberapa bonus poin yang akan aku usahakan selalu stabil" jawabnya tegas
Sanna yang mendengarnya hanya bisa tertawa kecil, "yaudah. Aku terima", jawabnya lantang
Suasana Cafe mulai ricuh mendengar ucapan Sanna. Para karyawan bahkan melompat-lompat senang. Para koki turut meninggalkan masakan mereka sejenak untuk melihat momen Sang Bos
Bayu memasang tampang kaku, "serius?" Ujarnya tak percaya
Sanna memamerkan senyun lebar hinggal giginya terlihat, "serius, dong" balasnya
Refleks Bayu memeluk Sanna dengan erat, "aku janji. Aku tidak akan seperti Orangtua itu. Aku bakal jaga kamu dengan baik. Serta, jika kita mendapat jagoan-jagoan kecil yang dititipkan Tuhan, aku akan menjaganya sepenuh hati" Dia berujar lantang dan penuh percaya diri
Pelukan diurai oleh Bayu. Jari manis sebelah kiri Sanna diangkat perlahan. Cincin sederhana dipasangkan disana. Tentunya cocok, Bayu tidak mungkin salah ukuran
"Ini masih cincin sementara. Kamu pakai ini sampai hari dimana kita berjanji di depan Tuhan. Agar semua tau, kamu sudah menjadi hak paten aku"
Sanna terkekeh gugup. Dia tidak siap dengan sifat romantis Bayu. Mereka benar-benar OOC hari ini.
"Cie anak gadisku salah satu impiannya terwujud lagi"
Keduanya berbalik menatap orang yang berbicara. Sang Mama dan Papa ada disana. Tidak lupa Kakak dan Sang istri serta Adik Sanna juga ada disana,
Tawa canggung dikeluarkan. Sanna kemudian meminta karyawannya melanjutkan aktivitas kembali serta berterima kasih dan meminta maaf kepada para pengunjung
"Kalian semua disini pegang kata-kataku, ya. Aku janji akan membahagiakan Sanna alias pemilik Cafe ini"
Ucapan lantang Bayu dihadiahkan teriakan antusian dari semua orang
Bayu lalu berjalan mendekati orangtua Sanna, "Mama, Om. Terima kasih karena benar-benar mau datang kesini dan mengijinkan aku melamar anak kalian" dia berujar lalu menyalimi tangan orangtua Sanna bergantian, "tidak perlu khawatir. Aku yang akan pindah kesini. Beri aku waktu satu bulan untuk mengurus berkas dan menghubungi Mama, Bunda dan Dia" lanjutnya
"Tidak ada alasan untuk menolakmu, nak. Kita bicarakan kelanjutan pernikahan kalian sebulan lagi sesuai ucapanmu, ya?" Sang kepala keluarga berucap sambil menepuk pundak calon mantunya, "panggil Papa saja. Sedikit lagi kamu benar-benar bagian keluarga kami"
Sanna yang mendengarnya memerah malu dan Bayu memasang cengiran bodoh disana.
"Baik, Papa!"
"CIE CIE ADEK YANG MAU NIKAH"
"CIE, KAK. Eh, tapi masih harus LDR sebulan, ya?"
"Tidak apa, dek. Paling Sanna bakal tetap ngumpul cuan sebulan ini"
"Sudah pasti itu, kak"
"Apasih kalian! Udah sana aku mau lanjut kerjaan"
"CIE MALU-MALU"
"ISH"
*
Sanna terkekeh mengingat hari itu. Tubuhpun di hempaskan begitu saja di atas kasur. Jam dinding menunjukkan pukul setengah dua pagi
Besok malam, waktunya lamaran resmi berlangsung. Bukan acara besar, hanya kedua pihak keluarga yang bertemu. Bahkan Mama dan Bunda Bayu terus menghubunginya dari sebulan lalu untuk memastikan ini dan itu.
Lalu Ayah Bayu. Beliau bahkan datang sendiri menemui orang tuanya. Sanna ada disana atas permintaan beliau. Agak mengagetkan, beliau tersenyum hangat sambil berucap,
"Anakku pasti akan menjaga dan membahagiakan putri kalian sampai kapanpun. Dia benar- benar menyayangi keluarga ini. Jadi, terima kasih karena mengizinkannya menjadi anggota resmi keluarga kalian. Saya memang bukan Ayah yang baik tapi kalian tidak perlu takut Bayu akan mengikuti jalanku Bapak, Ibu dan Nak Sanna"
Sanna yang mendengarnya berusaha menahan haru. Setelah perbincangan singkat itu dia menghubungi Bayu. Ternyata, Sang Ayah telah menghubunginya duluan.
Tawa kecil dikeluarkan Sanna sekali lagi, manik ia tutup dan dirinya siap menunggu hari esok. Tepatnya besok malam atau malam ini? Sekarang udah masuk dini hari, hahaha
Disisi lain, Bayu juga berusaha tertidur kembali. Diapun tidak sabar menunggu hari esok
'Terima Kasih, Tuhan. Engkau telah mempertemukan aku dengan Sanna'
Manik coklat meredup perlahan dan dirinya terlelap dengan nyenyak. Sama halnya dengan Sanna,
Oh! Jangan lupa jari manis mereka terhiasi cincin sederhana yang sama
end
Ps:
Mungkin ada yang kepo atas panggilan Sanna dan Bayu ke orangtua mereka sekaligus sebaliknya. Jadi, panggilan tersebut sesuai langsung dari info Saqi '3'♡
Jadi, bukan saya yang buat sesuai pemikiran saya. Tapi ide ini 100% datang dari otak saya, loh. Apalagi saya lumayan sakit hati setelah membaca bab 'lautan seribu perasaan' di book pragma.
Lumayanlah, ikut event ini sekalian mengurangi sakit hati, hahaha
Terakhir, selamat karena Reason udah sebesar ini Saqi! Aku ga pintar berkata-kata tapi semoga Saqi dan Kita semua para pembaca selalu bahagia dan terus menikmati Reason hingga tamat
Sekian dari saya dan sekali lagi selamat dan terima kasih telah membaca fanfic event ini ♡
*
Kondisi aku pas baca ini
kokoroku terdoki-doki melihat keuwuan ini.
Kisah cinta orang romantis sekali yh, sementara aku macam romusha
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro