[Mafia AU! 8]
≪•◦ ❈ ◦•≫
"Sesuai kesepakatan atau tidak sama sekali, Akashi-kun."
Hawks mengetuk-ngetukkan jari ke atas meja. Memandang angkuh remaja di depannya yang diusia muda sudah memegang kendali salah satu grup yang paling berpengaruh di negeri ini.
Mata heterochromia itu memandang tajam lawan bicaranya, mengangkat dagu angkuh. Aura elegan menguar, sebagai sosok yang sudah dididik matang sedari kecil, Akashi Seijuro adalah salah satu dari orang-orang berbahaya yang seharusnya tidak diremehkan meski usianya masih sangat muda.
Hawks patut bersyukur ia tak mengambil masalah dengan grup satu ini. Tuan muda Akashi bahkan memandangnya sebagai salah satu rekan yang berpotensi memberikan keuntungan besar.
"Sebenarnya aku tidak terlalu suka kesepakatan ini karna tujuan awal kita berbeda. Kau berniat mengambilnya sementara aku berniat membunuhnya."Nada datar dengan tone khas itu keluar dari mulut laki-laki itu.
"Oh ayolah, setelah kuceritakan apa yang terjadi, tidakkah terketuk hati batumu?"
"Aku bukan tipe yang tolol akan kasih sayang keluarga sepertimu." Akashi tertawa formal, "Harusnya kau tahu rasanya dipukul mental dengan kekalahan dan berkas kerugian oleh gadis sialan itu."
Remaja itu mengangkat wajahnya, raut muka tampan nan jernih itu terlihat serius kembali. Menegakkan tubuhnya dan menatap pemimpin Ultra dengan tatapan serius.
"Tapi aku setuju, pinjamkan kekuatanmu, maka akan kupinjamkan koneksiku. Hanya saja, sebelum kau melakukan sesuatu kepada gadis itu, izinkan aku memberinya sedikit sapaan sebagai kenalan lama."
≪•◦ ❈ ◦•≫*
"Ah, pindah divisi ya?"
"Hanya misi ini saja,"Aku menjawab singkat, "Ini juga bukan tugas yang berat kok."
Akagi menghela napas panjang, tersenyum, "Emangnya ngapain?"
"Hanya membahas beberapa hal. Seharusnya ini tugasnya Daichi-san tapi ya.., gitu."
"Oh iya, Daichi lagi tugas di Vietnam ya?"Akagi bergumam lantas menyadari ada yang janggal. Reflek menoleh ke arah belakang, "Kalian berempat lagi pada sakit gigi? Tumben anteng."
Atsumu nyengir, Osamu memilih mengalihkan pandangan, sementara Suna langsung pura-pura fokus ke handphonenya.
"Tidak kok, kami hanya sedang berpikir sedikit."Gin menggaruk rambutnya, salah tingkah.
"Jangan dipaksa, nanti otaknya meledak."
Aku menahan tawa, mendengar celetukannya Akagi. Menarik tas, membenarkan pantofel, hendak keluar ruangan. Akagi menahan lenganku. Tersenyum lebar.
"Sebenarnya kita udah was-was bakal divakumkan lagi. Tapi ya syukurlah, jangan terlalu nyaman di Fukurodani, cepat balik."
≪•◦ ❈ ◦•≫
"Oh, dari tadi aku ingin bertanya, kenapa hanya kita bertiga saja?"
"Ini bukan tugas formal,"Akaashi tersenyum tipis, "Bisa dibilang ini hanya sebagai ramah tamah saja, aku, kau, dan Konoha saja sudah cukup. Toh keselamatan kita dijamin, ini hanya pengawalan sebagai formalitas saja."
"Mungkin, maksudmu kenapa si Bokuto tidak tidak ikut?"
"Nah, itu juga."
Konoha tertawa, "Sibuk dia. Selain Daichi, Moniwa dan Terushima, rata-rata ketua divisi tidak mengurusi masalah sepele seperti ini kan?"
"Benar sih, Kuroo-san saja nyaris tak pernah berada di markas."
"Percayalah, Kuroo itu sus."Konoha bergumam. "Oikawa juga. Intinya jangan terlalu percaya walaupun kita satu kubu deh."
"Oh ya?"Aku ber-oh pelan, "Memang kalau dilihat-lihat, banyak sekali yang mencurigakan di antara kita ya?"
"Nah itu maksud-"
"Termasuk Konoha-san."
"Kamfr-"
"Gedungnya sudah terlihat."Akaashi menengahi dengan lihai. Aku reflek merapikan stelan. Begitu pula Konoha. Langsung bercermin dengan posisi tangan masih di kemudi.
Mobil merapat lihai. Konoha lebih dari ahli jika hanya masalah parkir manuver seperti ini. Di depan gedung, sudah berdiri beberapa orang yang sepertinya siap menyambut kami.
Akaashi menurunkan topeng owlnya, begitu pula aku yang topengnya hasil minjam punya Kaori. Sementara Konoha memilih langsung membuka pintu. Menyerahkan kunci mobil ke salah satu staff yang sudah menunggu untuk diparkirkan.
"Selamat malam, Tuan dan Nona sekalian. Beruntung sekali bisa dikunjungi oleh salah satu sahabat lama."
Aku yang baru turun reflek mendongak melihat gerangan yang menyambut kami, "Ah!"
"Oh."Yang menyapa juga kaget melihatku. Raut muka stoicnya mengalami perubahan ekspresi sebelum dengan cepat kembali datar, "Nobara sedang pergi."
"Aku tidak mencari si bodoh itu, Fushiguro."Aku menghela napas kemudian menjabat tangan Fushiguro sebagai formalitas. Aslinya mah udah sering ketemu di agenda luar dengan Nobara.
"Maaf-maaf, kukira karna yang datang adalah para burung hantu, kau tidak ikut."Fushiguro berkata datar. "Aku tak pernah mendengar kabar kalau kau pindah divisi."
"Sebenarnya aku tidak pindah sih, hanya dipinjam. Ada sedikit kepentingan, you know?"
Fushiguro Megumi mengangguk pelan, mendongak dan menatap Konoha dan Akaashi, mengangguk menyapa sebelum akhirnya ia mempersilahkan kami masuk.
Grup Jujutsu termasuk besar, pemimpinnya saat ini adalah salah satu dari rekan terdekatnya Ukai membuat hubungan kedua grup semakin erat. Salah satu hubungan yang sangat menguntungkan meski di masa lalu, dua grup ini adalah musuh yang sangat-sangatt berat.
Jika kebanyakan grup memilih mengandalkan kekuatan mudanya, maka Jujutsu tetap pada gaya lampau, gaya kuno. Terlalu banyak orang kuat, bahkan dari rumor-rumor yang beredar selalu mengatakan bahwa Jujutsu memang lawan yang tiada bandingannya. Mereka punya banyak generasi kuat- terlalu kuat malah. Menguasai industri desain dan membawahi banyak sekali cabang-cabang olahraga bela diri.
Fushiguro membuka salah satu pintu megah dengan nuansa kuno. Berdiri menunduk mempersilahkanku masuk.
"Ahahahaha! Lihat Pak Tua, siapa yang datang sebagai perwakilan keluarga lama!"
Mengumpulkan kesabaran karna kami menghadapi Gojou Satoru
Gelarnya adalah terkuat. Salah satu alasan dominan mengapa Jujutsu sanggup mempertahankan gaya kuno di era alpha sekarang. Orang yang bisa menang walau melawan satu pasukan. Aku tak pernah melihatnya bertarung langsung tapi menurut Nekomata, Gojou lah oknum yang memenggal kepala ketua Akashi yang lama sebelum diganti dengan tuan muda saat perang hebat antara grup Jujutsu dan Rakuzan. Gelar 'terkuat' bukanlah gurauan, ia bahkan salah satu alasan yang membuat Jujutsu menang dalam setiap pertempuran.
Tapi menurut Suna, kekuatan nya yang luar biasa memberikan efek samping.
Iya, efek sampingnya, lelaki itu jadi kurang waras dan kurang adab.
"Aku berharap hubungan ini takkan rusak dan terus terjaga sampai generasi berikutnya."
Aku mengangkat gelas sampanye sebagai formalitas, tersenyum tipis, "Pihak kami juga mengharapkan hal yang sama."
"Sebenarnya aku lebih suka keributan tapi ini juga tidak apa-apa."
≪•◦ ❈ ◦•≫
"Aku tak suka ini, kami elit, bukan preman pasar yang hanya merusuh seenaknya."
"Lakukan saja."
Lelaki muda dengan surai merah tua dan alis bercabang itu mengangkat maskernya sampai ke hidung.
"Aku tak suka bekerja sama tapi ayo lakukan yang terbaik."
≪•◦ ❈ ◦•≫
"Terimakasih sudah mau menemani kami."
"No problem, itu tugasku."
"Gedung ini menarik sekali."Konoha bergumam, "Tapi entah kenapa aku merasa ini terlalu sepi, benarkan begitu, Fushiguro?"
"Ceritanya sedikit rumit, Konoha-san, ada beberapa masalah terkait cabang dojou kami yang berada di Turki sehingga dibutuhkan banyak pasukan utama yang turun tangan. Tapi tenang saja, yang lain mungkin sedang tidak keluar jadi gedung ini terasa cukup sepi."
"Sebenarnya gedung ini tidak sepi,"Akaashi mengangkat tangan, "Tapi rumah utama kami yang terlalu ramai."
"Ah, I see, delapan puluh orang lebih sebagai anggota utama lebih dari cukup untuk meramaikan gedung besar."
"Tapi serius, menurutku ini terlalu sepi."Konoha bergumam. "Dan hanya ada satu pengawal, aku tahu memang Gojou-san overpower tapi apakah itu tidak masalah?"
"Menurutku.., tidak. Karna sebenarnya tidak hanya Gojou-sensei saja, ada Getou-sensei, Maki-san tapi mereka memang tidak masuk bersama kalian."
Konoha ber-oh pelan. Kami berjalan melewati aula besar di lantai dua. Hendak menuju lift di ujung jalan untuk sampai ke lantai satu.
"Oh Fushiguro, sebenarnya aku ingin bertemu Kembar hebat juga."
"Maki dan Mai-senpai?"
Aku mengangguk. nobara selalu bercerita kalau kedua senpainya itu benar-benar menakjubkan, terlebih yang namanya Maki. Aura girl crushnya terlalu terasa. Aku ingin sekali bertemu dengan perempuan yang katanya ahli di segala bidang bela diri.
"San, nitip ini sebentar, aku mau perbaiki sabuk."
Aku menoleh, tanganku mengambil senjata sebagai prosedur keamanan dari tangan Akaashi yang berhenti lebih dulu untuk membenarkan sabuknya.
"Kembar Zenin sepertinya di ruangannya deh San. Soalnya kemarin Maki-senpai dan Mai-senpai mengajukan banding untuk rehat."
"Eh?"Aku menoleh, "Sakit?"
"Engga sih, emang akhir-akhir ini job mereka lagi numpuk banget gara-gara Naoya-san dan Yuuta-senpai pergi ke London."
Aku ber-oh paham. Emang seharusnya Jujutsu lebih menambah personil untuk inti mereka. Sepertinya Yaga-sama tak terlalu peduli tentang masalah keamanan.
"Thanks,"Akaashi memperbaiki jasnya, aku menjulurkan tangan hendak memberikan kembali senjat-
DAP!
"Lah, mati lampu? Yaga-sama lupa bayar listrik, Fushiguro?"
"Sayangnya tidak, Konoha-san, kami mempunyai generator yang otomatis menyala saat mati-"Megumi tersentak, baru menyadari ada yang salah kembali menoleh ke sekitarnya.
Akaashi menghela napas, mengambil handphonenya, hendak menyalakan torch sebelum Megumi menahan tangannya.
"Jangan dinyalakan."
"Eh?"
"Aduh-aduh-aduh..,"Konoha tertawa dengan nada pelan, langsung bisa menebak tepat hal yang tengah terjadi,"Sepertinya memang tak ada misi yang benar-benar selamat sentosa yah?"
"Tapi sepertinya mereka kurang beruntung."Akaashi memperbaiki dasinya, "Master bayangan andalan Jujutsu, Fushiguro Megumi sedang bersama kita."
"Hahaha..,"Megumi tertawa formal. "Ikuti arahanku. Tugasku adalah mengantarkan kalian selamat. Aku yang memimpin, Konoha-san, Akaashi-san cover dari belakang. Jangan menembakkan apapun jika kita tidak diserang."
"Ha'ik, ha'ik."Konoha menarik senjata laras pendeknya. Terlihat begitu santai di saat genting seperti ini.
"Ah, iya."Akaashi menyadari pergerakan Konoha yang menarik senjatanya ikut berinisiatif melakukan hal yang sama. Menoleh ke samping kanannya. "San, tolong pistol...,"
Sebuah mimpi buruk tersendiri saat lelaki dengan benik iris aquamarine menyadari bahwa tak ada siapapun di samping kanannya.
",..ku..?"
≪•◦ ❈ ◦•≫
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro