Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[Mafia AU! 3]

≪•◦ ❈ ◦•≫

"Tumben kau memakai kupluk?"


Aku nyengir menoleh, "Itu- salah potong."


Lulu mengangkat alis, "Salah potong? Kenapa harus malu, dilepas aja!"


"Modelnya aneh!"


"Coba sini aku buka dulu!"


"Gamau aih!"


Aku tertawa, mendorong tubuh Lulu mundur agar tidak merusak nirmanaku.


Kami sekarang berada di studio salah satu gedung arsitektur, menyelesaikan tugas nirmana seperti biasa. Aku sudah berjanji dengan beberapa teman untuk menyelesaikan tugas mingguan ini bersama. Lebih menyenangkan mengerjakan tugas disini daripada di gedung utama yang pastinya diganggu jamet-jamet macam Terushima, Noya dan lain-lain. Ada sekitar lima-enam orang yang join, rencananya mau begadang sekalian disini, mungkin.


Nobara tidak ikut, ia absen dari kemarin. Aku yakin karna ia sedang menjalankan misi entah apa itu. Toh aku juga tidak peduli apapun yang gadis itu lakukan asal saja tidak membawa-bawa namaku.


"Oiya, (Name), kemarin temen satu sekbidku nanyain kamu sih."May, teman sekelasku yang lain menepuk pundakku, anak BEM, kebayang bagaimana ia bisa mengatur waktu untuk tugas kuliah yang sudah seabrek dengan kewajiban mengurus sistematika organisasi kampus. Mampus gak tuh.


"Nanyain?"Aku mengangkat alis, menghentikan kegiatan memotong karton. "Aku gapunya utang sama anak BEM lho."


"Gak tau, kayaknya naksir, mungkin? Tapi sudah kubilang, pawangmu banyak banget."May sekalian mengejek. Merapikan cetak biru miliknya.


Pawang banyak itu ejekan. Bukan karna teman cowokku banyak. Tapi Sugawara yang sering sekali mampir kesini, kadang Shirabu juga, terus Kageyama juga. Meski disini yang mereka tahu, Sugawara adalah kakak sepupu, Shirabu adalah temanku, dan Kageyama adalah adik kelasku saat di SMA.


Manipulasi fakta, biasa.


"Bilang aja, (Name) itu matre, berantakan, trus suka pamer, suka ngambek, suka melamun."Aku terkekeh. Tidak peduli dengan informasi itu. Toh paling nanti urusannya ribet klo berhubungan dengan pacaran. Ujung-ujungnya kena sidang Kitashin.


May tertawa pelan, akhirnya mengambil air putih lantas duduk meminumnya. Sebelum akhirnya dia buru-buru berlari ke arah pintu keluar akibat seseorang bilang ada yang mencarinya di luar.


"Modelmu padahal bagus lho."


"Ha?"Aku menoleh, saat melihat teman laknat sudah mengambil kupluk dan memandangi rambutku. "Eh jabingan, kembalikan!"


"ITU BAGUS! POTONG DIMANA!"


"KEMBALIKAN!"


"Bilang dulu potong dimana, kok bagus banget!"


Aku mengacak rambut, setengah kaku berusaha menutupi telingaku yang luka, "Aku potong sendiri!"


Tapi boong


"Telingamu luka juga?"Lulu melongok, penasaran dengan kenapa telingaku diperban.


"Kena gunting, jadi potongannya aneh gini, ini belum selesai!"


"Astaga tuhan, ini bagus banget, tambah cakep!"


Aku buru-buru menarik kupluk yang sengaja di angkat tinggi-tinggi. "Potongan asal anjir, jangan dipuji nanti hidungku tambah lebar."


"Gapapa sih, colokan listriknya kurang satu."


"kamvret."


Belum sempat aku berhasil menaboknya, May datang, menepuk bahuku, membuatku mengurungkan niat menoleh.


"Kenapa?"


"Ada yang pengen ketemu."


"Waktuku mahal."


"Songong bet lu anjir, untung temen kalo engga udah saya slepet lambenya pake wadimor."


"Santay!!"Aku tertawa. Buru-buru mengikuti May yang sudah berjalan terlebih dahulu, bahkan belum sempat melepas kuas buat lem. Berlari mengikuti May keluar dari Studio.


"Ini (Name)!"


"Ah sankyu May."


"Aku pergi dulu ya, nirmananya belum selesai."


"Eh kampret, emang aku udah selesai?"Aku melotot, belum melihat siapa lawan bicara, sibuk merapikan jaket.


"Tinggal ngobrol sebentar lah."


"Iya kok cuman sebentar,"Bariton khas laki-laki usia dua puluh tahunan terdengar dengan nada ramah. Aku melirik sekilas. Dua laki-laki, satu dengan kemeja putih dengan sweater krem, satu lagi memakai kaus hitam dengan jaket abu-abu.Rambutnya cukup aneh, dwiwarna dan blonde jabrik.


"Todoroki Shoto, anak Agribisnis, ini Bakugo Katsuki, Teknik Elektro."Tersenyum cukup ramah, lelaki dengan surai merah putih itu menjulurkan tangan, akumenjabatnya cepat dan mengangguk ke arah lelaki blonde itu.


"Duluan ya, enjoy your time, dude!"May sialan malah ngacir masuk, meninggalkan kami bertiga di depan pintu.


"Ada apa?"Aku menggaruk pipi, sedikit merasa kaku.


"Oh, maaf-maaf,"Todoroki ikut mengangkat tangan, "Jadi, aku perwakilan dari PJ acara untuk festival kampus minggu depan, kami kekurangan personil untuk mengisi coffe break di tengah-tengah festival, kemarin May mengajukan dirimu karna kau bisa main gitar. Jadi bagai-"


"Engga dulu."


"-mana?-wait, apa?"Todoroki memicingkan mata, berusaha meyakinkan yang baru saja ia dengar.


"Engga dulu,"Aku mengangkat kedua tangan, menolak tanpa basa-basi, "May salah, aku tidak bisa main gitar."


"Tapi kau mewakili kelasmu di acara semesteran kemarin?"


"Itu tahun pertama, sekarang aku nyaris tak pernah memegang gitar lagi."Aku menghela napas, berkacak pinggang.


"Kan masih bisa latihan."Laki-laki blonde menyahutnya ketus.


"Kenapa tidak mencari dari Prodi Musik? Daripada repot-repot nyari anak arsi, mending cari yang sudah terlatih."Aku melambaikan tangan. Enggan berdebat lebih panjang.


"Nope, jika kami mengambil prodi musik maka feelnya akan berbeda karna mereka sudah terlatih."


"Memilihku sama saja menghancurkan nama baik kampus, mas."


"Kau menang di acara semesteran kemarin."


"Itu namanya hoki."


"Aduh, oke-oke,"Todoroki mengangguk-angguk paham. Lantas mengambil hape dari saku celananya, "Tapi sebelumnya bagaimana dengan nomor HP? Jika kau tertarik kau bisa langsung menghubungi kami."


"Permisi, aku sudah bilang tidak."


"Tidak apa-apa, anggap saja mutualan baru."Lelaki itu menjulurkan handphonenya, tertera deretan angka untuk mengisi kontak baru. Aku menghela napas, berdecak heran, mengambil cepat handphone keluaran terbaru tersebut. Jariku cepat mengetikkan nominal angka disana.


"Kau pilih saja yang lain, aku tidak tertarik."Aku menyerahkan kembali handphonenya ke pemilik, Todoroki mengambil ujung hapernya, agak sedikit aneh sih. melambaikan tangan dan berbalik, "Aku masuk dulu."


"Terimakasih atas waktunya! Jangan lupa dipertimbangkan lagi!"


"Itu sudah keputusan final!"Aku berseru sedikit ketus, sebelum kembali menutup pintu, meninggalkan dua orang itu.


Lorong tersebut sedikit hening, sebelum akhirnya Todoroki Shouto kembali angkat bicara, dengan suara pelan, memasukkan handphonenya hati-hati ke dalam saku.


"Bagaimana?"


"Sejauh ini cocok, tinggal nunggu hasil sidik jarinya saja."


≪•◦ ❈ ◦•≫

"Melepaskannya begitu saja?"Monoma berseru, "Luka-luka ini harusnya dibayar dengan nyawa! Kau sendiri yang bilang kalau HiQu akan menjadi target pemusnahan yang pertama!"


"Tidak semuanya berjalan sesuai apa yang kita mau."Hawks mengetukkan jari di atas meja."Seperti kataku, dibandingkan membunuh langsung, aku lebih suka meneror mereka."


"Aku sudah mengumpulkan banyak target yang bisa dipakai untuk meruntuhkan pondasi HiQu."Yaoyorozu angkat bicara, sebagai sekretaris langsung. Meletakkan dokumen di atas meja panjang, lantas kembali memutar slide hologram.


"HiQu memiliki 10 divisi utama yang menjadi kaki tangan langsung Ukkai sialan itu."Hawks mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. "Target adalah yang berpotensi meruntuhkan langsung pondasi kekuatan mereka."


"Shimizu Kyoko, tangan kanan langsung Ukkai Ikkei. Posisinya sama sepertiku sekarang. Tapi sayang dia selalu berada di gedung utama, itu akan menjadi kesulitan tersendiri jika ia menjadi target. Sayang disayangkan mengingat Shimizu Kyoko sama sekali bukan pemegang senjata."


Wajah cantik nan ayu itu terpampang, diikuti dengan biodata lengkap.


"Kenapa tidak mengincar ketua-ketua divisinya saja?"Mirio berseru, "Bukankah lebih seru?"


"Mereka punya keunggulan tersendiri. Itu akan susah jika harus menghancurkan satu-satu mengingat mereka dipilih karna kekuatan unggulnya masing-masing."


Hawks berdiri, "Aku menargetkan Kita Shinsuke, tapi sayangnya sejak ia vakum, sepertinya lelaki itu tak pernah meninggalkan gedung utama padahal menurut informasi, Kita Shinsuke adalah otak dari seluruh pergerakan HiQu."


"Aku juga menargetkan Kembar Miya, Kageyama Tobio, Sakusa Kiyoomi, Akaashi Keiji, tapi mereka susah untuk ditangani."Hawks berkacak pinggang, menyeringai, "Sampai pada kemarin target sendiri yang menunjukkan identitas dirinya."


Layar hologram kembali menunjukkan sosok perempuan muda dengan topeng rubah. Identitas hanya nama, sisanya kosong, tak ada keterangan lahir, data keluarga. Benar-benar kosong.


"Ada beberapa yang memang disembunyikan identitasnya seperti Sanna Avicenna, Sugawara Koushi, Kageyama Tobio, dan beberapa lainnya. Aku menargetkan dia tapi sepertinya percuma karna datanya sama sekali tak lengkap bahkan kita tak tahu identitas asli nya."


"Tapi!"Menggebrak meja, membuat seluruh atensi kembali fokus. "Negosiasi kemarin gagal mendapatkan kepala anak-anak rubah tapi kita berhasil mendapatkan identitas Sanna Avicenna."


"Identitas? Identitas detail? Nama aslinya?"Aizawa Shota bertanya malas, "Wah hebat sekali."


"Ada beberapa hal yang kemarin kita temukan,"Yaoyorozu menengahi, "Irisnya berwarna turqoise, rambutnya biru. Tahi lalat di bawah mata kanan."


"Itu ciri-ciri umum, mantanku yang berambut biru aja ada tujuh,"Kaminari berseru heran.


"Mungkin itu mantanmu."


"Mantanku bukan cewek yang kayak gitu. Jago ngomong engga, jago drama iya."


"Darimana kau tahu rambutnya biru? Sepertinya kemarin warnanya cokelat?"Mengangkat alis heran, Kendo mengangkat tangan.


"Aku mencium bau cat rambut non permanen di rambutnya."Hawks mengetukkan jari di meja. "Karna itu aku menyalakan sprinkler. Tidak terlalu jelas warna biru apa tapi yang jelas itu biru."


"Todoroki, Bakugo, Jirou, kalian kuliah di universitas yang sama bukan?"


Jirou mengangkat wajahnya, mengangguk, "Beda jurusan."


"Todoroki, kau anak BEM?"


Sosok berambut unik itu mengangguk, maskernya setengah terpakai. Duduk di sebelah kakaknya yang dengan santai meletakkan kaki di atas meja rapat sambil menyisir rambutnya kebelakang menggunakan jari-jari tangan. Sksksksksks gans banget anjir.


"Kau tau bungkus ini?"


Tak perlu waktu lama untuk mencernanya, Todoroki mengangguk cepat, "Itu program divisi Danus untuk festival sekolah besok."


"Ini jatuh dari kantung salah satu dari mereka."Hawks tanpa babibu langsung menjelaskan


"Suna Rintarou, Miya Atsumu, Miya Osamu, statusnya tidak kuliah. Jadi yang memiliki kemungkinan besar belajar di kampus yang sama denganmu adalah Sanna-"


"Dari Arsitektur."


Semua mata mengarah ke Shigaraki Tomura yang seperti biasa berwajah kusut.


"Oh. Kukira bagian informasi atau apalah yang mendukung kemampuan negosiasinya."


"Begitu masuk ruangan, pandangannya jatuh ke arah desain dalam ruangannya. Terlebih kau baru saja selesai memperbarui ruangan tersebut bukan? Tak banyak yang tertarik dengan apa yang ada di dalam ruangan, kau tahu? Gerak-geriknya terlihat antusias mengamati bagian estetika ruangan."


Tapi lantas Shigaraki sebagai jejeran utama mengangkat bahu, memilih menggaruk lehernya, melengos tidak peduli, "Tapi itu hanya analisis, jangan terlalu dipedulikan."


"Kuserahkan tugas itu kepada kalian."Hawks mengangguk lantas menoleh bergantian ke arah Bakugo, Jirou dan Todoroki.


"Apa yang harus dilakukan?"Bakugo mengangkat dagu, lelaki berumur 21 tahun itu melirik tak ramah seperti biasa.


"Ambil sidik jarinya."Yaoyorozu memutus, "Jika valid dengan sampel yang kami punya, maka-"


"Tangkap dia dan bawa kesini agar aku bisa membunuhnya sendiri lantas mengirim rekamannya ke Ukkai. Kalau tidak bisa, bunuh saja langsung di tempat."


Seringai pria berambut blonde itu bertambah lebar. Tangannya terangkat, menjentikkan jari penuh ambisi akan kekuasaan dan balas dendam.


"Laksanakan."


"SIAP!"


≪•◦ ❈ ◦•≫

[Unknown]

Permisi

Sv, Todoroki dri BEM


Aku mengangkat satu alis. Mendapati notif pesan dari nomor tak dikenal.


"Ini gak mau dirapiin lagi?"


Aku menoleh, mendapati Mai Nametsu yang tengah mengambil sisir dan gunting. Sepertinya gatal ingin merapikan rambutku yang udah aneh bentukannya.


"Engga usah deh."Aku menggeleng, "Kata temenku bagus."


"Kurapiin sedikit lagi aja, ini masih ada yang keluar dari haknya!"


Aku tertawa pelan, lantas duduk sila di lantai sementara Mai duduk di kasur.


[BluQua]

Done.


"Kemarin, kau dan Futakuchi kemana? Kuroo-san nanyain."Aku mendongak, melihat muka Mai.


"Beli perlengkapan, disuruh Shimizu."Mai mengangkat bahu, "Lagipula besok aku mau ke Argentina."


"Hah ngapain?"


"Menyusul Oikawa-san, Ukkai-sama menyuruhku untuk menyampaikan pesan tertulis."


Belum sempat aku membalas Mai, ponselku berdenting lagi.


[Unknown]

Jadi gimana?

Ttg penawaran yang tadi?


Oh anjir,lupa kusave, aku menghembuskan napas kesal. Malas ngesave anak orang membuatku langsung menjawabnya saja.


[BluQua]

Engga dulu

[Unknown]

Seriously?


[BluQua]

More than serious. Pls don't bother me again.

[Unknown]

Bagaimana kalau menjadi cadangan?


[BluQua]

Kalau ada pilihan kedua, kenapa harus aku?


Anda memblokir kontak ini


"Napa diblokir?"

"Meresahkan."

≪•◦ ❈ ◦•≫


"Cih, padahal ini sudah versi yang lebih baik daripada typing batu Todoroki."Kirishima berdecih. "Baperan sekali langsung diblokir."


"Sepertinya bukan baperan deh,"Mina melongok, "Ia waspada. Mungkin instingnya sudah menunjukkan ada yang salah."


"Mungkin saja,"Jirou yang sedang sandaran di kursi itu dengan laptop dipangkuannya bergumam, "Ini bukan nomor aslinya, hanya ada kontak teman-teman kuliah, tidak ada yang mencurigakan."Menunjukkan layar laptop.


"Jujur aku rasa kita salah target, bahkan ia ada percakapan dengan orangtuanya. Dengan sepupu-sepupunya, dengan kakeknya."


"Lah."


"Lah?"


"Tidak, itu orang yang tepat."


Midoriya berjalan ke arah teman-temannya tengah berkumpul.


"Sidik jari yang ada di handphone Todoroki cocok dengan apa yang ada di bungkus permennya."Midoriya menaruh dokumen tersebut, "Sekarang tinggal langkah penyelesaian saja."


Menatap Bakugo yang sibuk membersihkan belati-belatinya, lelaki sangar itu melirik ke arah teman-teman yang menunggu responnya.


"Seminggu ini, akan kita bereskan."


≪•◦ ❈ ◦•≫

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro