[Mafia AU! 11 : END ]
"Berlagak seperti pahlawan kesiangan ya? Kuroo Tetsuro?"
"Aku hanya ingin terlihat keren dibawah juniorku."Kuroo tertawa, terlihat begitu santai.
Aku mengernyit berusaha melihat dari kepul debu yang memenuhi ruangan ini, sebelum akhirnya membeku melihat siapa yang datang.
"Tapi sungguh, aku merasa terhormat bisa didatangi langsung oleh tiga orang Level Satu."Hawks menyeringai senang.
"Aduh berarti sekarang waktunya untuk meminta tandatanganku,"Lelaki dengan surai cokelat yang berjalan di sebelah kanan Kuroo merentangkan tangan, sarung pedangnya terlihat begitu mencolok. Gelar Grand King bukanlah gelar biasa, luka hebat di matanya membuktikan bahwa lelaki itu menempuh banyak hal untuk meraih semua yang ia capai sekarang.
Oikawa Tooru, ketua dari divisi Aoba Johsai. Orang yang sudah mengalami pahit-manisnya kehidupan di usia yang masih teramat muda. Berkatnya Divisi Aoba Johsai berhasil menempati posisi lima terbaik. Bahkan Ukai memberinya amanat tertinggi yakni memegang seluruh industri yang berada di Argentina.
"Oi, Sanna, kau bisa berdiri tidak??"
Aku mengangguk patah-patah, sebelum akhirnya memaksa berdiri dan berlari ke arah Bokuto yang melambaikan tangan. Tak ada yang bisa mencegah. Mencari resiko jika mereka melawan disaat-saat seperti ini. Terlebih dua tangan Bokuto sudah memegang senjata.
"Kukira kau masih di Argentina."Aku meringis melihat Oikawa yang justru bersikap seperti tengah bedah rumah
"Aku pulang tadi pagi sudah diseret si Kuroo kesini. Lihat, bau bajuku bahkan masih bau pesawat."Oikawa menarik pedangnya, menatap situasi depannya yang sudah begitu memanas. Terlebih dengan rekan-rekan dari Rakuzan yang ikut mengangkat senjatanya. Pertempuran siap pecah kapanpun.
"Aku tak peduli dengan masalah pribadimu, kawan. Tapi kurasa dengan mengambil paksa salah satu juniorku, wah, kau sudah melewati batas."Kuroo merentangkan tangan, pura-pura pusing. Berlagak sekali.
"Oh ya? Padahal aku hanya sedang menyelamatkan seseorang dari sebuah perang saudara bukan?"Tak takut dengan nada suara Kuroo, Hawks justru tertawa.
Lantas lelaki tersebut melanjutkan kalimatnya dengan nada yang teramat angkuh, "Kau kira aku tak tau? Alasanmu tidak memberontak bersamaku adalah untuk mencegah perang saudara bukan?"
"Benar juga ya, akan merepotkan jika terjadi perang saudara antara kubu Kuroo dan Kita."Akashi nimbrung. Bergumam pelan. "Tapi tidak apa-apa, aku menyukainya. AKu suka keributan."
"Apakah kau tak bisa menemukan titik terang dari semua ini, Kuroo? Selesaikan, aku tidak paham apa yang kalian omongkan,"Bokuto mengangkat alis, "Tujuanmu hanya untuk menyelamatkan Sanna kan?"
"Tidak juga sih."
"Heh."Aku melotot.
"Kebetulan doang San, santai dong."Kuroo tertawa, "Aku akan menyelesaikan masalah dengan Ultra dan Rakuzan sampai tuntas sesuai amanat Ukkai Ikkei tersayang."
"Tersayang ga tuh?"Oikawa.
"Intinya tetap kiyowoo."Kuroo
"APASIH AWOKWOKWOKWOK."Bokuto receh.
Gada yang bisa diharapkan sih. Gelar level satu itu hanya mitos, isinya anak-anak yang gak jelas macam ini.
"Damai."Kuroo berhenti tertawa lantas kembali menatap datar lelaki blonde tersebut. "Urusi kehidupan sendiri dan berhenti mengusik grup lain."
"Setuju."Hawks mengangguk ringan. "Tapi dengan syarat, kembalikan apa yang aku punya."
"Maksudmu dia?"Oikawa menunjuk ke arahku. "Oh tidak mungkin."
"Simpelnya gitu sih. Beri dia. Maka kutandatangani perjanjian kerjasama antara dua-"
"Tiga grup."Akashi mengangkat satu jarinya.
"Nah tiga."Hawks menaikkan satu jarinya, "Menjalin kerjasama atau perang."
"Aduh-aduh-aduh, kadang aku bingung kenapa di posisi kalian yang sudah cukup tinggi malah bersikap kekanak-kanakan seperti itu."Kuroo tertawa.
Tapi lantas Kuroo menarik lenganku cepat, menepuk bahuku.
"Tapi karna dia yang paling dilibatkan, semua keputusan berada ditangannya."
Oalah janc0, main lempar tanggung jawab, aku reflek menggeleng cepat menolak perintah Kuroo.
"Santai saja kawan, kalau kau berkehendak perang, gass."Bokuto tertawa ikut menyemangati.
"Bagaimana Sanna? Ikut kakakmu atau kita saling bunuh disini."
Aku menelan ludah. Menggeleng cepat, kembali menatap Kuroo yang justru nyengir dengan wajah tanpa dosa.
"Aku takkan protes apapun keputusanmu."Oikawa mengangkat bahu, "Toh dilihat dari sudut pandang manapun, ini semua merugikanmu. Perang ya ayok, damai ya silahkan. Yang penting dana skincareku tetep ngalir."
"Katakan sekarang."Hawks berkata sedikit keras, terlihat sudah kesal.
Aku menarik napas panjang, menatap ke depan, berusaha meyakinkan kalau ini adalah keputusan terbaik untuk semuanya.
"Aku setuju."
Hawks mengangkat alis, sebelum akhirnya tertawa, "Ah bagus, kau benar-benar mengambil keputusan yang tep-"
"Tapi dengan beberapa syarat."
The End.
*
Ini adalah Open Ending jadi tentukan jawabanmu sendiri!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro