Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[Mafia AU! 1]


"Sanna is primarily a female name of Scandinavian origin that means Lily Flower."

≪•◦ ❈ ◦•≫

"Tawaran kami simpel bukan, tuan-tuan?"Suara khas dengan tone perempuan yang cukup terdengar riang itu mengalun memenuhi ruangan ber AC. Semerbak dingin berhembus kencang tapi jangan salahkan AC nya, suasana terlampau tegang mengingat apa yang tengah diperbincangkan amatlah serius bahkan sampai menghiraukan bising-bising kendaraan malam di luar gedung pencakar langit itu.

Ada dua sofa dalam ruangan berukuran 4x4 meter itu. Diantara sofa mahal itu terdapat meja panjang yang membatasi keduanya. Teko antik yang berasal dari daerah pengrajin di China berisi teh rosetta, lengkap dengan cangkir-cangkir nya yang masih penuh dan mengepul panas.


"Sejak 2010, tepatnya setelah kebocoran minyak Deepwater Horizon, 134 juta galon yang tumpah membuat efek samping bahkan sampai sekarang. Terkhususny spesies laut. Salah satu perusahaan diving dari pihak Merrieque mengalami kejatuhan saham sampai berada di zona merah dengan depresiasi 0,17% ke level sekitar 6.010,501. Dari informasi yang kami peroleh, dengan jumlah peminat yang semakin berkurang nyaris minus 20 persen setiap tahunnya. Bukankah sudah seharusnya bapak mengambil opsi yang lebih menguntungkan?"

Pria paruh baya itu menghembuskan rokoknya, asap mengepul, "Kenapa Ukai tiba-tiba tertarik dengan pantai berminyak seperti itu?"

"Sederhananya, karna kami bisa mengembangkan investasi keuntungannya sampai angka persentase 206,705 %."Berkata mantap. "Kami mengambil posisi, kami mengambil kesempatan. Bukankah seharusnya pihak bapak juga begitu? Anda sekalian tengah mengambil kesempatan membangun bandara negara bukan? Kudengar, persiapannya belum mencapai angka lima puluh. Bukankah itu gawat? Saingan anda berasal dari proyek terpercaya yang membangun interior gedung pencakar langit megah 360 meter di Missisipi. Apalagi proyek bandara ini masuk ke proyek infrastruktur negara seluas nyaris mencapai 600 hektare. Bukankah anda seharusnya bisa melihat peluang dari tawaran kami."

Ruangan hening.

"Gadis kecil, kau seharusnya belajar terlebih dahulu. PSN bandara sekitar empat ratus hektare."Terkekeh. tertawa terbahak-bahak. Pria botak itu lantas berdiri. "Kau cerdas. Bicaramu luwes. Tapi sayang, kau harus banyak belajar untuk bisa menipu orang sekelas pemimpin Merrieque"

Tangan kanan lelaki itu gesit mengambil senjata api keluaran israel, desert eagle. Mengarahkannya dengan cepat ke arah kepalaku.

Atsumu di belakang kiriku reflek menarik senjata api, begitu pula Suna, tangannya berkilat menarik katananya, teracung cepat mengarahkan sisi tajamnya ke arah lelaki tua itu. Begitu pula orang-orang berjas di sekitar kami. Semuanya sontak mengarahkan senjatanya ke arah kami. Pertumpahan darah siap terjadi kapan pun.


"Calm down, mister, tapi aku tak berniat menipu siapapun."Aku mengangkat tangan, "Konferensi pers terkait Bandara Internasional sedang dilangsungkan. Sebaiknya anda menonton. Investor tak bisa kehilangan berita satupun bukan?"


Mengangkat layar tab, screen menunjukkan sebuah laman situs berita populer degan headline besar. Tersenyum licik.

Rencana Perluasan Daerah Kontruksi Bandara hingga Enam Ratus Hektare

"Anda bisa menghubungi Ukai-san untuk kelanjutan diskusi menyenangkan hari ini. tapi jika anda segan dengan Pemimpin Ukai, anda bisa menghubungiku."Aku menaruh kartu namaku di meja, memajukannya. Atsumu menurunkan revolvernya, Suna kembali menyarungkan katananya. Pria-pria berjas itu juga menurunkan senjata mereka ketika melihat pemimpin tua itu menurunkan senjata, terkesiap dengan headline berita yang baru kutunjukkan.


"Saya, codename Sanna, dengan senang hati selalu menunggu hasil keputusan bapak. Saya rasa, anda sekalian tahu apa yang seharusnya dilakukan."


≪•◦ ❈ ◦•≫

"Tanganmu kenapa?"

"Temannya Kak Suga tidak sengaja menjatuhkan setrika panas dari atas lemari, terus aku reflek menangkap setrikanya."

"Ih kampret, kan masih panas!?"

Aku mengendikkan bahu, "Ya begitulah, namanya juga reflek."

"Dasar teledor."Nobara memutar mata. Tidak memedulikan teman-temannya yang lain yang berseru-seru cemas.

"Diam kau."Aku menggerutu, berjalan mendekat ke cewe itu, mengabaikan teman-teman lain yang masih sibuk mengobrol. "Oh Kugisaki, temani aku ke Studio Perancangan dong. Mau konsul ke Pak Jaya, udah nemu konsep buat tugas Maket bulan ini."

"Ogah,"Nobara mengedikkan pundak, "Sendiri aja bisa kan bego, aku udah janji sama Itadori."

"Bo'ong, anak teknik lagi praktik."

"Cih. Yaudah aku sudah janjian ama Fushiguro."

"Fushiguro lagi dapat job, gausah bohong."

"Dahlah buruan sia! Kesel lama-lama sama lu!"

Aku menggaet lengan Nobara cepat, mengajak gadis materialis itu pergi dari daerah kantin fakultas.

"Eh (Name)! mau kemana?"

"Studio!"

"Nitip salam kalau ketemu Todoroki ya!"

"Lho dia dari jurusan Arsitektur,"Aku mengangkat alis, tak paham siapa Todoroki yang dimaksud teman-temanku itu.

"Bukan dia dari jurusan hatinya akuu, CIAAA HASEMELEH HASEMELEH!"

"AHAHAHAHAHAHAHA."Suara gelak tawa memenuhi sudut kantin, membuatku hanya berdecak tak percaya kemudian izin pamit dan lanjut berjalan.


"Kena apa lagi tanganmu?"Nobara bertanya datar saat kita menjauh dari yang lain.

"Amunisi Beretta-92, untung aja ga sampe lengan."Aku mengangkat bahu, "Bapak Merrique menyebalkan, sudah tahu kalah telak di negosiasi, masih aja berusaha membunuh kita."

"Berapa orang?"

"Biasa, cuman kali ini Akagi-san yang bantu pelarian. Osamu-san lagi ditugaskan ke tempat lain."

"Pasti kau doang yang terluka."

"Gausah ngejek apa-apa."Aku melirik kesal, tak suka melihat Nobara justru ngakak kencang.

"Lemah ya anjir, masih gabisa pake senjata? Jujur kalau gada kemampuan ngebacot pasti kau sudah ditendang keluar ama Ukai dari dulu. Kita Shinsuke sabar banget punya anak buah gak guna modelan kamu."

"Udah bisa ya monyet. Cuman butuh pengalaman doang."Aku menggerutu, "Lagian divisiku masuk ke Big Three terbaik di organisasi gara-gara aku. Kau yang beban kali, masih ngegelayut ke Itadori ama Fushiguro."

"Enak aja, kemarin misi ke Afrika, yang ngalahin Big Bossnya aku ye."

"Dibunuh?"

"Kaga, dibakar sekalian, males banget angkut-angkut mayat laki-laki tua jelek bangka itu. Bau busuk."Nobara memutar mata, "Kau bukan mau ke Studio kan?"

Aku menggeleng, "Kak Suga ngajak ketemu. Aku pulang jam tiga tadi pagi, terus abis kuobatin manualn seadanya abis itu langsung berangkat, matkul pertama jam pagi."

"Oh jadi ceritanya aku jadi tumbal nih?"

"Kalo sendirian nanti diomelin habis-habisan lah,kalo ada temannya biasanya Kak Suga jadi agak baek."

"Yah harusnya kau ajak Mawar atau Melati disana, gausah ngajak aku, udah tau pawang-pawang HiQu rada sensian ama anak-anak Jujutsu."Nobara menggerutu.

"Makanya beritahu Suguru-san dan Gojou-san jangan sering adu bacot ama nyari masalah ke Kak Tanaka dan kawan-kawan."

Nobara memutar mata, "Mungkin kalau bukan karna kerjasama Ukai dengan Yaga, aku sudah menembakmu dengan Alfa Combat sekarang."

Aku mengangkat bahu, "Lakukan sesukamu, aku takkan mati semudah itu."

"Oh ya, San- I mean, (Name), calm bestie, aku tau itu nama terlarang."Nobara mengangkat tangan begitu melihatku melotot saat ia hendak menyebutku dengan codename, "Di gedung, kami terbiasa menyebutmu dengan CN itu jadinya kebawa."

"Asal kau tidak keceplosan di depan yang lain, tidak masalah."Aku menghela napas, "Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Kau tau itu? Kelompok Nezu? Apa nama organisasinya? Ultra? Intinya lagi drama banget."Nobara bergidig.

"Iya, aku tau, yang kebakaran hebat di wilayah barat Kalimantan Utara itu kan? dalihnya tawuran remaja, tapi menurut informan, ada pergantian kekuasaan. Pemberontakan dari Golden Age, nyaris jejeran tetua lama mati, hampir semua jabatan diganti. Tapi itu kan sudah biasa."Aku mengangkat bahu, "Yang repot paling harus menyusun ulang kerjasamanya."

"Ambisi ketua barunya mengerikan."Nobara mengusap lehernya, "Kemarin para senpai-senpai membicarakan terkait itu. Ultimatumnya jelas, siapapun yang terlibat dalam masalah intinya dulu, akan dimusnahkan. Pertanyaannya, kita semua mana tau masa lalu ketua barunya kan? Jadi belum tau posisi Ultra CO itu lawan atau kawan sekarang. Dan aku malas perang."

"Itu benar,"Aku terkekeh, "Menghindari perang, selalu memilih gencatan senjata. Itu jalan terbaik."

"Dan ngebacot."

"Yeah, speaking debate adalah jalan ninjaku."Aku terkekeh pelan. "Keseimbangan shadow economy terganggu dengan adanya pemberontakan itu pastinya. Balance time, baby."

"Setidaknya, jika mereka ingin memulai perang, mereka harus menghadapi orang-orang yang memihak orde lama."

"Emang siapa sih ketua barunya? Kami jarang menghadapi masalah dengan Ultra, bahkan kurasa kelompok itu termasuk kelompok yang tenang."

"Masalah internalnya pasti ribet."Nobara mengangkat bahu, "Semoga aja ketua yang baru gak rese, males banget ngurusin perang."

"Aku ga pernah join kalau lagi ada war sih, mesti disuruh ngungsi."Aku bergumam pelan, "Kesel banget, padahal kan enak gitu nonton dari kejauhan."

"Masalahnya tuh, kalau ada orang yang harus dibunuh dari Kelompok HiQu selain Ukai, maka semuanya akan mengincar si Sanna, cewe sialan yang udah bikin bangkrut berapa perusahaan gara-gara hoax dibungkus kalimat intelektual dari mulut bacotnya."

"Salah mereka sendiri ngapain langsung percaya."Aku mengangkat bahu, "Tingkat keberhasilanku memang kemarin dihitung mencapai angka persentase 84,32 % tapi persentase dibunuh pas sedang negosiasi malah mencapai angka 176,04%."

"Nah, karna itu kau tak boleh memegang senjata bukan? Agar tak ada yang memperkirakan bahwa si perempuan yang kabarnya tak dapat terkalahkan negosiasinya itu ternyata payah sekali dalam memegang senjata. Dan pertanyaanku, kenapa kau masih kuliah sampe sekarang bego?"

"Karna kalau di markas otomatis tugasnya lebih banyak."Aku mengangkat bahu, "Hidup normal itu mengasyikkan."

"Ya di kelas kau juga mesti nyiapin berbagai macam ha, berbagai persiapan tugas akhir dan lain-lain. Yah aku paham pasti kau menyewa orang untuk mengerjakan tugas-tugasmu dengan segala kesibukan kau itu."Nobara terkekeh.

"Kau kira aku melakukan hal itu?"Aku mengangkat alis, "Seriously, kau mengira aku membayar orang untuk mengerjakan tugasku? Semua tugas dari Dosen, dari asdos, aku mengerjakan sendiri."

"Di sela kegiatanmu yang sibuk itu?"

Aku tersenyum tipis, "Dibolehin kuliah saja sudah senang, mana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan langka ini."

"Dasar bodoh, kau masih aja berambisi dengan taruhan Kita Shinsuke,"Nobara terkekeh, "Padahal aku saja malas kuliah, kalau bukan karna paksaan Gojou sialan itu, pasti aku takkan ada di fakultas ini sekarang. Berarti kau sudah ada ide buat desain maketnya?"

"Sudah dong,"Aku tertawa, "Aku jamin Pak Jaya takkan komplain apa-apa tentang desain ini."

"Selamat dari Pak Jaya tapi semoga kau selamat dari Kak Suga,"Nobara menepuk punggungku, "Kugisaki Nobara out, sampai jumpa San!"

Belum juga aku menoleh gara-gara Nobara menepuk punggungku, gadis itu sudah lenyap, sepertinya loncat ke arah taman dan berlari kabur.

Aku kembali mengarahkan wajah ke depan.

Di dekat kursi taman, terparkir dua motor, dengan cowo tinggi berambut putih manis duduk di kursi taman dan satu cowo dengan poni miring berdiri tengah memainkan ponselnya.

"Oh she's coming."Shirabu melirik sekilas.

"Sorry,"Aku mengusap leher. Merasa canggung dengan tatapan intens Kak Suga. "Tadi matkul pertama jam tujuh, jadi harus berangkat pagi."

"Sini duduk."Suga tersenyum manis- tapi bagiku itu seperti tersenyum maut.

Shirabu menahan tawa. Nasib adik tingkatnya hari itu sedang sial ternyata.


≪•◦ ❈ ◦•≫


Organisasi kami- aku tak menyebutnya dengan sebutan seperti yang di forum menulis remaja- apa itu? Mafia? Aku tak suka dengan sebutan itu, kami hanya organisasi yang mengendalikan banyak perusahaan dari balik layar. Kami tidak asal membunuh, asal menikahi orang awam, asal menghambur-hamburkan duit, asal membantai, ataupun naik mobil hitam kemana-mana. Khas orang kaya.

Apa itu gen- Z? Zaman Milenial? Sudah basi, kami berpikiran dua langkah ke depan dan seluruh kinerja Organisasi didasari oleh dasar generasi terbaru. Generasi Alpha, dimana otak lebih dihargai daripada otot.

Lihat gedung-gedung pencakar langit, lihat orang-orang yang berjas hitam, berjalan angkuh dengan dagu terangkat. Merasa jadi seseorang yang benar-benar kaya di semesta ini. Gelar eksekutif perusahaan, anak-anaknya hedon menghambur-hamburkan duit. Beberapa teledor bermain api merasa bahwa dirinya berhak karna memiliki cuan. Tanpa tahu bahwa sebenarnya mereka hanyalah bidak catur kecil dari keseluruhan permainan.

Jangan pernah percaya apapun yang terhampar di media elektronik. Karna itu semua hanyalah rancangan, hanyala pengalihan isu dari seluruh konspirasi dunia yang sedang berputar. Kami memprediksinya, kami yang mengaturnya. Dunia bawah ekonomi dunia bahkan lebih gelap dari yang bisa kalian bayangkan.

Menjual minuman keras? Mengedarkan narkotika? Menjual organ-organ? Menyeludupkan senjata tajam? Itu bukan kami. Kami bukan preman pasaran yang dikit-dikit membunuh, dikit-dikit angkat senjata. Kerja kami jauh lebih rapi, jauh lebih tertata, tidak lagi bermain di bawah pemerintah. Kami lah yang menguasai pemerintah.

Aku tak ingin menceritakan asal-usul Organisasi HiQu tapi menurut Kuroo, itu bahkan sudah terbentuk dari zaman VOC. Kuceritakan singkat dari kisah Ukai Ikkei- ketua organisasi sekarang, dulunya hanyalah seorang preman pasar biasa usia enam belas tahun, terlahir dari keluarga miskin. Dan tumbuh di jalanan. Ditarik ke dalam jejeran preman bayaran di HiQu zaman itu.

Simpelnya, Ukai berhasil menduduki top three dan masuk ke jejeran elit, bahkan sampai menjadi ketua divisi yang notabene adalah orang-orang berbakat di usia yang bahkan belum masuk seperempat abad.

Puncaknya, saat Ukai berusia dua puluh tahun, terjadi konflik hebat dengan kelompok Jujutsu. Mengakibatkan perang, nyaris seluruh jejeran eksekutif HiQu tewas, begitu pula dengan pihak seberang.

Gencatan senjata terjadi karna terlalu banyak korban, ditengahi oleh salah satu keluarga berkuasa. Ukai ditunjuk sebagai ketua baru, bersamaan dengan Yaga dari pihak Jujutsu. Dibuat perjanjian utuh yang menyatakan bahwa gencatan senjata sampai waktu yang tidak ditentukan.

Memulai generasi baru, disebut Golden Age, Ukai berhasil mengubah HiQu bahkan menjadi salah satu yang paling berpengaruh di dunia.

Aku berusia 21 tahun. salah satu yang benar-benar tumbuh di rumah Ukai dari sejak kecil. Bersama Kak Suga, makanya kami sering disebut kakak adik, karna sama-sama tumbuh besar di tempat yang sama.

Menurut keterangan Ukai, aku salah satu korban yang berhasil diselamatkan saat sedang kebakaran hebat karna keteledoran Ukai di salah satu perebutan wilayah daerah. Mengatasi rasa bersalah, akhirnya aku yang baru berumur setahun lebih dipungut deh. Tamat. 


"Dibilang kalau udah luka gausah berangkat, ngeyel banget jadi bocah, kukurung di gudang bawah lama-lama."

"Ouch, pelan-pelan!"Aku meringis, sedikit menarik telapak tangan yang tengah diobati oleh cowok rambut perak itu.

"Harusnya dijahit sih biar gak infeksi,"Shirabu bergumam. "Tapi masih mending cuman tergores. Kalau itu Sanna, aku gabakal komentar dia pulang-pulang mesti terluka."

"Sekarang kuperban aja dulu,"Suga mengomel. "Awas ya kalau diulangi lagi San, lagian kalau ijin kuliah sehari kan ga masalah."

"Iya-iya ih,"Aku mengeluh pelan. "Matkul pertama tadi Tektonik Arsitektural , aku gamau ketinggalan."

"Kalau kau masih ga peduli dengan tubuhmu sendiri, mungkin aku yang akan bilang ke Ukai-san agar mencabut izin kuliahmu."

"Mampus."

aKu melotot ke arah si poni miring, gausah ikut manas-manasin. Tapi begitu aku mau membalas, Kak Suga keburu melotot lagi. Menyuruhku anteng.

"Dah selesai."Suga meletakan peralatan P3K yang kuyakini milik Shikamis itu. "Kitashin gimana sih, sudah tahu ini anak tidak bisa make senjata masih disuruh-suruh terus."

Mungkin Sugawara Koushi satu-satunya orang yang berani mengata-ngatai Kita Shinsuke. Aku bergidik pelan.

Sugawara Koushi, usia 22 tahun, posisi vice captain di Divisi Karasuno. Tahun keempat di fakultas Gizi, satu kampus denganku. Yang poni miring, Shirabu Kenjirou, 21 tahun, posisi sniper di Divisi Shiratori, tahun ketiga di kedokteran.

Sebenarnya ada satu lagi, Kageyama 20 tahun, attacker handal dari Divisi Karasuno, seangkatan denganku, di Teknik Mesin. Satu fakultas dengan Itadori Yuuji, temannya Nobara.

Semua relasiku memanggilku (Name), semua temanku, dosen-dosen, atau kenalan. Tapi jika sudah memasuki dunia bawah, lingkup lingkar dalam, maka nama (Name) hilang, semua memanggil dengan CN ku aka Sanna.


"San, udah tahu belum?"

"Tahu apaan?"Aku melirik ke arah Shirabu yang sedang memainkan ponsel.

"Ultra CO."

"Kalo itu udah. Ada tugas baru ya?"

Suga menggeleng, "Kayaknya nanti siang bakal ada rapat besar, rada gawat sih, tidak ada yang tahu sekarang bagaimana kelanjutan kerjasama dengan Ultra."

"Suga-san tau bagaimana rupa ketua barunya?"Shirabu mengambil bungkus roti dari sakunya, menggigit pelan.

"Anak golden age yang jelas,"Suga bergumam pelan. "Menurutku usianya diatas rata-rata kita deh, 28-an? Saat bertemu dengan Ketua yang lama, aku melihat tiga orang di belakangnya, mungkin salah satu dari mereka. Antara yang rambut perak dengan muka keriput, Rambut hitam dengan luka bakar dan jahitan, atau rambut blonde dengan segitiga aneh di bawah matanya."

"Rapat besar? Berarti semua nya datang?"

"Iya, seperti sudah lama sekali tidak rapat besar. Ini rapat besar keduamu kan?"Suga menoleh.

"Iya."

Aku menghela napas.


Kalau sudah ada rapat besar, artinya ada sesuatu dibalik kasus ini.


≪•◦ ❈ ◦•≫


Struktur organisasi amatlah sederhana. Menurutku.

Kepala HiQu saat ini adalah Ukai Ikkei. Sekretaris andalannya merupakan Shimizu Kiyoko, wanita cantik berumur 22 tahun itu di usianya sudah memegang nasib sekian ratus perusahaan yang berada dibawah naungan HiQu.

Dibawah Sekretaris dan Ketua ada 10 Divisi. 10 divisi itulah yang membawahi raturan orang lainnya.

Dalam satu divisi mayoritas ada 8 sampai 10 orang. Posisi tertingginya adalah Tetua dan Ketua. Tetua diisi oleh generasi lanjut, badan yang mengawasi kerja Divisi. sementara posisi Ketua diisi oleh Golden Apple.

Golden Apple adalah sebutan Ukai untuk para anggota divisi yang berkisar 18-24 tahun, apel emas. Generasi muda yang dibentuk langsung oleh tangan perak Ukai. Diambil dari pemuda-pemuda berbakat dari berbagai belahan tempat di bumi ini.

Untuk sekarang, posisi tertinggi dari kelompok Ketua Divisi dipegang oleh ketua divisi Inari, divisiku, Kita Shinsuke. Umurnya memang baru 23 tahun tapi wibawanya nyaris setara dengan Ukai Ikkei.


Suara ledakan senjata api terdengar lagi. Aku sedikit terdorong ke belakang saat menarik pelatuknya. Meski sudah memakai pengaman telinga, tetap saja rasanya tidak enak mendengar bunyi sekeras itu.

"Delapan."Akagi berseru. "Wah ini tembakan kedua dan kau sudah dapat poin delapan, Sanna."

"Serius?!"Aku menoleh antusias.

Kegiatan tiap sore, ada jadwal berlatih. Khusus untukku yang emang payah pake banget di bidang senjata. Random pelatihnya. Siapapun yang berada di ruangan tembak saat itu biasa menemaniku. Kalau tidak ada ya sudah berlatih sendiri.

"Rekor baru, berarti kau berkembang pesat,"Aran tersenyum, Aran, Akagi, atau Oomimi benar-benar mendukungku dari awal. Tidak seperti monyet-monyet yang nongki nemenin di pojok sana.

"Ciee rekor baru."Atsumu tertawa- bagiku itu tawa mengejek.

CTAR!

"Kalahkan rekor itu untukku."Suna melanjutkan membaca komik, tangan kanannya teracung dengan senjata sama, berasap pelan mengarah ke target, jari telunjuknya menandakan bahwa ialah yang barusan menarik pelatuk tanpa melihat.

Aku langsung melihat ke arah target.

"Sial."

Poin sepuluh bahkan saat lelaki sipit itu tak melihat targetnya. Padahal senjata utama yang dipakai lelaki itu adalah katana. Jelas banget kalo anak loyo lengtih lunglai lemas kayak kena tipes itu sedang mengejek kemampuanku sekarang.

"Ngapain sih susah-susah latihan,"Osamu berkata dengan mulut penuh nasi, lagi ngemil katanya. Ngemil kok nasi ya mas? "Lagian kita-kita aja sudah jago."

"Sekarang kau ngomong begitu, dulu kau bilang kalau aku gak guna ya."Aku mengomel, "Lagian resiko tinggi, gimana kalau ada kondisi aku tidak bersama kalian? Mati langsung nanti."


Apa tugas divisi? Sederhananya, divisi lah yang langsung berhubungan dengan organisasi-organisasi lain selain HiQu. Penguasa-penguasa dunia hitam ekonomi dunia selain kami.

Lumrahnya dalam satu divisi pasti memiliki spokesman, attacker, gunner, sniper dan ahli teknologi. Spokesman atau negosiator adalah sebutan untuk juru bicara sepertiku, rata-rata perempuan. Memiliki kemampuan debat, speaking, dan ber aura intelektual tinggi.

Dunia Alpha bukan lagi dimana orang merebutkan wilayah dengan kekerasan, kami bermain elit. Otak dibayar otak. Siapapun yang menang di negosiasi dialah rajanya. Kemampuan speaking mempengaruhi keseluruhan divisi. Tapi jangan mengira ini adalah posisi mudah, justru menurut Osamu dan Atsumu, ini adalah posisi susah dimana kita harus bisa mengendalikan mimik wajah, tetap tenang dalam situasi apapun, berkata meyakinkan bahwa apa yang dibicarakan adalah fakta, dan tentu saja, harus memahami apa topik debat, menghafal persentase angka-angka pada data agar tak gugup saat sedang negosiasi.


Kalau kau pandai ngebacot dan cukup talkative, maka verifikasi pertama sudah terpenuhi.


Attacker atau penyerang, posisinya Suna dan Omimi jika di divisi Inari. Jika gunner memakai senjata api, maka attacker memakai benda tajam seperti pisau ataupun katana. Pengguna Katana di antara anak-anak divisi tak banyak, Suna, Kageyama, Futakuchi dan Oikawa. Beberapa memakai Shuriken seperti Kunimi, Komori, Daishou dan Akagi. Rata-rata memakai pisau pendek karna lebih ringkas. Beberapa memilih dengan tangan kosong seperti Hinata, Bokuto, Aone. Sekelas Kageyama yang mungkin kelihatan rada bego saja bisa menghalau peluru timah dengan pedangnya.


Gunner adalah posisi paling umum, tentu saja dengan senjata api. Atsumu-Osamu dan Aran di posisi ini. Kita Shinsuke dulunya juga di posisi ini. Penyerang utama, Tapi posisi tertinggi dari gunner di pegang oleh Semi yang biasa menggunakan dua revolver sekaligus.


Oh ada juga All Rounder seperti Kuroo, Daichi, Sugawara, Terushima, dan banyak lagi. Pandai di segala hal, rata-rata kapten sih. Kalau yang ahli TI udah ketebak lah, paling jago ya tetap Kenma Kozume dari divisi Neko.


"Akagi-san, ngaku aja kalau kau juga diam-diam ketawa dalam hati!"Atsumu setan banget asli, pengen saya jedorin tu kepala kuning.

"Eh kata siapa ya? Seneng malah aku ngeliat Sanna udah jago."Akagi menoleh, mengernyit tak terima.

"Aku yakin diam-diam Akagi-san pasti kasihan."Suna bergumam.

"Lu berdua kalau minta ditembak palanya sini deh, mayan buat latihan aku,"Aku berseru kesal.

Kenapa Ukai meletakkanku di regu Inari yang jelas-jelas isinya kebanyakan setan. Kenapa tidak di Fukurodani yang ada Akaashi yang super baik hati gitu.

"Kalau nembak sini, emang kena?"Osamu bertanya.

Meski nadanya emang murni nanya, tapi kok kezel ya.

"HAHAAHAHAHAHAHHAHA NAISU BROTHER!"

"Ah mantap."

"San, tenang San!"Akagi menahan lenganku yang sudah merangsek hendak menjedor itu pala tiga. Lumayan untuk memberantas kebodohan di dunia ini.

"Lagian kalian kan udah ditugasin buat jaga Sanna. Kenapa kemarin dia masih terluka?"Oomimi melempar kepala Atsumu dengan batu dari jauh. "Kitashin sudah bilang kan? counter kemampuan Sanna dengan skill kalian, kalau masih luka, ya kalian gak guna lah."

"Ya ngapain itu bocil masih dijagain mulu."

"Kalau kalian gamau ngejagain Sanna, yaudah ajarin dia, bukan malah ngejek, dodol."Aran

"Tuh dengerin."Aku tertawa, "Tapi jangan diajarin ama kalian deh, takutnya nanti salah sasaran ke lobang hidungnya Suna."

"Aku udah mancung ya ego, Atsumu noh yang pesek, tembak aja biar makin lebar."

"HEH!"

Belum sempat Atsumu menonjok Suna, kesal dengan persoalan pesek hidung, pintu ruang latihan terbuka.

Sosok berkursi roda dengan surai perak gradasi hitam di ujungnya terlihat jelas. Dengan latar cahaya membuat kesan berwibawa dan elegannya semakin bersinar.

"Sudah selesai debatnya?"

Satu-satunya sosok yang mampu menundukkan trio badung itu. Ketua dari 10 kapten divisi dari HiQu CO, kaki tangan kepercayaan Ukai Ikkei. Kami biasa menyebutnya Tuan Tanpa Celah.

Kapten Divisi Inarizaki, Kita Shinsuke, sudah datang.


≪•◦ ❈ ◦•≫


Tidak ada seragam khusus tiap divisi, tidak ada aturan khusus terkait itu. Tapi hari ini, khusus untuk rapat besar, Kitashin memerintahkan kami untuk memakai jas warna gelap dan dasi merah.

Aku menggelung rambut, menatanya apik, seenggaknya sekarang aku mau terlihat keren seperti yang lain.

"San-san-chan, jangan dikancing jasnya, disampirin aja biar kece kayak Kita-san,"Atsumu berbisik.

"Bukannya lebih rapi dikancing?"

"Kaga, seriusan. Apalagi kau cewe, kalau pake jas nanti kelihatannya malah muka cewe badan cowo, mana tepos gitu lagi."

"Miya Atsumu, jangan memancing keributan sekarang."

"Maaf!"

"Mampus."

Atsumu melotot, dengan isyarat menyuruhku untuk melakukan apa yang ia suruh tadi. Aku mengomel dalam hati, melepas kancing jas, daripada cowo itu ribut terus perkara jas.

"Sanna."

"Haik, Kita-san!"Aku berlari cepat, ke arah kursi roda Kitashin. Tugas mendorong kursi roda Kitashin diberikan kepadaku sebagai satu-satunya perempuan di regu ini.


Dua kaki Kita Shinsuke lumpuh total. Kejadiannya berlangsung saat aku berusia 16 tahun. yang membuat dirinya terpaksa di takedown dari tugas dan menunjukku yang saat itu menjadi asisten Kyoko sebagai penggantinya.


Ekspetasi orang-orang terlalu tinggi saat tahu aku yang ditunjuk menggantikan pria dwi warna itu mengingat Kitashin merupakan salah satu yang berbakat diantara lainnya. Dan jujur, diajari Kitashin itu menyeramkan sekali. Walaupun kembali ke faktanya, dia sama sekali tak memarahiku atau meneriakiku, aku paham kenapa pria ini lebih ditakuti daripada Daichi dari Divisi Karasuno. Bahkan dianggap satu-satunya yang bisa menaklukan si kembar.

"Bersiap saja untuk misi ini, kau tidak gugup seperti dulu kan?"

"Lebih dari siap."

Ini di lantai 44.

Orang-orang para karyawan sering menyebutnya dengan daerah kesialan. Satu lantai khusus yang tidak bisa dijamah siapapun. Hukumnya terlarang, sudah menjadi aturan tak tertulis yang diturunkan secara turun temurun bahwa lantai 44 tidak boleh diinjak oleh siapa yang tak berhak itu tanpa terkecuali.

44 disimbolkan sebagai angka kesialan, tapi bagi seorang Ukai, ini adalah simbolis bagi keluarganya bahwa mereka bisa menentang takdir, bisa melawan kesialan. Peletakan ruangan di lantai 44 dimaksudkan bahwa Ukai takkan takut bahkan jika dirumorkan akan membawa malapetaka.

Lantai 44 hanya berisi oleh satu ruangan megah yang biasa kami sebut dengan ruang sidang. Bentuknya tak jauh berbeda dengan ruang-ruang yang ada di kantor Legislatif negara lainnya. Berisi sepuluh meja bundar dengan kursi-kursi di sekitarnya. Lantas di depan ruangan terdapat meja panjang berisi sepuluh kursi untuk kaum tetua. Lantas di tengah-tengah mereka terdapat satu meja megah tentu saja diperuntukkan kepada ketua HiQu yang terhormat.

Ada sepuluh pintu. Tiap pintu terdapat lambang tiap divisi. Masing-masing pintu mengarah langsung ke ruangan divisi-divisi. Sebenarnya keren sekali melihat 10 divisi keluar dari pintunya dengan para kapten yang berjalan paling depan.

Bunyi lonceng terdengar, sepuluh pintu terbuka serentak. Mari aku perkenalkan keseluruhan tubuh dari keluarga kami


≪•◦ ❈ ◦•≫


"Pergantian ketua Ultra jelas sekali mempengaruhi keseimbangan ekonomi. Menurut salah satu agen disana, semua berkas perjanjian dengan perusahaan lain dibakar habis. Artinya kita harus memperbarui perjanjian dengan ketua yang baru."Suara indah mendayu dari Shimizu selaku pembicara dari grup eksekutif menguar di seluruh penjuru ruangan luas itu.

Aku duduk persis di sebelah Akagi. Posisi Akagi membatasi antara diriku dan Atsumu karna menurut Kitashin, kami harus dipisah agar tidak menyebabkan pertengkaran saat rapat besar.

"Siapa ketua yang baru?"Sahutan dari Divisi Nekoma, Kuroo mengangkat tangan santai. "Apakah dia menyeramkan?"

"Badan gede hati celurut."Kenma yang hanya keluar dari basement pribadinya untuk acara penting seperti ini berceletuk pelan.

"Diam Kenma,"

"Menurut informasi, sepertinya alih organisasi akan dipegang oleh Sang Elang-"Shimizu menengahi pertengkaran mendadak itu dengan menjawab pertanyaan Kuroo.

"Baguslah, Hawks ramah, kami sering mengobrol."Kuroo terkekeh.

"Jangan remehkan dia, Kuroo Tetsuro."

Hening. Ukai Ikkei angkat suara, bariton serak itu mengambil alih seluruh atensi ruangan.

"Kita tak tahu apakah posisi dia kawan atau lawan karna konflik Ultra berhubungan dengan jejeran tetua mereka dan anak-anak Golden Age. Aku berteman dengan tetua-tetua mereka, tak menutup kemungkinan jika Sang Elang menganggapku musuh."

Si jamet poni satu itu kicep, mengangguk paham lantas kembali duduk.

"Aku sudah menyusun ulang proposal kerjasamanya."Shimizu kembali angkat suara. "Sekarang untuk kelompok misi, kuserahkan kepada Kita Shinsuke-san."

"Oya? Ini rencana gabungan?"Bokuto Koutaro berseru, mengangkat tangan bingung.

"Meminimalisir jika terjadi apa-apa."

Aku menelan ludah. Mendadak sedikit merinding.

Maksud Shimizu tak lain tak bukan terkait dengan kelompok gabungan, jika terjadi kematian maka akan merata ke semua grup. Tidak hanya satu divisi yang kena imbasnya. Hidup mati sudah biasa, aku tak kaget jika mendengar ada berita meninggal dri salah satu kenalan divisi.

Toh, kami disini hanya sebatas rekan. Dariawal tak ada kata keluarga diantara kita semua. Jangan membawa perasaan saat kerja. Itu ditekankan oleh Ukai Ikkei berkali-kali.

Seorang profesional takkan pernah membawa masalah hati dalam urusan pekerjaan.

"Aku sudah menentukan posisinya."Kita Shinsuke, dengan suara datarnya memenuhi seluruh ruangan. "Kita hanya akan bernegosiasi, jadi aku takkan mengambil banyak anak."Menoleh ke Ikkei Ukkai untuk intruksi selanjutnya.

"Lanjutkan."


"Divisi Karasuno : Attacker : Nishinoya Yuu."

Dihina karna tingginya, diam-diam mematikan, Surai jabrik dengan semir di beberapa helaian rambutnya terkenal dengan kelincahan dan kemampuan parkour yang luar biasa. Nishinoya Yuu dari divisi Karasu adalah salah satu yang terbaik dari agen penyusupan diantara yang lain. Cowok itu terkekeh sebelum berdiri dan berlari kecil ke depan. Sekilas merasa bangga sudah terpilih.


"Divisi Karasuno : Attacker : Kageyama Tobio."

Terbaik diantara terbaik, Kageyama adalah cucu dari salah satu ninja legendaris yang namanya sudah memudar di tengah-tengah arus zaman. Kami sekampus, aku di arsitektur, Kageyama di Teknik Mesin. Umurnya selisih beberapa bulan dibawahku, dibilang akrab sih enggak. Cuman kadang sering nebeng berangkat bareng kalau ada matkul yang jamnya barengan karna gedung kami berdekatan..

Kageyama berdiri, mengusap rambutnya, sebelumnya ia menendang Hinata Shouyo yang meledek bahwa lelaki itu sedang sok keren. Berjalan ke tengah ruangan, berdiri di sebelah Noya.


"Divisi Fukurodani : Sniper : Shirofuku Yukie."

Perempan itu lemah? Mungkin belum ketemu dengan Kak Yukie. Cewe berbadan mungil itu bahkan biasa menggotong SPR 2 yang jauh lebih panjang dibanding dirinya, 1,7 meter bayangkan saja. Target kesenangan gadis itu adalah kepala sasaran. Aku pernah mencoba membawa senapan kesayangannya dan astaga- 19 kg anjir, tidak heran kenapa Kak Yukippe senang sekali makan.

Cewe 22 tahun itu berdiri, diiringi suara sahutan Bokuto, rambut reddish brownnya bergerak anggun seiring tubuh itu bergerak, terlihat tengah mengunyah sesuatu entahlah. Sniper andalan tim burung hantu itu memposisikan diri di sebelah Kageyama.


"Divisi Shiratorizawa : Gunner : Semi Eita."

Aku bersiul pelan, sudah dipastikan siapa ketua untuk acara negosiasi saat ini. Semi Eita memiliki semua yang diperlukan untuk menjadi pemimpin yang baik meski ketua divisinya adalah Ushijima Wakatoshi. Semi merupakan seorang penghubung tim TI. Yang nantinya akan berurusan dengan pembajakan alat-alat berteknologi di TKP, yang menghubungkan jaringan komunikasi dengan tim TI. Tugasnya penting dan tidak semua orang bisa melakukannya. Semi berdiri, membenarkan dasinya sebelum kembali berjalan ke sebelah Yukippe.


"Divisi Inarizaki : Guard : Miya Osamu, Miya Atsumu, Suna Rintarou"

"Tunggu-tunggu-tunggu, 3 orang dari divisimu sendiri? Astaga Kita Shinsuke, Kau tidak mempercayai kemampuan yang lainkah?"Suara nyaring khas lelaki itu melengking, Oikawa Tooru kapten divisi Aoba Johsai berdiri, setengah tangannya terangkat menandakan ia tak setuju dengan keputusan Kita.

"Demi kelangsungan rencana, Oikawa Tooru."Kita menjawab datar.

"Untuk kali ini ini aku sependapat dengan Oikawa,"Daichi Sawamura, dari divisi Karasuno ikut berdiri, "Kau tak bisa mengirim kembar sekaligus. Ultra bukan organisasi remeh. Jika ada hal-hal yang terjadi, divisimu bisa terkena vakum lagi, bahkan mungkin lebih lama-beberapa tahun setidaknya sampai kau mendapatkan anggota baru yang dapat menggantikan skill mereka."

"Oi-oi-oi, aku takkan mati semudah it-"

"Diam Atsumu."

Atsumu kicep bak celurut. Kita mengangkat wajahnya, tetap memasang muka stoic, berkata tenang.

"Aku percaya dengan seluruh kemampuan semua yang ada disini."Kita mengangkat tangan kirinya. "Seperti katamu, Daichi, aku takkan membuat divisiku vakum untuk kedua kalinya. Karna itu lah aku mengirim Kembar Miya dan Suna."

Kita kembali membuka kertas, sebelumnya tangan lelaki itu mengisyaratkan Suna dan kembar agar maju ke depan meski mereka dipenuhi kontra oleh yang lain. Mengangkat tangan menandakan bahwa jangan ada yang menyela pembicaraannya.


"Divisi Inarizaki : Negosiator : Sanna Avicenna."


Mengirim empat anak divisinya. Kita Shinsuke pasti bertaruh besar untuk misi ini.

Aku menghela napas panjang. Berdiri, membenarkan dasi, sebelum berjalan ke depan.


Jika senjata tak bisa melindungimu, maka gunakanlah lisanmu untuk mempengaruhi takdir


[Note]

sumpah ya gila, lama banget ga ngetik sebanyak ini :(

Next?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro