Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

LANGIT

LANGIT [Sen x Sanna]

by : sam_ksts


"Hah Apaan? Langit itu ada buat digapai tau!"


"Karena anda adalah langit itu, sebab itulah anda bisa berucap seperti itu."


Sebuah cinta terlarang antara sang ratu dengan sang bidak. Ratu itu mencintai bidaknya, begitu pula sebaliknya.


Sen sangat mencintai Ratunya, bahkan sebelum sang Ratu mencintainya, tapi tidak bisa. Meski cintanya terbalas,


Dia tidak bisa. Ratunya itu langitnya. Dan langit bukan ada untuk digapai.


Avicenna Sanna, seorang putri yang menolak keras dijadikan ratu. Menyusahkan. Jadi Ratu itu luar biasa merepotkan.


Sedari awal, Sanna itu tidak memiliki alasan apa apa untuk menjadi ratu.


Sampai sang pemuda itu datang ke kehidupannya.


Mendorong sang putri untuk menjadi ratu, Sen bersumpah Sen akan setia pada Ratunya seumur hidup. Sen bersumpah dia tidak akan meninggalkan sang Ratu.


Ini kisah awal mereka yang membuat Sen menjadi luar biasa setia pada Sanna. Kejadian awal yang tak bisa Sen lupakan.


"Berdiri." Kata kata itu terus diulang, pecutan pecutan di punggung Sen selalu diulang.


Entah apa yang Sen lakukan, pasti saja nasibnya selalu seperti itu. Menjadi budak, dijual belikan, pada akhirnya dikembalikan kepada sang pemilik.


"Anak ini belum cukup kuat."


Apa yang harus diharapkan dari anak berumur 7 tahun? Manusia benar benar gila. Sen muak. Sen mau pergi dari sini. Tolong.


"Raja dari kerajaan Hitania sudah mau datang daerah ini, katanya dia bersama dengan putrinya, siapkan sesuatu. Ini harus ditutup." Wanita yang diduga istri dari pemilik Sen ini berhasil menghentikan pecutan yang mau diarahkan ke muka Sen,


Pria yang sedari tadi menyiksanya cukup terkejut, Raja dan Ratu dari kerajaan Hitania itu padahal tidak pernah ke daerah sini. Dan juga, jika ketahuan mereka melelang manusia, pasti akan digantung mati.


Dan manusia manusia disana pasti akan dilindungi oleh kerajaan itu,


Bukankah ini kesempatan bagus untuk Sen?


Sembari suami istri itu bebersih seluruh rumah mereka, Sen tertatih tatih berjalan ke arah jendela, anak laki laki itu membulatkan tekadnya, kalau bukan sekarang kapan lagi.


Bruk! Kaibara Sen menubruk tanah, kakinya sudah tak sanggup lagi, tubuhnya sudah benar benar penuh dengan darah.


Sen tidak ingin menyerah, tapi tubuhnya menolak, ini sudah diluar batas.


Mata kecoklatan itu perlahan menutup, tangannya melemas, anak itu sudah tidak memiliki harapan apa apa lagi. Sampai—


"Apa kau baik baik saja?"


— Sosok perempuan bersurai biru datang dan membantunya.


— L A N G I T —


"Kenapa anda membantu saya, Tuan Putri?" Tanya Sen dengan nada sopan, dirinya sudah berpakaian normal, dan luka nya sudah dibersihkan.


"Karena aku melihatmu terkapar. Dan tolong jangan panggil aku Tuan Putri, panggil saja Sanna." Ucap Sanna sambil tersenyum.


"..... Saya tidak bisa seperti itu. Itu tidak sopan, saya hanya bawahan anda." Ucap Sen menunduk, merasa rendah diri.


"Bawahan? Kau hanya akan diangkat menjadi pengawalku, bukan berarti kita tidak bisa berteman kan?" Benar, Sang Raja sendiri yang meminta Sen menjadi pengawal dari putrinya, meski seumuran dengan putrinya, Raja tahu bahwa Sen ini kuat.


Hening sesaat, Sen tak berniat menjawab, dan Sanna sendiri tak berniat melepas kecanggungan ini. "Nona.."


"Ha?"


"Kalau begitu... Apa saya boleh memanggil anda Nona saat sedang berdua?" Tanya Sen dengan muka menunduk, merasa malu.


Sanna tersenyum lebar, sangat manis untuk ukuran anak 7 tahun.


"Tentu saja!"


Kisah manis itu terus berlanjut. Sampai detik sekarang.


— L A N G I T —


"Aku menyukaimu." Putri mahkota itu berujar pelan, sedikit tidak percaya dia akan jatuh cinta kepada pengawalnya selama ini.


Mata Sen sendiri membola, tidak menyangka kalau nona didepannya mengungkapkan kata kata demikian.


Mulut Sen terbuka— ingin mengatakan, kalau pemuda itu juga menyukai gadis didepannya, Tapi—


'langit itu ada bukan untuk digapai, kaibara.'


"Maaf nona, bukankah anda mempunyai kelas etika sekarang?"


— Kaibara Sen terlalu pengecut.


— L A N G I T —


Waktu terus berlalu, sampai Sanna dan Sen sudah berumur 18 tahun.


"Tapi bukankah Nona harus melakukannya?"


"Aku tidak ingin menikah dengan orang yang tak kusukai." Sanna menenggelamkan mukanya ke lututnya, perasaannya campur aduk karena perihal 'pernikahan politik.'


"Apa aku tidak bisa menikahimu saja?" Tanya Sanna


Sen terkejut dengan pernyataan Nona-nya,


"I-Itu tidak mungkin bisa, lagipula saya bukanlah seseorang yang pantas." Ucap Sen "Tapi kan aku menyukaimu."


'Saya juga sangat menyukai Nona..'


— L A N G I T —


Sanna dan Sen sekarang sudah berumur 21 tahun. Sanna yang sudah diangkat menjadi ratu, Dan Sen yang sudah menjadi pemimpin di kemiliteran.


Kaibara Sen juga masih sangat setia dengan Nona-nya.


"Sen."


"Iya Nona?"


"Apa kau akan meninggalkanku seperti ayah dan ibu?" Tanya Sanna dengan suara yang pelan, teringat dengan traumanya setahun yang lalu.


Ibu dan Ayah dari gadis itu meninggal didepannya, membuat Sanna harus extra dalam mengurusi semuanya, dan hanya Sen yang ada disampingnya.


"Tentu saja tidak Nona, saya tidak akan meninggalkan anda." Sen berucap dengan yakin. "Janji?" Sanna menyodorkan jari kelingkingnya, tanpa melihat ke arah Sen. "Janji." Balas Sen sambil mengaitkan jari kelingkingnya.


— L A N G I T —


Setahun berlalu. Tak lama setelah Sanna diangkat menjadi ratu, peperangan antar kerajaan terjadi. Penguasa dari wilayah barat ingin mengambil paksa kerajaan Hitania. Menurut mereka, ratu yang memimpin mereka masih kecil.


"Sen. Kau serius akan pergi?" Ucap Sanna sembari melihat Sen yang sedang latihan pedang, mempersiapkan perang.


"Jika saya tidak pergi, kerajaan bisa hancur, Nona."


"Aku bisa mengirim yang lain, kau tahu itu kan?"


"Tidak. Saya ini komandan dari pasukan kemiliteran, tidak mungkin saya tidak turun tangan." Ucap Sen sembari tersenyum kecil.


"Aku takut." Setelah mengatakan hal itu, Sanna terdiam. Jujur saja, firasatnya kali ini benar benar sulit dikompromi


Sen mulai menaruh pedangnya, dan menghampiri Sanna, mengambil sebelah tangan Sanna yang terbalut sarung tangan, Sen mengecup tangan itu pelan.


"Saya akan baik baik saja."


Keesokan harinya tiba. Sudah saatnya bagi Sanna untuk melepaskan Sen.


Sanna mengikatkan sapu tangan di pergelangan tangan Sen,


"Jangan sampai mati ya. Sudah cukup kau menggantung perasaanku selama 8 tahun." Desis Sanna


Sen hanya membalasnya dengan tertawa, sesaat sebelum Sanna mau beranjak ke tepi, Sen mengucapkan beberapa patah kata yang mengejutkan.


"Saya juga menyukai anda, Nona. Maaf sudah menggantung anda bertahun tahun." Mata Sanna terbuka lebar, membeku mendengar kalimat yang sangat teramat ia ingin dengar dari mulut lelaki itu sekian tahun lamanya, pernyataan yang sangat tidak tepat di waktu saat ini. "Katakan itu lagi saat kau kembali!"


Hanya itu kalimat terakhir yang Sen dengar dari Nona yang sangat dicintai Sen. 


  — L A N G I T —


Membutuhkan waktu lama untuk perang. Sanna sendiri sudah tidak menemui Sen selama 3 bulan. Kini wanita itu duduk diatas singgasana-nya, melihat ke aula nya bosan.


Sampai pintu besar itu didobrak paksa. Sanna ingat, dia adalah tangan kanan Sen yang ikut berperang, tapi sekarang dia berlumuran darah.


"Yang mulia, maaf atas kelancangan saya, tapi peperangan itu—"


Hati Sanna tidak bisa berhenti khawatir. Hatinya berdegup dengan kencang, merasa bahwa ada yang salah dengan ini semua.


"Wilayah Hitania berhasil diambil kembali tapi—"


Sanna tercekat, dia membeku setelah mendengar kalimat selanjutnya,


"Komandan Kaibara... Dia gugur."


— L A N G I T —


"Kau bilang kau tidak akan meninggalkanku Sen.." Lirih Sanna, sembari melihat ke kamar Sen 'Saya akan baik baik saja.'


'Tentu saja Nona bisa, saya disini Nona, jangan khawatir.'


Kesesakan memenuhi relung hati Sanna, Ratu muda itu tidak dapat menangisi kepergian sang terkasih. Itu yang membuat sakit di dada-nya semakin besar. Sanna merasa sangat sakit hati dengan hasil peperangan.


Mungkin Hitania berhasil menang, tapi Sanna merasa kalah. Kenapa Sen harus diambil darinya?


Mata Aqua yang biasanya memancarkan kecerahannya perlahan redup, memang banyak sekali pengawal dan lelaki diluar sana yang bisa setia akan Sanna, tapi Sanna hanya membutuhkan Sen.


Mata Sanna melihat ke sekeliling kamar Sen, kamar yang rapih dengan berbagai alat perang, pedang contohnya.


Mata itu melirik ke arah kertas yang ada di meja,


Sembari duduk diatas jendela, Sanna membacanya dalam batin,


Sampai di satu kalimat, tangisan Sanna akhirnya meledak.


'Aku tidak tahu kenapa aku menulis ini, tapi aku merasa ini adalah hari terakhirku. Aneh memang, tapi rasanya aku mau menumpahkan semuanya di sepucuk kertas.

Nona Sanna, Nona yang sangat kuhormati, jika Anda membaca ini, maafkan saya yang terlalu pengecut.

Saya mencintai Anda dari awal anda sudah menyelamatkan saya Nona,

Saya sangat bahagia ketika anda bilang anda menyukai saya,

Saya sangat bahagia ketika Nona bilang nona mau bersama dengan saya terus, Tapi maafkan saya Nona, ternyata saya tidak bisa mengungkapkan semuanya kepada Nona, Maafkan saya jika pada akhirnya saya tidak bisa selalu bersama dengan Nona, Nona harus tahu, saya sangat mencintai Nona,

Tapi anda adalah langit saya, dan saya tidak dapat menggapai anda.

Jadi saya mohon, teruslah maju Nona, tanpa saya, saya yakin anda bisa melakukannya. Saya menyerahkan Hitania ke tangan Anda,

Terimakasih sudah mencintai orang seperti saya Nona, saya juga mencintai anda. 

Tertanda, Kaibara Sen.'


"Dasar bodoh. Kau berjanji kau akan mengatakannya setelah ini semua berakhir kan?" Gumam Sanna, tangisannya terus mengalir


Persetan dengan segala status. Persetan dengan perbedaan diantara mereka, Sanna hanya mau Sen. Dia mau Sen. Hanya Sen. Apakah sesulit itu?


"Aku ya Aku. Langit ya langit. Apa harus langit itu turun sendiri agar kau mau bersamanya?"


Banyak lelaki yang akan setia dengan Sanna, tapi Sanna hanya ingin kasih sayang yang sudah Sen curahkan kepadanya.


"Kau memang memiliki kesetiaan yang tulus kepada Ratumu, hanya saja Kau tidak memiliki kasih sayang yang Ia butuhkan." - Sam


[BONUS]


"—En!"


"—Sen!"


"WOI BANGUN KAIBARA SEN!" Tsuburaba berteriak tepat di telinganya, "Duh. Lu apaan si?!" Sen menggadah, yang membuat mereka cengo "Hah? Naon?"


"Lah Sen? Lu nangis?" Rin menunjuk ke muka Sen dengan wajah cengo


"Mimpi apaan lu?" Tanya Awase


"Gatau. Mimpi yang super panjang. Asli gatau kenapa gua sakit hati." Ucap Sen sambil mengelap air matanya


"Mimpi apaan? Pasti ditolak cewe."


"Gatau deh, jaman jaman kerajaan gitu, kisah tentang laki sama perempuan, tapi muka cewenya kaya familiar gitu."


"Wah. keren. Macam pesona dunia laut."


"Cerita apaan tuh? Siapa tau itu cerita kehidupan lama elu wkwk"


"Penganut teori Reinkarnasi ya lo?"


Sen dan kawan kawannya hanya tertawa pelan,


"Noh Sen, Ka Sanna noh." Tunjuk Tsuburaba ke arah Sanna yang sedang bercanda ria dengan sahabat sahabatnya


Sen merasa dejavu, senyuman itu... batinnya, tapi dia menggeleng pelan,


"Haha, ga mungkin itu Ka Sanna." Gumam Sen


Tanpa kedua insan itu sadari, saat kehidupan lamapun mereka sudah bertemu. Apa ini yang namanya jodoh?


— THE END —

AHAHAHAHA ADUH ADUH ADUH

rasa ingin membuat fanartnya : STONKS

Mungkin status buku ini 'tamat' tapi bagi siapapun yang masih punya ide or inspirasi, kirim aja deh sabi, nanti ku up di buku ini.


Thanks bgt yaa!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro