Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

𝐃𝐄𝐋𝐈𝐍𝐄𝐀𝐓𝐈𝐎𝐍 | Rei


Warning

Typo, OOC, 17+, underage(?), yandere themed, penculikan (hanya disebut), penggunaan obat-obatan, thriller.

Di chapter ini akan membawa permasalahan mental, etc, dan adegan seks secara detail. Bagi yang sensitif di hal seperti ini di harapkan untuk tidak melanjutkan.

Delineation; Noun.
diˌlinēˈāSH(ə)n/

tindakan menggambarkan atau menggambarkan sesuatu secara tepat.

╼━━━━╾

LUKISAN sejak dulu kala selalu saja membawa ketertarikan oleh keunikan mereka masing-masing, terbuat dari imajinasi sang pelukis detail yang dibawa membawa suatu emosi yang hanya akan di mengerti orang di sisi yang sama.

Bukanlah hal aneh jika mereka akan menyatu dalam pemikiran yang sama tetapi opini beda, imajinasi selalu tak terbatas itulah yang membuat hal indah di mata-nya. Visual jelas membawa inspirasi, tiap pergeraka maupun tiap keindahan keseharian selalu tercapai.

Maka pas kala buntu, kian cara apapun demi inspirasi akan di lakukan.

~♡~

Melaju menapaki kaki di depan kamar milik-nya, tersambuti oleh kehampaan angin lembab melampiri, manik merah ruby menatap sekeliling. Baju simpel kasual milik-nya adalah sebuah kemeja putih, isian warna polos memeluk tubuh-nya dengan nyaman.

Sekeliling diselimuti oleh udara malam, sebuah rembulan menyambut, sinar yang mencium bawah. Memberi kesan terang tanpa ada-nya suatu buruk, hari malam begitu menenangkan.

Derapan telapak kaki-nya berbunyi, lantai keramik serasa seperti melengket tidak menginginkan ia pergi, mungkin telah lama ia tidak pernah mengepel lantai, rumah ini terlalu besar. Tetapi ini adalah tempat yang cocok untuk diri-nya, ia tidak pernah sama sekali menapaki kaki-nya keluar rumah, bahkan sekali pun semenjak pindah kesini.

Ia selalu takut, atau merasa tidak begitu enak badan jika ingin keluar. Sebagai pelukis ia seharus-nya lebih terbuka keluar menghadapi dunia, tetapi ia lebih memilih untuk berdiaman di rumah.

Ia Rei benar-benar tidak menyukai ide keluar, ia lebih memilih berdiam di kamar-nya. Sang pemuda bisa saja keluar rumah, tetapi ia selalu merasa tidak enak. Hanya membeli kebutuhan milik-nya untuk makan dan tidak memilih untuk berlama, maupun membeli kopi di sebuah kedai.

Dirinya benar-benar tidak mengerti diri-nya sendiri.

Ia tau dirumah besar ini ia sendirian, tetapi selebih-nya berdiam disini lebih merasa nyaman, seperti kala ada seseorang yang menemani walau pada dasar hanya diri-nya sendiri.

Jari-jemari mengusap sisi-sisi ruangan, mendapatkan debu yang tebal, ia menghelakan nafas. Sepertinya bukan lantai saja yang harus ia bersihkan, tetapi seluruh rumah wajib ia bersihkan.

Pangeran egois yang membutuhkan ruang personal, itulah diri-nya. Sebagai putra yang akan melanjutkan aliran darah keluarga ia yang bisa melakukan apa saja telah di beri cap noble sisi depan. Menjadikan ialah yang akan membawa seluruh beban keluarga.

Berdecih figur miliknya berjalan di lorong gelap setia menemani, malam yang ia anggap pagi hari begitu menyegarkan. Melirik kamar yang ia kunci, bibir-nya seketika membentuk sebuah senyuman keji.

Ya... karya kebanggaan milik-nya, tertidur begitu nyeyak-nya, betapa bodoh diri-nya mengaku sebagai orang yang tinggal sendirian. Rei sama sekali tidak sendirian, apapun itu ia tidak akan pernah. Selama anak itu berada di dekapan-nya ia akan melakukan hal apapun, demi dirinya, dan demi masa depan mereka.

Pelukis jenius itu adalah dirinya, seseorang yang mengaku sebagai pelukis, maksudnya siapa tidak? Jika bisa melihat karya yang ia taruh di kulit manis anak gadis itu, mungkin orang yang berada di sesama seperti diri-nya akan mengatakan kerjaan-nya adalah sebuah karya.

Karya di lakukan sepenuh hati diri-nya, ia tau anak gadis itu bukanlah alat. Tetapi di mata-nya ia lebih menganggap anak itu sebagai karya, walau bukanlah barang mati yang akan di pajang. Membalas bicaraan-nya maupun melakukan sesuka-nya sudah seperti melihat orang berdansa di mata-nya.

Keindahan yang dapat memikat perhatian-nya, apalagi yang gadis ini bisa lakukan. Anak yang lahir dari keluarga berstatus tiga, seseorang yang tidak memiliki apa-apa maupun sebuah nama untuk membawa marga ke tinggi langit.

Terkadang ia akan mempertanyakan ke diri-nya sendiri melakukan hal seperti ini, tapi Rei sendiri juga tidak suka dengan kedekatan lelaki dan perempuan ke gadis ini.

Ruang itu terus sengaja ia buka, membawa nampan yang berisi dengan berbagai macam makanan malam, dan minuman. Rei yang masuk ke ruangan itu menghelakan nafas lega, melihat-nya masih tertidur lelap di ruangan milik-nya sudah membuat Rei merasa sangat senang.

Tapi tentu ia tau, gadis ini sama sekali belum makan apapun dari siang. Mungkin jika saja ia tidak begitu sibuk sekali dengan pekerjaan-nya, Rei akan selalu bisa melihati gadis manis ini.

"[Name]..." Sebutan manis yang keluar dari bibir, memberikan perasa bagaikan permen peppermint di ujung lidah, kesukaan di saat nama lawan memutar di lidah-nya seperti suatu spesial.

Makanan hangat itu ia taruh di meja samping, mengambil kursi ia duduk menemani sang kekasih yang terlelap dengan tenang-nya, deru nafas nan lembut membuat lelaki itu tersenyum. Semburat merah menghiasi pipi pucat milik-nya, perasaan yang ia ketahui setelah bertemu bukanlah suatu yang harus diremehkan.

Mata-nya terus meratapi gadis di depan, memiliki perasaan bersalah karena meninggalkan begitu lama. Karena sangat jarang pulang, hanya bisa meluangkan waktu beberapa jam Rei sangat prihatin dengan akses aktivitas yang sering di lakukan oleh si gadis pas ia pergi.

Jari lentik milik-nya mengelus sisi tulang selangka-nya, dihiasi penuh oleh karya yang ia taruh menandai apa yang menjadi milik-nya bagaikan sebuah piala yang tidak akan bisa di ganti. Seperti biasa, untuk si gadis masih sensitif, tergelitik oleh jari jemari milik-nya yang mengelus sisi leher si gadis.

"Shhh... [name]... ayo, bangun,"

Suara yang lembut memanggil, mengecup sisi pipi dari wajah sang gadis memberikan kemanisan yang lebih dalam bagi si pemuda. Gadis di ranjang itu terbangun, dengan rengekan kecil sedikit mengeluh oleh aksi yang dilakukan oleh Rei sendiri.

Kecupan yang mana mungkin akan berhenti sampai diri sang gadis itu bangun, tiap friksi lembut dari persentuhan bibir-nya kala mengecup muka milik-nya di segala sisi, jidat, hidung, pipi dan bibir. Ia sama sekali tidak berhenti.

"B-berhenti... geli," Keluh [name], nada ngantuk masih tertera di suara-nya.

"Fufu~ maka-nya ayo bangun sayangku, dirimu belum makan, kan?" Balas Rei tidak memperdulikan keluhan dari sisi lawan karena diri-nya yang sibuk mencium si gadis. Waktu malam ini ia pasti tau si gadis belum makan sama sekali, dan ia yakin aroma dari makanan hangat itu akan membuat gadis ini tidak bisa menahan terutama ini adalah kesukaan si gadis sendiri.

Ciuman akhir yang membuat gadis bangun dengan shock sepenuh-nya adalah dimana bibir mereka bertemu, keganasan dari lawan membuat ia terkesiap menjadikan ia sangat nurut. Lidah dari lawan berdansa di dalam mulut-nya, tangan yang mulai meraba dada-nya membuat keseluruhan badan si gadis lemas, ciuman ganas itu memberi kesan panas di sekujur tubuh-nya.

Jari menyentuh, menyeret ke bawah sampai di tujuannya; dada. Memeluk kelembutan itu dengan tangan-nya, Rei terus melanjutkan aksi-nya dengan puting imut dari sang gadis, terapit lembut di jari-nya ia secara pelan menarik-nya dan melepaskan. Mengulangi aksi ini sampai ia bosan.

Ciuman itu berlanjut tiada henti-nya, gadis yang rentan di bawah genggaman-nya. Sekali tarikan nafas mencoba mengumpulkan oksigen, detik kemudian bibir mereka mulai bersentuhan lagi. Isapan dari mulut sang lawan membuat gadis itu melemah, terutama lidah-nya yang berdansa bersama pria di depan yang mengaku sebagai suami-nya, tambah jari nakal dari sang lawan memainkan dada-nya secara lembut.

"Mhn...~ R.. weh... b.. hen.. i~"

Kata bagaikan sebuah mantra sulap membuat sang lawan benar-benar berhenti, lidah basah mereka terpisah dengan saliva menyatu bagaikan jembatan sebelum semua-nya lumpuh jatuh. Rei dengan mudah menarik semua, seperti semua adalah hal biasa. Deru nafas terengah-engah mencoba menarik banyak oksigen.

Ciuman lama itu membawa hiasan merah di sekujur pipi sang gadis, ekspresi berantakan itu sangat menggoda untuk Rei, rambut berantakan, bibir merah meminta untuk dicium, wajah merah, mata berair, dan baju-nya yang menunjukan dada-nya penuh oleh lovemark dari Rei sendiri.

Kekehan dari lawan sudah seperti bagaikan sebuah ejekan, nada bebas dari-nya benar-benar memalukan. Sudah bagaikan ia di rendahkan dengan di paksa telanjang secara publik, walau di rumah besar ini hanyalah ada sepasang mata merah yang akan selalu melihat diri-nya.

Aksi malu ia mengambil makanan hangat di sebelah kasur, melawan dalam kedua beban untuk menerima atau melawan.

Gadis itu secara tenang memakan makanan tersebut, rasa yang meledak di mulut-nya adalah sebuah favorit milik-nya sendiri. Tak peduli dengan sepasang mata melihati pergerakan diri-nya, sang fadis sudah terbiasa dengan keseluruhan hal ini.

Orang yang mengaku sebagai suami-nya, tidak mengetahui kisah belakang pria di depan terkecuali nama samar, informasi mengungkapkan ia hanyalah sebuah idol. Tetapi tidak begitu banyak yang bisa ia kutip, selama ia berada disini yang ia ambil adalah hobi-nya dan kesukaan di hal kecil oleh apa yang [name] lakukan membawa senyuman lebar ke bibir pria itu.

"Sudah?" Tersenyum Rei bertanya, anggukan dari sang gadis membuat hati-nya bergidik senang, "Hmn... anak yang pintar..." Lanjut diri-nya sambil memeluk figur kecil sang gadis tersebut.

"Jika begitu... mari kita pindah, berdua di ruang utama kita~♡" Tak di beri waktu, figur [name] terangkat. Di peluk oleh lengan kekar sang pria tubuh-nya berada di genggaman milik-nya, bagaikan sebuah boneka. Mungkin sang gadis begitu meremehkan Rei, dengan satu lengan secara seimbang ia masih berada di genggaman-nya. Sedangkan tangan lain-nya membawa nampan sisa apa makan malam yang telah habis bersih.

Berjalan melewati lorong luas, bulan di luar menyambut tak terlihat karena tertutup oleh gorden merah tebal, lampu-lampu redup tidak semua di hidupkan. Dengan kepala yang bersandar ke punduk sang pria, aroma familiar menyelimuti.

Parfum yang ia yakin adalah sebuah parfum mahal, aroma milik-nya adalah aroma yang sangat beda dari semua parfum khusus pria yang terkadang ia coba secara iseng. Aroma lembut tidak tajam, tapi dapat menghilangkan bau. Bagaikan aromatherapy.

Dengan begitu, lengan sang gadis sendiri mulai memeluk leher sang pria, walau ia tau lawan-nya 10× lebih kuat dari diri-nya, tapi tidak ada masalah-nya juga untuk melakukan hal itu.

Sehabis menaruh nampan berisi gelas dan piring kotor tersebut, lengan Rei tidak sungkan unttuk memeluk sang gadis, memberikan diri-nya posisi lebih nyaman. Tak lupa ia memberi kecupan manis ke dahi-nya.

"Hm... aku sangat mencintai mu... [name],"

"Nn..."

Terkekeh, genggaman dari sang lawan mulai mengerat. Untuk figur yang di peluk oleh diri-nya, Rei sendiri yakin pasti bahwa sang gadis sudah jelas mendengar detak jatung-nya.

Sampai di ruang luas dengan ranjang "king size" gadis manis itu ia taruh, memberikan afeksi dengan memeluk-nya secara erat, empuk kasur itu tak membuat [name] mulai mengeluh oleh aksi Rei, melainkan hal terbalik-nya. Ia sangat tenang biasa pada waktu seperti ini ia akan mencoba mendorong diri Rei.

Kejutan benar-benar selalu muncul di kehidupan.

Usik agak tak merasa nikmat oleh aksi awal-nya, disana ia ikut berbaring di samping figur [name], dari ruangan redup hanya di temani lampu tidur dari ujung ruangan dekat Televisi di depan kasur. Ekspresi yang bagi-nya itu serasa imut, membuat pria bernama Sakuma Rei membersut.

Tak peduli oleh lawan, ia sengaja menempelkan bibir-nya ke tengkup [name] mencium-nya sebelum ia menghisap bagaikan sebuah lintah, memberikan tanda seperti biasa.

"Hn... [name] kau belum tidur kan? Mari bercinta lagi... sudah lama hamba tak berwaktu bersama,"

Bisik diri-nya, dengan tangan yang sudah pergi kebawah, memainkan alat kelamin sang gadis. Jari telunjuk menyentuh klitoris, mengelus-nya seperti ia sedang memainkan sebuah alat. Bagi-nya itu adalah sebuah tombol, pertengahan tepat pas di tekan akan membuat seorang gadis lemas oleh nikmat.

Dari labia milik sang gadis ia belai, semakin lewat waktu semakin terasa cairan basah keluar. Membuat-nya terkekeh sedap oleh reaksi tersebut,

"Hamba tau engkau belum tertidur, jika bisa mohon angkat kaki-mu sedikit~"

Bujuk Rei, menuruti dengan erangan kecil yang keluar dari bibir manis-nya. Kekehan menyebalkan dari figur di belakang-nya itu ingin sekali ia jahit.

Sebuah friksi oleh suatu yang menyentuh di bokong-nya, [name] tak sengaja mengeluarkan eluhan kaget membuat-nya tak sengaja memundurkan pinggang-nya kebelakang.

Sayang aksi itu malah membawa Rei menjadi nikmat oleh tekanan di milik-nya, memberikan kenikmatan di tubuh bawah-nya. Semburat merah menghiasi pipi-nya, sebuah seringaian yang cukup membuat semua orang jatuh cinta itu cenderung jahat.

Dengan satu kaki terangkat celana dalam dari sang gadis ia sisihkan, alat kelamin Rei itu menyodok pintu goa sang gadis, secara sengaja usikan jahil milik-nya terlihat candaan, Rei sengaja memeperkan cairan sang gadis ke milik-nya agar basah dan tak sakit pas di masukan.

Tapi di lain perspektif disitu sang gadis merasa frustrasi, walau tubuh-nya yang serasa panas oleh sisi antisipasi yang muncul di benak-nya.

"R-reii... j-jangan jahil, cepat masukan..." Pinta sang gadis, tangan-nya yang mengarah kebawah menyentuh milik sang pria, mengelus-nya untuk berhenti dari aksi belaian yang Rei lakukan, helaan nafas terdengar. Seperti bagaikan mengalah oleh pintaan pujaan milik-nya, tanpa basa-basi pun satu dorongan dari pinggul sang lawan, milik-nya terkubur kedalam dinding basah sang gadis.

Dengan jeritan yang ia tahan, desakan tangis bagaikan suara kesenangan itu keluar dari bibir sang gadis, apitan yang memeluk milik Rei membawa desahan ke sang pujaan, sekujur tubuh yang panas dari ruangan redup nan dingin. Kedua pasangan yang bersatu melakukan aksi cinta mereka di tengah malam.

Seperti sebuah hal yang romantis, tanpa mengetahui perjalanan yang harus di terima.

Tumbukan dari milik sang pria memukul spot sensitif dari dalam cukup membuat [name] terengah secara berisik-nya, tak kuat oleh tubuh-nya yang lemas dan perasaan panas setelah memakan makanan tadi.

Erangan dari belakang juga tak membantu untuk menghilangkan perasaan nikmat yang ia benci, tamparan antara kulit basah melengket di tiap dorongan mendalam, oleh tambahan jari sang pria mulai memainkan klitoris dari sang gadis.

Figur-nya menggeliat nikmat tak kunjung berhenti membuat seluruh pikiran-nya hampa menujui jarum angka sembilan. Tiap dorongan perasaan pun mulai makin menjadi ganas, api di perut berikal oleh tumbukan.

Goa di lebarkan menyesuaikan ketebalan sang pria, panjang yang cukup menepuk sisi spot sensitif berulang-ulang kali membuat [name] menggila oleh kenikmatan. Apitan oleh daging basah mengerat bagaikan tak ingin melepaskan milik-nya, erangan dari kedua pasangan dan deru nafas tersenggal-senggal mengerang oleh nikmat.

"[N-name]... d-dikit lagi... nhn-!"

Genggaman yang mengerat membuat pegal paha [name], di peluk oleh lengan-nya terangkat agar jalan menuju lebih mudah, erangan nikmat itu serasa makin mengeras. Tak kalah oleh energi dari sang pria sama sekali tidak berhenti, "R-rei... a-ahn~"

Kalimat keluar meleset oleh kenikmatan bercinta, aksi dari sang pria mendorong sampai ujung kedalam. Pelvis yang bertemu oleh bokong lembut-nya pelan-pelan menjadi warna merah, tamparan kulit bertamu, friksi dari luar dan dalam benar-benar dashyat.

Dorongan semakin lama semakin cepat, perkataan dari erangan tak bermunculan kata dari bibur sang gadis, di tambah jari yang memainkan klitoris-nya membawa kenikmatan geli. Tubuh yang panas menerima aksi, tidak kuat karena geli dan kepenuhan di dalam tertumbuk di tiap waktu oleh milik sang pria.

Kedua pasangan terangsang, rintihan keluar dari bibir sang pria, euforia itu membuat [name] terkadang tersedak oleh erangan-nya sendiri. Bersemu tak kalah kunjung berhenti dengan kepala sang gadis yang ia arahkan sedikit. Kedua lidah mereka menari, isapan yang di lakuka oleh Rei kepada bibir-nya membuat [name] tidak berhenti selain mengeluarkan eluhan.

Otot basah yang menari bersama, dan kenikmatan oleh penuh-nya perasaan nikmat di area bawah kewanitaan-nya.

Bau dan rasa dari [name] itu pun begitu lezat bagi Rei, ia tidak mau berhenti melakukan ini tiap hari bersama pujaan-nya. Tapi realita memanggil dan begitu kejam, waktu terpotong hanya bisa bertemu di malam hari.

Menyedihkan untuk menghadapi hal seperti itu.

Kembali ke dunia, manik merah menatap gadis di depan-nya dengan afeksi tinggi. Tidak kunjung lama, dengan satu dorongan yang sangat menekan ke dalam, aksi pun terhenti hanya menyisakan deru nafas yang terengah oleh nikmat.

Perasaan di penuhi oleh air mani sang pria di dalam kewanitaan-nya, hangat dari perasaan yang sedikit hampa waktu yang terlewati membuat sang gadis mengantuk.

Dan akhir-nya pun ia memenjamkan mata-nya sejenak, dengan diri Rei yang sibuk mengelus tubuh sang gadis.

~~~


Merah, manik [e/c] berkaca-kaca. Tertutup oleh beningan cairan mata dari penglihatan buram ia mencoba untuk tetap stabil fokus ke arah figur di depan. Langit menyapa dengan warna kelam, bagaikan sebuah badai yang akan mendatang.

Tuts piano yang berbunyi mengeluarkan melodi indah, tapi tidak untuk kala hari ini. Melodi cenderung jahat, menyembunyikan semua dalam seringaian keji milik-nya, jari lentik yang memainkan-nya memcerminkan perasaan tersembunyi dari tuts tersebut yang sengaja ia tekan secara paksa membuat beberapa nada false.

"Kau menyukai-nya...?" Wajah itu tersenyum secara lebar-nya, merasa seperti ia tidak bersalah dalam hal ini, "A-apa... maksud ini semua?"

Merinding ketakutan figur diri-nya mengaku, "Ini semua...? Hmm, sebuah portrait tentang mu... entah sejak kapan awal bertemu hanya kamu satu-satu-nya inspirasi, dan membuat diriku berulang-ulang kali membuat-nya [name]... kamu terlalu cantik, jadi aku sama sekali tak bisa berhenti,"

Bagaikan melihat sebuah mawar yang berjatuhan, di mata sang gadis ia adalah sebuah duri dari tangkai mawar tersebut, cantik tapi mematikan. Walau wajah tampan membuat banyak semua orang dari tua dan muda luluh, kecenderungan di mata adalah dari ekspresi tak terbaca oleh-nya.

Nihil bahwa ia juga termasuk orang salah satu itu, jatuh di jebakan pas awal bertemu, wajah tampan itu memberikan ekspresi lembut menawari bahwa ia adalah orang yang tak akan menyakiti.

Tapi sekarang apa?

Tak tau arah dimana rumah ini, sedangkan lingkungan indah sayang tertutupi oleh pohon lebat. Memberi usik ke [name] karena merasa putus asa.

"Sakuma...-san... semua ini apa..?" Menatap banyak lukisan di seberang ruangan, ia melihat-nya secara ngeri. Perasaan di dalam benak hati-nya menyuruh ia untuk lari, dan kabur secepat-nya. Tetapi di pikiran diri-nya ia tau bahwa aksi itu akan sangat amat mustahil.

"Oh, ini~ tentu lukisan tentang dirimu, semenjak awal bertemu... hamba tak bisa berhenti memikirkan-nya, kamu terlalu sempurna, ingin sekali hamba lukai tapi... engkau sangat amat berharga, engkau inspirasi ku... kau menyukai-nya?"

Tanya Rei, nada tersembunyi memiliki ciri jahat tak ada pilihan lain selain menerima kenyataan. Dekapan sang pria memeluk figur mungil diri sang gadis, meremas di pelukan-nya secara pelan. Mendesah senang pas mengetahui ia itu nyata.

Lukisan di depan terlihat begitu detail, dari segi muka, dan ekspresi begitu tepat. [Name] di sana hanya bisa terdiam membeku pucat oleh apa yang ia lihat dan apa yang terjadi pada-nya. Terbangun ke rumah asing, bersama orang yang ia kenal.

Gadis yang masih beranjak umur SMA kelas dua itu terjebak di dalam rumah besar, tanpa siapa pun atau pun pembantu yang ada terkecuali diri orang Rei yang akan pergi kerja dan datang pulang menemani diri-nya

Setiap aksi yang di ketahui adalah Rei yang akan selalu memasak suatu makanan ke diri-nya, sayang makanan itu selalu ada nama-nya obat-obatan dengan efek besar.

Antara Obat Tidur dan Obat Perangsang, hubungan tidak sehat dari kala waktu di habiskan oleh mereka. Mungkin [name] bersyukur oleh Rei yang tidak akan menyakiti-nya, terkecuali aksi mesum dari nafsu.

Bagi Rei, [name] adalah karya sempurna. Ia mengerti kenapa Shū begitu menganggap Nazuna sempurna dan wajib di tata rapih, perasaan itu ia rasakan pas awal bertemu. Gadis yang telah di setujui menjadi istri dalam hubungan pernikahan sesama bisnis.

Tak ada kala waktu di mana Rei berhenti memuja cinta-nya ke [name], menandai-nya, dan memeluk atau mencium-nya dengan afeksi besar.

Delineation adalah aksi menggambarkan secara detail, maka demi cinta memujai sang pasangan ia sang pria mengambil kuas dengan niat menggambarkan sang gadis.

Walau obsesi itu sampai berulang-ulang kali, karena bagi-nya sama sekali tidak cukup...

~♡~

[Unedit]

Umm... dah lama gk nulis anuan dengan bahasa indonesia, jadi semoga suka?

Bisa dikata ini adalah "smut" pertama dengan bahasa indonesia di tahun 2021 ini lol.

Minggu, 12. Desember, 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro