✎៚┆Prolog
Jingga selalu menyertai cerita sepulang sekolah yang begitu candu tuk di kenang. Dengan senja sebagai pemicu. Dan takdir sebagai alasan kedua insan bertemu. Tak hadir kata dusta dan angkara atas cinta yang bersemu. Pula pada rindu.
"Kak. Sudah ku bilang untuk tidak merokok di area sekolah kan?"
Lensa secerah mentari senja menyingsing sebab kata. Memicu gerutu dalam raga. Tatkala sebatang rokok yang bertengger di sela jarinya terampas oleh ulah sang gadis jelita.
"Bawel." hela napas menjeda percakapan. "Balikin rokoknya."
Gadis di hadapan menggeleng tegas.
"Ga bisa. Mas Hanma kudu temuin Pak Takeomi dulu."
Pitam membuncah, kala diri mendapati perlawanan dari sang gadis yang di luar ekspetasi. Gawat ini. Pak Takeomi bukanlah orang lemah lembut yang mampu mengayomi penuh siswa berandalan seperti dirinya.
Kudu piye nek wis ngene?
(Harus gimana kalau sudah gini?)
"Cabut ah." Hanma bergumam pelan.
"Kak!" tak disangka, kini lengan berhasil ditarik paksa olehnya, membuat diri pada detik berikutnya terhempas kasar pada jok motor, mengaduh.
"Duh! Dek. Tenaga mu ga ngotak lo." pandang kini di sambut oleh raut wajah yang sulit di jelaskan. Tak jelas. Pula apa yang tengah ia sembunyikan dalam temaram jingga senja.
"Ka-kakak dulu yang mulai. Lagian ga boleh gitu. Temuin pak Takeomi sekarang atau besok masalah nya bakal makin runyam."
Pada akhirnya, alasan classic seperti itulah yang meluncur keluar dari raga. Meski kini ribuan alasan tengah terjejer rapi dalam angan. Segan dirasa. Sebab bagaimana pun, pemuda di hadapan ini lebih tua dua tahun darinya.
Pemuda dengan surai dwi warna kini bangkit dari jok motornya. Percuma berdebat, tak ada guna. Untuk selepasnya diri putuskan melenggang pergi menuju lobi. Mengabaikan sosok sang gadis yang terus memanggil dirinya agar kembali.
"MAS HANMA!! PUNTUNG ROKOKNYA DI BERESIN DONNGG."
-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-
"Malesin."
"Mas Hanma, astaga."
"Beresin aja sih apa susahnya."
"Nggak gitu. Motornya Mas Hanma kan di sini!"
"Lah, kelupaan."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro