Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[ii-07] PENANGKAPAN

Vote dulu sebelum baca yaaaa....
Sebenernya males update karena vote turun. 🧟‍♀️
Kalau balik 20 vote, aku update bab terbaru.

**********

Ketua Park memberikan dua instruksi darurat. Memindahkan markas dari Gyeonghui ke tempat lain yang dikepalai oleh Woonyoung, serta menangkap para nomaden untuk diinterogasi olehku.

Walau berat dan tahu nasibku ke depannya, tetapi aku harus menjalankan tugasku demi kepentingan bersama. Getir memang, tetapi pilihan apa yang aku punya selain bekerja? Aku hanya ingin membuktikan semua pendapat yang menyudutkan Yuri itu keliru.

Tak ada waktu untuk meratapi nasib. Jake bahkan tidak bertanya setelah aku menggosok kedua mataku dengan cepat. Dia tahu yang kuinginkan bukan kata-kata. Tepukan pelannya di pundak sudah menghibur hatiku yang remuk.

Kami pergi menuju hutan-hutan terpencil di seluruh Gangneung. Lewat komandoku pula, tim penjelajah dilarang membunuh nomaden. Cukup menangkap mereka untuk interogasi secukupnya. Ketua Park untungnya memberi perintah penangkapan vampir untuk didata identitasnya, lalu dilindungi oleh klan. Mereka harus bersatu dalam situasi ini. Bersekutu tepatnya menghadapi serangan Sowon. Ketua Park hanya melakukan usaha yang agak keras, sebab para vampir nomaden tidak suka jejak mereka terbaca siapapun. Masalahnya gesekan baru pasti akan terjadi. Perkelahian kecil tidak dapat dihindari jika nomaden salah paham. Apalagi tim di bawahku asal datang menangkap tanpa menjelaskan apapun. Tidak ada waktu untuk berdebat.

Aku lelah sekali. Sama sekali tidak punya waktu istirahat. Darah donor banyak dihabiskan oleh anak buah yang kelewat kehausan usai meringkus para vampir-vampir nomaden. Beruntungnya Divisi Komsumsi punya persiapan yang matang. Mereka menyiapkan darah hewan ternak seperti ayam, babi dan sapi dari berbagai tempat jagal. Semua darah hewan ternak dialokasikan ke sandera-sandera tersebut. Sebagian menolak karena takut mengandung racun, tetapi lebih banyak lagi yang meminumnya.

Menjelang pagi itu pula, sudah lima belas vampir nomaden ditangkap. Namun, tidak ada satu pun yang mirip Yoo Yuri.

"Jake, bawa mereka ke tempat perlindungan. Aku akan pergi menyisir hutan ini. Barangkali ada yang ketinggalan," ucapku.

"Kau sendirian?"

"Ya."

Jake ragu-ragu. Namun, tim Polaris—nama tim penangkapan vampir nomaden—kalah jumlah, hanya empat orang selain aku. Kami menguasai banyak teknik pertempuran, tetapi mengawasi 15 vampir sekaligus juga tidak mudah.

"Tapi bagaimana kalau ada serangan lain yang tidak terduga?" tanya Jake penasaran.

Aku memamerkan sebilah pedang yang berkilau dalam kegelapan. Tidak ada yang perlu kutakuti selain aku punya senjata.

"Kita punya mereka sebagai tahanan," jawabku enteng.

Gerungan marah bersahutan dari vampir-vampir yang duduk berbaris dan terikat. Aku tidak menggubrisnya. Aku duduk mengikat tali sepatu. Lebih siap untuk melacak gua-gua persembunyian.

Aku mendekat ke barisan paling belakang, mendekati vampir perempuan yang marah setelah mendengar ucapanku. Dia pasti tersinggung kusebut tahanan.

"Ada anggotamu yang selamat dari penangkapan ini?" tanyaku. Suaraku tajam dan penuh intimidasi. Vampir di depanku mengkeret.

"Bebaskan dia, jangan sentuh!" bisiknya.

"Kami harus membawa semua vampir tanpa kecuali. Bahkan anak-anakmu juga. Jika kau ingin selamat, keluargamu juga harus selamat." Aku menyita seuntai kalung murahan di lehernya. Kusimpan kalung itu ke saku jaket.

"Tidak! Kalian akan membunuh kami!"

"Dan apa kalian mengenal bau ini?" Kuacuhkan tuduhannya. Aku mengeluarkan kaos Yuri, berharap sepenuh hati akan jawaban memuaskan. Namun, tidak satu pun yang tahu.

"Mari bersihkan dirimu di markas baru!" Jake mendirikan para vampir. Tidak ada yang bisa melawan selagi Jake menarik rantai besi paling ujung, menyeret para sandera ke arah pemukiman desa di pinggiran hutan.

Salah satu vampir menoleh ke arah tebing dengan pandangan penuh kekhawatiran. Aku langsung mengeluarkan ponsel dan mengabadikan potretnya.

Jake melempar sebuah tabung serampangan ke arahku. Dengan mudah aku menangkapnya, mengamati benda kedap udara di telapak tangan. Aku membuka tutup tabung dan menemukan sebungkus plastik darah donor. Tanpa buang waktu, aku menggigit ujung dan menyesapnya sampai habis. Energiku perlahan pulih.

Aku melompat dengan ringan di antara pepohonan seperti tarzan. Lari biasa di tanah memang mudah dan lebih cepat, tetapi di atas pepohonan, aku bisa mendeteksi semua gerakan asing dari berbagai arah. Setelah melakukan pengamatan besar, aku bisa menemukan sesuatu yang aneh di sisi tebing. Aku mengejarnya dengan cepat sewaktu sesuatu yang besar menerjangku dengan benturan luar biasa.

Bahuku retak, tetapi akan pulih dengan sendirinya nanti. Masalahnya dua vampir di depanku—laki-laki besar—melindungi bocah vampir yang lemah dan tampak penyakitan. Vampir pelindung di depan itu berambut merah jagung, serta mata kuning kecokelatan mirip rusa. Dia murka karena aku hendak menyentuh vampir di sisi tebing tadi.

"Mau apa, kau?" tanya si vampir, masih defensif.

Aku lupa aturan berdamai dengan para nomaden adalah membiarkan mereka menang jumlah saat berhadapan. Namun, aku asal datang ke vampir kecil itu untuk membawanya pergi.

"Keluargamu dibawa oleh kami."

"Tidak!"

"Ikutlah dengan kami."

"Kupatahkan lehermu lebih dahulu, lalu aku bisa menyusul istriku," bentak vampir merah jagung.

"Kau berhadapan dengan Park Sunghoon, orang kedua di Gyeonghui." Pedang emas kukeluarkan. Sengaja memamerkan benda tajam itu untuk menakuti lawan. Namun, vampir itu tidak bergeming. "Kami akan menyelamatkan kalian dari ancaman Sowon, tetapi jika kau tidak mau kerja sama, terpaksa aku menggunakan kekerasan."

"Untuk apa kau selamatkan kami? Sowon atau apapun, itu urusan kalian!"

"Urusan Sowon menghabisi semua vampir, meskipun cara minum kita beda. Kita harus bersekutu," tegasku.

Tubrukan kembali tidak bisa dihindari. Dia menindihku dengan kekuatannya yang besar, tetapi teknik yang kupunya membuat keadaan terbalik. Kumanfaatkan lengannya untuk bangkit dari tanah. Di bukan lawan yang mudah karena berat badannya, tetapi aku lebih gesit dalam bertarung.

Celakanya aku memijak dataran yang salah. Kakiku terperosok ke sebuah kayu mati. Vampir itu menghampiriku dan menarik kerah baju. Aku terbanting ke udara lalu menghempas kasar di atas batu kerikil yang tajam. Untuk sesaat aku tidak bisa terbangun. Lupakan soal teknik. Lawan kali ini sangat tangguh. Minum sekantong darah hangat tidak membuatku lebih unggul.

Satu....

Dua....

Tiga....

Aku mencoba menghitung sampai sepuluh, tetapi hitunganku terlalu lambat ketika hujan bogem menghantam wajah dan dadaku. Vampir itu meninju rahangku berulang kali.

Sepuluh.

Akhirnya genap, kesadaranku perlahan pulih. Mata merah membuat pandanganku semakin tajam. Aku mendorong tubuhnya sampai terlempar dua meter. Kemudian aku mundur sebanyak mungkin, mengumpulkan semua momentum. Aku berlari ke arahnya dan meloncat ke bahunya. Lengan atasku mengunci lehernya.

"Kau mau mati?" tanyaku, siap mengeksekusi.

"Appa!" Vampir lemah di sisi tebing memamerkan seuntai kalung yang jatuh. "Ini milik Eomma!"

Vampir di bawahku tertegun. Kedua vampir nomaden ini terhubung dengan vampir yang kurampas kalungnya tadi. Aku menyeringai, masih bertahan di atas pundaknya.

Benda itu Namun, jatuh dari sakuku sewaktu berkelahi barusan. Tetapi siapa sangka jika benda itu akhirnya berguna.

"Tunjukkan persembunyian para vampir nomaden. Aku akan menjamin keselamatan pasanganmu, termasuk kalian jika bergabung dengan kami."

"Appa, ayo temui Eomma." Anak itu memohon. Ekspresi ketakutannya masih tampak. Posisiku lebih unggul. Dengan satu sentakan, leher vampir sang ayah bisa terpenggal tanpa harus ditebas dengan pedang. Anak kecil itu tahu bahaya yang mengancam ayahnya.

"Tidak!" Vampir ayah tetap keras kepala.

Aku tidak bisa asal gegabah. Namun, vampir di bawahku tidak berani beranjak. Dia memperhitungkan kemungkinan kalah melawanku. Jika aku memenggalnya, anaknya tidak punya perlindungan.

"Sowon sudah bergerak untuk menangkapmu selama berada di sini. Karena itu, pergilah ke tempat kami," bujukku.

"Tapi kami tidak mau minum dengan gaya kalian! Menjijikkan!"

"Siapa yang memaksa minum darah manusia? Tentu saja tersedia darah hewan ternak. Kami juga punya pusat rehabilitasi untuk vampir disabilitas," kataku sambil lalu.

Anak vampir tadi gugup. Dia menutupi kakinya dengan slayer lusuh, tetapi aku tahu dia cuma punya satu kaki.

"Aku tidak akan pergi."

Vampir itu menjatuhkan diri. Aku berguling di udara dan jatuh dengan posisi benar. Kilau pedang menyala dalam kegelapan, mengintimidasi mereka berdua, tetapi si vampir anak datang ke tengah dengan tangan terentang.

"Aku ikut, asal Eomma baik-baik saja," pekiknya putus asa.

"Han Jisung!"

"Kerja bagus, Nak," sahutku. Aku menyeringai, lantas kusarungkan kembali pedang itu.

Langit di timur perlahan muncul semburat sama kemerahan, sudah menjelang pagi. Aku tidak perlu mengikat kedua orang itu. Tepat pada pinggiran hutan, reuni mengharukan terjadi. Dengan menaiki sebuah truk yang akan membawa mereka ke markas cadangan Gyeonghyui di Hadong.  Sopir truk menyerahkan selusin belati perak untuk masing-masing anggota Polaris, sebagai pertahanan dari Sowon.

Aku melanjutkan ekspedisi lain bersama Jake, bergerak lebih hati-hati dengan pakaian hijau penuh klamufase. Tidak akan mudah menemukan vampir berkeliaran pada siang hari. Lebih banyak pendaki gunung dari manusia, tentunya vampir akan selalu berhati-hati.

Angin kembali menuntunku tanpa arah lagi, mengitari setiap sudut pepohonan tanpa terkecuali. Sampai sore pun, tidak ada gerakan aneh. Kekecewaan melumatku secara perlahan.

Yuri-ya, eoddiga?

*******

Hayoooo ngaku, makin baper nggak sih sama kelakuannya Sunghoon?

Banyuwangi, 07 Januari 2021
Revisi, 18 September 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro