Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[ii-06] HAEMADIPSIDAE

Jujur, kalian baca cerita ini karena apa?

Covernya?

Castnya member Enhypen?

Alur ceritanya?

Setan kalo gak jawab. No kacang, bozkueeee donat enak.

********

Di tengah kepungan dunia modern, sebuah istana berbenah. Memadupadankan dua budaya yang bersinggungan di abad 19. Istana barat itu pula menjadi saksi kerajaan, terutama sebelum menjadi Kekaisaran Han Raya.

Tempat itu semakin tersisih. Terabaikan sehingga dia menepi dalam kesunyian. Padahal tempat itu pula menjadi mata untuk melihat dunia. Istana yang mengamati tiga babak pertikaian antar bangsa di akhir 1900-an. Di ruang yang didominasi merah bernama Hamnyeong itu menyimpan banyak arsip masa lalu. Mereka menua dalam senyap, mulai tergilas bangunan dan lingkungan masa kini. Hampir di sekeliling istana penuh dengan rutinitas manusia. Deru kendaraan bising tanpa henti.

Seongwool—istana sebelah barat menjadi terabaikan. Hanya wisatawan asing yang sering mengunjungi tempat itu pada siang hari. Malamnya, gaung mistis merajalela. Bagi bangsa kegelapan, sudah lumrah melihat segalanya terlihat mengerikan.

Sangat tidak cocok melihat kursi goyang berpadu dengan lingkungan istana tradisional. Kursi itu diambil dari Balai Seokjo—bangunan bergaya neoklasik yang masih satu kompleks Gyeonghui. Kursi itu diletakkan di area peristirahatan Ketua Park.

Lupakan semua interior yang terlalu kuhafal di luar kepala.

Aku menggelengkan kepala lelah sewaktu mengunjungi pengurus istana. Di depanku, seorang pria duduk di atas kursi goyang. Bibirnya mengerucut penuh pertimbangan, demikian pada legam netranya terpaku pada dinding kayu. Lagi-lagi dia melihat dari kejauhan.

"Hanyang adalah tempat paling menyenangkan di sini. Awal kejayaan sekaligus akhir kehancuran," pungkasnya setengah melamun. Dia menyadari kedatanganku tanpa aku harus berdehem lebih dulu.

Satu-satunya cahaya dari lilin menjadi sumber penerangan, itu pun sering bergoyang diterjang angin. Namun, mataku mampu menangkap citra gelap dengan lebih baik. Cahaya lilin ataupun lampu tidak berpengaruh pada wajah Ketua Park. Dia sangat bosan dan lelah.

"Pangeran Chung, kakak Raja Sejong tinggal di sini. Jauh sebelum orang besar berambut kuning atau orang Jepang datang, Pangeran Chung menghadapi kesulitan besar. Wabah menyerang seisi kota. Tidak terkecuali anggota kerajaan. Hanya beberapa yang selamat. Sebagian melarikan diri ke Silla. Sebagian lagi ke Baekjae. Pangeran Chung bertahan, menghancurkan satu per satu mayat-mayat penduduknya."

Ketua Park sejujurnya ingin menceritakan kisah ini ke pengunjung, tetapi terlalu mustahil selain dijadikan lelucon konyol. Hanya padaku dia berbagi kisah kelam ini, ataupun orang lain yang meluangkan banyak waktu untuk mendengar cerita seram.

Di sungai perbatasan itu terdapat puluhan ribu hewan sepanjang satu sentimeter, semakin membesar mengikuti jumlah makanan yang masuk ke perutnya. Sekelompok Haemadipsidae di Sungai Imjin tumbuh berkembang biak. Ketiga bersaudara—para bangsawan yang jalan-jalan meminum air sungai karena kehausan. Telur-telur Haemadipsidae masuk ke dalam tubuh tiga bangsawan itu. Dalam satu malam, pembuluh darah dan isi kepala mereka hancur perlahan. Ketiga saudara itu menggigit lebih banyak prajurit dan pelayan yang mengawal perjalanan mereka, lalu menyerang satu desa. Manusia penghisap darah itu semakin menyebar tidak terkendali. Mereka memiliki mata merah kelabu di abad pertengahan. Bisa dibilang mereka menyerang tanpa berpikir. Penyerangan penuh kengerikan di pinggiran desa-desa sebelum merambah ke Hanyang.

Pangeran Chung berusaha melawan makhluk mengerikan sembari memegang kendali kerajaan. Tidak ada yang bisa mengalahkan makhluk penghisap darah berwujud manusia. Pangeran Chung sangat pintar. Sungai Imjin dikeringkan pada siang hari tepat pada musim kemarau terpanjang. Tombak-tombak perak dan api ditembakkan ke seluruh aliran sungai demi membumihanguskan telur-telur lintah.

Jumlah manusia menyusut drastis dalam perang melawan wabah. Banyak vampir yang ditangkap dan dibunuh. Beberapa vampir menyelamatkan diri, lari di gunung dan hutan. Namun berjalannya waktu, hewan dalam tubuh manusia terinfeksi mulai bermutasi. Lintah bertelur lewat bisa di gigi, tertanam di inang baru dan seterusnya. Namun, keturunan lintah itu tidak seganas infeksi pertama. Mereka melemah, berkat imun manusia yang lebih kebal. Akal vampir baru memiliki banyak porsi sehingga terciptalah beberapa kelompok berbeda. Ada yang minum darah donor manusia, membunuh hewan ataupun manusia secara langsung.

Kehadiran vampir yang meresahkan adalah bagian kelompok terakhir. Menghisap darah secara langsung sampai terbunuh. Merekakah para monster sesungguhnya.

Ketua Park tidak akan bisa berdiam diri jika kasus pembunuhannya sudah tiga orang dalam satu malam. Siapapun monster itu, dia harus terbunuh malam ini juga.

"Orang-orang Sowon menyadari bahwa ini perbuatan dari musuh lama mereka. Posisi kita semakin terancam, Sunghoon-ah," ucap Ketua Park. "Terowongan-terowongan harus ditutup agar penganut Gereja Sowon tidak mengusik kehidupan kita. Mari sudahi pencarian temanmu. Kembalilah ke pekerjaanmu."

"Tapi, Ketua Park," aku hendak membantah, tetapi kalimatku tersangkut sepenuhnya di tenggorokan.

Ada rasa tidak nyaman kala harus berhenti mencari Yuri. Seandainya itu benar Yuri salah satu pelakunya, otomatis aku terbunuh. Sia-sia saja aku mengurus kekacauan jika ujung-ujungnya akulah yang mati. Untuk apa aku berbuat baik jika tahu kematianku di depan mata dan tidak pernah mendapat imbalan yang pantas atas semua dedikasiku tujuh puluh tahunan melayani Ketua Park?

Lucu sekali aturan vampir. Tidak ada toleransi layaknya manusia. Sekali dibuang, dia hancur tanpa menjadi apapun.

Aku menutup mata, menghipnotis pikiranku sendiri bahwa Yuri bukan seperti yang diasumsikan Woonyoung.

Kukira Ketua Park membicarakan seluk beluk asal manusia terinfeksi menjadi vampir, ternyata mengkhawatirkan penganut taat anti-satanism bakal menyerang pusat kendali para vampir di Istana Gyeonghyui.

"Bagaimana jika kita bakar istana ini seperti sebelumya?"

Aku tidak menyukai gagasan tersebut. Namun, jika orang-orang Sowon datang menghancurkan kami—yang terbatas jumlahnya—tentunya bukan pilihan paling menyenangkan.

"Kita pindah ke mana, Ketua?"

"Gangneung. Malam ini juga kita pergi menghapus semua jejak eksistensi vampir. Lusa, lakukan penangkapan para nomaden."

"Apa? Ini bukan Anda yang biasanya, Ketua," balasku. Aku sama khawatirnya dengan pria berkepala plontos itu.

"Sowon menemukan tempat kita berkat pembantaian tiga manusia. Masih kau pentingkan teman terkasihmu itu, Nak?"

Sindiran telak itu membuatku menelan ludah.

"Tidak," kataku. Gugup bukan main.

"Anh Jeonghwi akan dipenggal malam ini." Ketua Park memberikan perintah pada anak kecil yang kubawa.

"Buktinya tidak kuat. Gigitan di leher mayat-mayat itu tajam dan lebar. Mustahil Jeonghwi pelakunya. Mungkin dari sini," aku mengeluarkan kaos milik Yuri di depan Ketua Park, "kita bisa menemukan petunjuk pembuat onar Jongno."

"Vampir itu sudah tidak penting. Sowon-lah masalahnya," tegas Ketua Park.

"Ketua, ini tidak benar."

Bukan cuma Yuri yang kuperjuangkan. Aku sadar bahwa yang dialami Yuri—termasuk aku juga—sangatlah tidak adil. Aku akan mati dikorbankan, ikut andil menciptakan masalah fatal. Berbenah sedikit lalu dipenggal begitu saja.

Aku menggeram kecewa. Ketua Park tahu perasaanku. Dia tersenyum bersalah.

"Andai saya disalahkan karena dituduh membunuh manusia, akankah Anda bersedia mati bersama saya, Ketua?" tanyaku.

"Tentu, Nak."

"Tidak. Anda lupa pengorbanan putri Anda demi kebaikan bersama? Demi menyelamatkan leher Anda sendiri. Sekarang Anda mengorbankan saya, padahal sebenarnya, Park Sunhwa yang nyaris membunuh saya. Dan Anda menyelamatkan hidup saya, memberi kehidupan baru demi posisi Anda tetap terjaga. Anda tidak akan membiarkan kesalahan Sunhwa membuat kekuasaan Anda jatuh, kan? Dengan menghancurkan saya, bukan masalah, tetapi bagaimana pengorbanan Sunhwa?"

Mata pria itu menggeletar. Kenangan lama menghunjam telak. Bagaimana perkelahian terakhir dengan para penganut Sowon terjadi, membuat putri Ketua Park merelakan hidupnya demi menyelamatkanku dari pengejaran, termasuk Ketua Park sendiri. Sama halnya dengan aku yang tertarik pada leher Yuri di malam Halloween, Sunhwa menggigitku. Namun, dia tidak bisa mengendalikan diri dalam menghisap dua pertiga darahku.

"Sunghoon-ah," Ketua Park memanggilku, benar-benar kelelahan harus berdebat.

"Yoo Yuri bertemu dengan pelakunya. Dia satu-satunya yang punya petunjuk. Ini alasanku terus melacak Yuri. Aku harus menangkap bedebah gila itu dan Anda meminta penyelidikan diakhiri, lalu aku terima nasib kalau pedang Woonyoung mencium leherku sampai putus tanpa menangkap apapun. Akankah Anda meminta Yuri ditumbalkan pada orang Sowon untuk dibantai?"

Aku berbalik, sulit merendam gumpalan emosi. Aku tidak peduli dengan sekte dari Sowon, meski bakal mengancam sistem kami dengan jumlah darah yang terbatas. Bahkan bila harus terlibat perang, bukan masalah. Yang penting Yuri yang harus hidup.

Jake menyusulku dengan pandangan bingung. Suara langkah kakinya yang cepat sulit menyamai kakiku. Aku berlari memanjat gedung, meloncat begitu saja dan setelah cukup jauh memunggungi istana Gyeonghyui, dadaku terpompa habis-habisan. Aku berteriak penuh kecewa.

"Wah, kebakaran!" tunjuk Jake. Napasnya tersenggal dalam upaya menyusulku.

Namun, untuk pertama kalinya semenjak aku terbangun sebagai vampir, air mataku basah oleh ketidakadilan yang menghinggapi takdirku dan Yuri.

"Uwoooo.... Sunghoon-ah, kau menangis?" Jake berempati.

Aku menarik napas berat, menatap langit subuh. Hamparan yang luas itu memang tidak bisa kuraih, tetapi aku sudah membulatkan tekad.

"Kita kembali ke hutan, menangkap semua vampir nomaden," kataku, bicara mononton. Namun, sorot mata merahku yang murka penuh kekuatan baru.

***************
To be continued


Sudah mulai ngesot nulis sejalan dengan lemotnya vote masuk.

Mungkin karena lagi dapat tuntutan ngisi konten kreator kali ya, jadi waktunya kebanyakan buat isi template/gambar editan. Buat berimajinasi lagi mulai bengek. T.T

Ini salah satu template di akun IGku sendiri lho. Belum lagi di tempat lain. Kuy follow @Ravenura

Btw teman-teman, cuaca semakin dingin. Tetap jaga kesehatan. Makan bergizi, olahraga teratur, istirahat cukup, jaga pikiran selalu happy ya. Pandemi belum usai meskipun vaksinasi Covid mulai berjalan minggu-minggu ini. Jumpa lagi dengan part selanjutnya.

Terima kasih untuk 1k vote yang masuk.

Jujur ini record tercepat nulis ff 2 bulan udah mencapai 4k view. Jika berkenan, silakan mampir baca FFku yang masih on going. Judulnya When You Call. JASUKE + Ni-Ki bakal mengisi kalian.

Atau kebetulan bucin Produce Kwon Eunbi, kuy mampir ke lapak cerita lain dengan genre lebih beragam.

Banyuwangi, 06 Januari 2020
Repost : 18 September 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro