Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[58] TETESAN SURGA

GAK MAU TAHU POKOKNYA AUTO UPDATE HARI INI. EXCITED BERAT YA LORD, INI DUO VISUAL ENHYPEN AESPA 1 FRAME, MESKI RADA JAUHAN POSISINYA.

GAK PERNAH KEBAYANG BENERAN, AKU SISIPIN WOONYOUNG SEBAGAI SECOND LEAD DI FF INI. KETULIS AKHIR TAHUN 2020 PULA. MANA SI YOO YURI PINJEM VISUAL KARINA.

MAK, TOLONG MAK!

DI TWITTER, AKU HEBOH SENDIRIAN.

KOK BISA SIH MEREKA 1 FRAME, INI MIMPI KAN?

GAK, GAK MIMPI. EMANG DAH SAYANG SAMA MUBANK. TIAP JUMAT SEMOGA MOMEN ENHYSPA TAMBAH BANYAK.

UDAH GITU GALAU MILIH YANG MANA, ABISNYA ENAK. TAPI YG PENTING SELAMAT BUAT PEMENANG CHART MINGGUAN BUAT LAGU COMEBACK ENHYPEN-AESPA

22 OKTOBER 2021
15:58 WAKTU INI BAHAGIA

"Jay, bagaimana kau menjadi vampir?" tanyaku.

Aku tahu apa yang kulakukan sangat menyebalkan. Tidak bisakah aku menyembunyikan jati diri lebih lama? Plus aku tidak punya alat pelacak seperti di film-film sebagai antisipasi kalau aku dalam keadaan bahaya. Aku memang benar-benar disandera oleh temanku sendiri.

Oh, Tuhan segala agama, kalau memang ada keajaiban, bantu aku keluar dari situasi canggung ini. Aku tidak segan mati kalau sumber petaka makhluk kesayanganmu yang bernama homo sapiens selamat lebih dahulu.

Kau boleh menghabisi kami kalau semuanya beres dan manusia-manusia amoral habis juga.

Kutatap vampir yang meneguk darah di gelas. Cara dirinya menikmati minuman, tentu saja mengusikku. Kelihatan enak, terutama di saat aku sangat kehausan.

Cinta pertama? Hah, ironis nan tragis.

Aku tidak percaya bahwa cinta pertamaku juga menjadi vampir.

Lucu sekali kondisi yang dihadapi olehku sekarang.

Sama halnya dengan Sunghoon, aku ingin ada pengampunan atas dosa yang tidak perlu dilakukan. Namun, untuk pertama kalinya, aku harus memancing informasi dahulu. Aku tetaplah umpan yang dilempar Seokjin ke Pendeta Sowon, lalu dilempar lagi menangkap ikan yang lebih besar.

Namun, ikan besar di depanku tidak punya sekutu. Hanya seorang diri dan hebat sekali melakukan segalanya tanpa diketahui siapapun.

"Jay, aku baik-baik saja. Tolong lepaskan aku. Kita teman, kan?" tanyaku penuh harap. "Apa aku punya salah padamu? Kalau begitu, aku minta maaf, hm? Chingu-ya, nal bonae jusigi balabnija, eoh (Kawan, tolong lepaskan aku). Mianhae, jeongmal mianhae."

Jay masih bungkam. Dia menuangkan botol lain dari lemari pendingin kimchi. Aroma amis menyembur kencang, terutama karena seraut pasi manusia tertangkap olehku. Aku membuka mulut, tidak mampu berteriak saking kagetnya.

Ada berapa banyak mayat tersembunyi di rumah ini?

Aku mual. Sangat ngeri karena melihat botol berisi darah yang terlalu kental. Aku heran bagaimana Jay menguras darah korbannya sampai sekental itu. Aku memang seorang vampir, tetapi, ayolah. Tetap saja itu tidak manusiawi, terutama karena aku sudah terbiasa menghabisi hewan berkaki empat di gunung.

Jay meletakkan gelasnya. Seringai kejinya terpampang, sehingga aku tidak bisa mengenali sosok Jay yang hangat lagi. Dia sangat menakutkan saat langkah kakinya mendekat ke arahku. Telapak tangannya menyentak rambutku untuk mendongak.

"MINUM!" perintahnya seraya menarik rahang bawahku. Aku mati-matian mengatupkan bibir rapat-rapat.

Sampai kapanpun, aku tidak akan minum darah hasil pembunuhan manusia. Aku melotot marah ke arah Jay.

Baiklah, dia musuhku sekarang. Namun, aku harus tahu kenapa dia bertindak terlalu jauh seperti ini.

"MINUM!" perintahnya.

"Thidhhek!" Aku menolak. Ucapanku tidak jelas karena bicara tanpa membuka mulut. Aku sangat marah, terhina dan kecewa. Mana Jay yang kukenal baik? Kenapa dia menjadi monster? Ayolah, siapa yang mengubahnya menjadi berjiwa iblis ini?

"VAMPIR HARUS MEMANGSA MANUSIA, YOO YURI. MINUM!"

Aku menggelengkan kepala sebagai pemberontakan. Semakin kuat gerakanku, semakin keras Jay menarik mulutku. Dia mengerucutkan mulutku sehingga deretan gigiku tampak. Aku bergidik penuh kejiikan selagi cairan kental macam lem cyanoacrylate mengalir dari botol plastik.

"Jangan, Jay. Kumohon!"

Tidak ada ampun. Jay terkekeh senang selagi darah memenuhi rongga mulutku. Aku terbatuk dalam upaya memuntahkan darah campur beberapa elemen lain. Rasanya seperti jelly dan sangat berbuih. Tentu saja itu darah basi.

Aku menangis, terutama karena rasanya sama buruknya dengan wanita diperkosa. Aku ditelanjangi oleh darah basi.

Kebencianku semakin tidak terkendali.

Jay memang iblis.

"Kenapa kau perlakukan aku begini, Jay? Apa masalahmu, hah?" Aku meludahkan residu darah yang masih lengket di pangkal lidah.

"Bunuh manusia! Kenapa kau tidak bisa bunuh manusia? Bantai mereka. Habisi dan hisap kuat-kuat darah yang mengalir. Kenapa kau tahan dirimu? Puaskan dahagamu dan kita akan menguasai dunia."

Aku tahu, Jay tidak mungkin segila itu. Lintah yang mengalir di seluruh pembuluh darah Jay telah membajak kewarasannya.

Benar-benar bocah malang. Tentu saja aku kasihan dengan kesendiriannya selama ini.

"Tukang onar, pantas saja kepalamu mahal harganya!" komentarku, sekali lagi membuang ludah. "Kalau aku minum darah dengan caramu, membunuh manusia secara acak, apakah kau akan lepaskan tanganku dari ikatan sialan ini?"

"Tentu saja. Bangsa kita harus memimpin dunia."

"Oke, kalau begitu. Lepaskan aku."

"Tidak. Tidak sekarang. Kau harus minum darah ini, Yuri-ya. Kau tidak tahu susahnya aku mendapatkan tetes-tetes surga ini. Minumlah, Kawan!"

"Jay!" Aku memanggilnya putus asa.

"Aku percaya padamu kalau kau minum darah manusia." Jay tidak mau mengalah. Dia mengedipkan salah satu matanya. "Ah, kau mau darah segar? Baiklah. Akan kutangkap satu, sepuluh, atau seratus. Akan kuberikan padamu."

Dasar sinting! Aku tidak akan mengenal Jay lagi. Dia memang sangat menyedihkan. Tangisku semakin pecah karena cinta pertamaku benar-benar rusak. Aku benar-benar ingin menolongnya.

Dia harus diampuni karena ketidakberdayaannya melawan parasit di dalam tubuhnya.

"Oh, Jay. Bagaimana kau menjadi vampir?" tanyaku, kembali terbatuk-batuk karena tangis.

"Apa kau suka aku, tertarik pada kisahku? Baiklah. Akan kuceritakan, hahahaha."

Setiap kali binar mata jahil, senyum lebar dan kekehan yang bergema itu muncul, dadaku semakin sakit. Jay memang gila, dan dia harus diberi penenang agar kegilaannya bisa dikendalikan. Bukankah Gyeonghui punya cara untuk membina vampir-vampir baru? Aku yakin, Jay akan bisa diselamatkan.

Aku bisa menjaminnya. Dia tidak akan mengulang kesalahan karena mendapatkan kesempatan kedua.

"Dari mana aku harus cerita? Hahahaha. Aku punya kisah panjang, Yoo Yuri. Haruskah kita mulai petualanganku mendapatkan mangsa pertama?"

"Versi singkat saja, Jay. Pertama, bagaimana kau bisa digigit dan oleh siapa?"

Aku tidak punya waktu singkat untuk mendengar ceritanya. Waktuku sudah terbuang satu hari. Aku punya batas dua hari lagi dan aku tidak rela menyerahkan Jay begitu saja. Aku harus tahu apa yang terjadi padanya.

Seandainya Jay dibina oleh vampir Gyeonghui atau nomaden, tentu saja dia akan baik-baik saja. Bebas dari hukuman. Masalahnya, selama tiga tahun terakhir atau lebih, Jay sendirian melakukan tindakan yang salah. Bukankah dia korban dari vampir lain?

Sulit bagiku untuk percaya bahwa Jay jahat. Aku masih terlalu bias kepada sahabatku. Padahal tiga mayat sudah berserakan di rumah ini.

"Aku pergi ke Amerika hari itu dengan mendapatkan beasiswa, bakal dilatih sebagai atlet bisbol. Aku tinggal di rumah yang dikelola pasangan Amerika-Prancis. Tiba-tiba aku bangun dan menggigit teman sekamar, lalu kudengar, manusia tidak seharusnya hidup mewah. Manusia hanyalah makanan."

"Kau sendiri, bukannya juga manusia?"

"Tapi aku terpilih, Yoo Yuri. Aku terpilih sebagai pemburu darah."

"Jay, konsepnya tidak bisa begitu. Kau tidak boleh membunuh manusia sembarangan."

"Apa bedanya dengan kalian? Kita sama-sama minum darah. Lebih gampang tinggal terkam. Kau takkan kesulitan berburu hewan menjijikkan. Tinggal beberapa langkah di depan pintu, kau dapat membantai satu distrik." Tangan Jay menuding ke arah pintu rumah.

"Jay, kau tidak boleh keji."

"Apa bedanya? Kalau hewan-hewan buruanmu mati, apa bedanya? Kau akan haus dan akhirnya minum darah manusia," sambar Jay.

"Jay!"

"Manusia tidak bisa memanusiakan manusia lain," tukas Jay.

Aku membenarkan opini itu. Masih banyak pelaku kriminal bertebaran di luar sana. Mengganggu yang lemah, merampas harta yang bukan haknya, dan menghancurkan setitik harapan. Namun, tidak semuanya jahat. Mereka bertindak karena alasan, entah kelaparan atau pekerjaan yang menjadi motifnya.

"Begitu pula ayahku, Yuri-ya. Dia membuangku demi bisa hidup nyaman dengan istri baru setelah sebulan kematian ibuku. Kubantai dulu kakak tiri di flatnya."

Jay melempar bingkai foto, memuat empat orang tertawa semringah menghadap kamera. Yuri tidak salah ingat.

Wanita muda berkuncir itu sangat mirip dengan wanita yang membiru di sebuah flat. Aku teringat saat Woonyoung menuduhku sebagai pelaku. Ah, tentu saja aroma pakaian baru sangat kental. Beberapa hari sebelumnya, aku keliling mal bersama Jay untuk membeli pakaian baru.

"Aku kirim foto kematiannya. Mereka menggila dan kuhabisi seketika, tapi aku memberikan kematian secara pelan-pelan. Darahnya tidak kuhisap habis. Mereka masih hidup selagi adik tiriku tergigit. Taringku menancap di leher tipisnya."

Tawa Jay membahana. Memekakkan sekaligus menyedihkan. Kemudian raut wajahnya tertuju padaku.

"Seorang vampir menarik perhatianku. Siang malam berada di dekat rumahmu. Sebagai teman lamamu, Yoo Yuri, tentu saja aku penasaran. Apa yang dia lakukan. Kemudian aku tahu cara minum yang menjijikkan itu. Aku tahu aturan mereka, jadi kubunuh lagi manusia-manusia untuk mendapatkan reaksinya. Bagus sekali! Jika Sunghoon itu mengikutimu, kuikuti ayahmu karena dia sangat berbeda saat di luar rumah. Wow! Pendeta Agung di gereja." Jay mengejek.

"Sempurna sekali! Aku punya mainan yang lebih besar. Tinggal tunggu waktu bahwa mereka akan saling menghabisi."

"Hebat, Jay!" Aku memicingkan mata penuh kengerian.

"Ada yang lebih hebat lagi. Katamu, kau banyak menghadapi masalah. Kuhabisi semua teman SMA-mu. Yang terakhir adalah Jung-A. Darahnya enak sekali. Kuhabisi dia sampai dagingnya menciut. Ah, seharusnya kuberikan padamu. Sebentar, sepertinya kusisakan sebotol di sini."

Jay bergegas mengambil botol bekas whisky keluaran lama. Dia memamerkan botol yang berembun, penuh suka cita.

"Kau harus minum darah musuhmu, Yoo Yuri!"

Kukira, aku bisa mengatasinya. Jay pasti akan mendapat pengampunan. Namun, dia lebih dari sekadar tukang onar.

Aku ingat posisiku terjebak saat ini adalah menjadi umpan. Baiklah, aku akan menyerahkan tukang onar ke salah satu pihak. Entah Gyeonghui atau Sowon, Jay dan aku tetap akan mati. Setidaknya aku harus bertahan dan mendapatkan ampunan demi Sunghoon.

Pemuda yang kusukai berhak untuk bahagia.

Aku tidak mau ada perselisihan hanya karena Jay mengadu domba.

Pengorbananku saat ini tidak boleh sia-sia. Aku harus melawan sahabatku sendiri yang tidak waras itu.

"Aku takkan biarkan impianmu terjadi, Jay. Manusia dan vampir bisa hidup berdampingan. Dan kau," aku menarik napas, "akan mati lebih dahulu sebelum aku."

***

Revisi, 24 September 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro