1. PEMBEBASAN
Akhirnya seluruh lapisan epidermis memandikan cahaya hangat matahari. Setelah hitungan malam yang tak terhingga, sampai aku lupa menghitung berapa garis yang berhasil kucoret. Aku menghirup napas penuh kelegaan. Namun, hangatnya matahari ataupun segarnya oksigen yang kuhirup bukanlah segalanya.
Perjalananku masih sangat panjang. Paling tidak, hidupku menjadi lebih baik daripada terkurung di bawah tanah dengan kehidupan yang sangat mengerikan dan brutal. Aku tidak mau terjebak dalam neraka kesunyian ataupun takut terbunuh dalam kondisi tubuh koyak
Aku menginginkan hidup, diperlakukan sebagai manusia yang sesungguhnya. Aku bahkan tidak ingat sejak kapan aku terkurung di sini atau alasan apa yang membuatku harus tinggal di tempat yang tidak layak, lembab dan berebut makanan.
"Jangan terlalu dekat manusia. Berjalan saja dan pastikan mereka bisa melihatmu berjalan paling depan untuk pergi ke puncak-puncak Gunung Jiri," pesan seorang vampir dengan senyum sinis. Dia terus melangkah, mengabaikan aku yang berjalan terseok di belakang.
Mungkin itulah pekerjaan yang harus kulakukan. Mengabaikan orang di di sekitarku.
"Kalau mereka tanya, tak usah jawab. Jalan saja!"
Aku tetap diam, membiarkan vampir angkuh di depan memandu perjalanan kami. Aroma bunga gandum kuda masuk sampai jauh ke dalam hutan klimaks. Sayap burung berkepak menjauh ke puncak pepohonan. Dedaunan semakin merunduk ke bawah. Gelap bersama langit yang perlahan memasuki malam. Aku mendongak, menatap kosong seisi hutan.
"Kau dengar aku?" Vampir itu berbalik. Tatapan tajamnya menghunus seolah tak segan untuk mencabik jantungku sampai menjadi butiran pasir.
Aku menundukkan kepala. Terlalu enggan untuk balas menatapnya. Jika menjawab pun, aku bersalah. Kukertakkan gigi, menahan diri untuk tidak bersuara.
"Kalau ditanya, jawab, Bodoh!" Dia mengertak, lengkap dengan tinju kasar yang tepat sasaran menghantam ulu hati.
Seluruh tubuhku tertekuk 90°. Sempurna sekali membungkuk ke arahnya sambil menahan nyeri yang luar biasa. Dia terbahak-bahak, siap mencincangku tanpa ampun. Namun, aku tak mau mencari masalah di hari pertamaku bebas dari penjara bawah tanah.
Aku segera berdiri tegap, tanpa menunjukkan emosi apakah ini menyakitkan atau tidak. Aku mengatur napas agar terlihat tenang.
"Dasar sampah! Kau harusnya mati saja seperti pendahulumu!" Dia kembali melangkah, bosan karena ucapannya tidak pernah kutanggapi.
Aku mengikuti jejaknya. Menjadi ekor tidak berguna selagi sosok di depanku berlari cepat menuju tempat baru yang bakal menjadi babak kehidupanku yang baru.
Kemarin aku dipanggil oleh pengawas penjara. Sama halnya dengan vampir di depanku, para pengawas yang berjumlah dua orang membawaku pergi ke ruang atas. Aku didudukkan di sebuah bangku panjang. Sikap mereka yang dingin telah mengintimidasi, sehingga aku takut mati kalau berani melirik apapun.
"Hasil tesmu bagus. Kau bisa keluar untuk hidup berdampingan dengan manusia. Untuk sementara, kau berada di pinggiran kota dulu."
Vampir di depan memiliki aura ningrat. Wajahnya bersih sekali, meski cekungan matanya sangat dalam. Dia tidak punya ekspresi selain membaca pikiranku, tetapi aku sama datarnya, tak mau menunjukkan betapa leganya bisa bebas dari kurungan.
"Ada tempat untukmu. Kalau mau, kau bisa menjadi penjaga gunung dan menyelamatkan orang-orang tersesat di sana." Si wajah ningrat bicara.
"Baik." Aku menyahut pelan. Sangat bijaksana meneladani caranya bicara.
"Kau ingat aturannya? Pertama, jangan bunuh manusia apapun yang terjadi. Kedua..." Dia sengaja menggantungkan kalimat, memberi kesempatan untuk bisa kulanjutkan.
"Tidak membongkar rahasia vampir." Aku bicara bak robot.
"Bagus. Kau bisa pergi ke seksi kependudukan untuk mengambil namamu."
"Baik."
Apapun yang terjadi di kota kecil itu, aku hanya harus berhati-hati untuk tidak melanggar aturan. Aku menarik napas, siap untuk melakukan perjalanan baru. Dengan keluar dari bawah tanah, menghirup udara bersih dari dedaunan dan jalan yang lembab usai diterpa hujan yang mengguyur lama.
"Kau tak layak hidup, tahu? Ketua terlalu lunak padamu. Kalau sampai seperti pendahulumu, awas saja kau!"
Aku mengepalkan tinju sebagai upaya menahan diri. Aku mana tahu apa yang terjadi pada pendahuluku. Aku tak pernah kenal dan tak pernah tahu siapa pendahuluku. Satu hal yang kuketahui adalah semua orang membenciku karena aku adalah ciptaannya.
Kepalan tanganku disalahpahami oleh vampir pemarah itu. Dia mendorongku sampai terpental ke belakang. Salahku adalah terlambat menghadapi serangannya.
"Marah, huh? Ayo hajar aku! Lakukanlah! Kau sampah, apa bedanya dengan pendahulumu, huh!" Dia berdiri dengan dendam kesumat melahap seluruh tubuhnya. Mata merah menyala itu sangat menakutkan.
Parahnya, sikap apatisku memancing kemarahan yang lebih besar. Dia menganggapku telah meremehkannya. Namun, aku memang malas meladeninya karena dia tak pernah berhenti meremehkan aku. Diam salah, bertindak salah. Aku hanya akan salah terus di matanya yang penuh kebencian.
"Brengsek!" Dia memaki lagi.
Aku mengusap serpihan debu yang menempel di wajah. Aroma tanah humus sangat menentramkan. Aku menghirup sebanyak mungkin demi menghalau kemarahan tidak perlu. Dia berjalan lagi sambil mengentakkan kaki.
Bertugas sebagai jagawana bukanlah pilihan yang buruk. Aku memungut daun yang jatuh penuh minat. Sangat lega bisa lepas dari kurungan paling brutal yang menyebabkan para tawanan saling mencabik satu sama lain demi setetes darah. Aku mengernyit sedih setiap mengingat kelam dan kejamnya hidup yang kualami.
Selama bisa menjauh dari klan Gyeonghui, aku akan baik-baik saja.
"Cepat bergerak, Bodoh!" Vampir di depanku kehilangan kesabaran. Sebelum kena tendang lagi, aku bergerak dan kulepaskan setangkai daun ginko yang layu.
Kutatap punggung besar vampir itu. Kalau menilik sikapnya terhadap vampir ningrat yang membebaskanku sebelumnya, vampir angkuh yang menjadi pemandu hari ini pastinya sangat baik. Namun, kebenciannya telah mengikis kebaikan si vampir. Dia jahat hanya di depanku-aku memejamkan mata sedih-sebagai ciptaan si iblis. Dia hanya tidak suka pekerjaannya mengantarku pergi ke hutan.
Aku adalah korban dari gigitan monster. Kehidupanku mati dengan terbunuhnya aku sebagai manusia. Namun, mereka lupa bahwa aku juga sama seperti yang lain. Bisa hidup bebas untuk mencari siapa diriku dan siapa keluargaku.
Semenjak dibawa sekelompok vampir di tengah hutan, aku dibawa seseorang. Aroma wangi memikat anehnya sangat tidak asing. Kuterjang dia bersama rasa haus yang memuncak. Namun, seseorang melindunginya, terutama si vampir ningrat yang mengurungku.
Park Sunghoon-ketua klan Gyeonghui yang baru itu punya teman yang aromanya enak sekali. Setelah itu, aku tak pernah melihatnya lagi.
Tenggorokanku terbakar lagi. Aku memejamkan mata sambil berjalan, memohon agar tidak hilang kendali.
Ini hari pertamaku bebas berkeliaran di dunia manusa. Kalau kedokku terbongkar, aku bisa mati. Mati tidak terlalu buruk, tapi proses kematian disertai luka, sakit, teror, dan segala kebencian melumat detik-detik kematian pasti tidak menyenangkan. Aku benci saat sekaratnya nanti.
Lelehan dari bawah lidah semakin banyak. Aroma vanila dan lily meninju hidung tanpa ampun. Aku terjebak dahaga yang amat sangat.
Begini saja aku bisa hancur karena aroma manis. Satu-satunya sumber yang membuatku bertahan adalah aroma manis perempuan itu.
Namun, lamunanku berhenti begitu aroma daging hangus, pedasnya makanan fermentasi dan beragam aroma manis dan kecutnya manusia yang menyatu. Sekali lagi aroma itu meninjuku.
Aroma kehidupan.
Darah yang mengalir dari beberapa manusia yang melakukan pesta kecil-kecilan di depan pondok untuk makan malam, terlalu menggoda.
Tanganku terkepal di balik saku mantel panjang. Hasrat membantai itu terlalu kuat. Aku hanya tidak ingin melakukannya, tapi kenapa itu sulit? Haruskah aku menghisap darah mereka sampai kenyang?
Haaaaaiiiiiii..... Apa kabar semua? Setelah aral melintang, disertai kesibukan revisi naskah sebelah ini dan itu, mau rilis bab 1 aja sambil pemanasan. Hehehehehe. Semoga bisa melepas kangen. Gak usah ditagih kapan posting bab berikutnya. Happy reading, all. Yuk, dibaca cerita-cerita aku yang lain. Ada Way Back Home dan Heart Reflections yang cast Enhypen. Selain itu, baca aja SPRING BREEZE. Meski Ong Seongwoo, Kang Daniel dan Kwon Eunbi sebagai cast utama, cerita ini mengharu biru. Gak kalah bapernya sama Coc kok.
Oyaaaaa.... baca juga yuk Wedding Dress for My Ex di aplikasi Cabaca. Novel romance dengan setting Malang nih. Paling gampang bayangin Navy (Jisoo BP), Junot (Jin) dan Gibran (Taehyung) sebagai visual cast. Pokoknya sweet-sweet gemes. Masih ongoing kok.
Bwi-25 Maret 2022
21:58 WIB
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro