Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

┊ 004.2. Shadow Keeper

.

.

.

.

.

Pertarungan antara kelompok Dokja dan kelompok tikus tanah berjalan dengan lancar. Sebenarnya, ini adalah sesuatu yang mengejutkan. Khususnya, keberadaan Hyunsung dan Heewon di garis depan bersama Dokja begitu berpengaruh.

Posisi pertarungan ini secara alami menjadi Dokja, Hyunsung, dan Heewon berada di bagian depan, sedangkan empat lainnya berada di bagian belakang. Kurang dari satu menit setelah pertarungan dimulai, sudah ada beberapa tikus tanah yang terkapar dengan leher yang tertusuk.

Bahkan [Name] yang seumur hidupnya tidak pernah memegang senjata dalam bentuk apapun, berkat memori itu, mampu menghabisi tikus tanah yang berusaha menerjangnya. Para tikus tanah itu berakhir mengenaskan⸺[Name] bersyukur bahwa kondisi di lorong ini tidak begitu terang.

"...sepertinya, aku bisa hidup."

Berkat status mereka secara keseluruhan yang dinaikkan, mereka bukan lagi manusia yang akan diburu.

Meskipun begitu, mentalitas Hyunsung begitu istimewa di dunia ini. Manusia normal tidak akan bisa bersikap biasa saja ketika berhadapan dengan monster sebanyak ini.

Ada alasan kenapa Hyunsung mendapatkan julukan Steel Sword di masa depan. Namun, orang yang lebih menakjubkan adalah Heewon.

"Ini semua sangat simpel dari yang aku duga."

Mungkin hal ini terjadi karena keahlian kendo-nya, tapi setiap kali senjatanya mengacung di udara, tikus tanah itu akan tertebas dibagian tubuh manapun. Dokja menduga bahwa ini karena Heewon memakai hampir seluruh koinnya pada kekuatan. Ketahanannya menjadi tidak setara karena status kekuatannya yang lebih tinggi dan tidak seimbang, tapi satu tebasan itu ternyata lebih baik dari yang bisa Dokja pikirkan.

"Sialan, aku kelepasan satu! Tolong!"

Suaranya bergetar ketika dia berbicara karena satu-satunya kelemahan Heewon adalah staminanya yang begitu rendah, maka dari itu ketahanannya pun ikut menjadi lemah.

Tikus tanah itu bergerak dengan lincah dan pintar diantara mereka. Gerakannya terlalu cepat dan mengarah pada [Name] yang ada dibelakang sana, karena menuruti insting pemburunya, tikus tanah itu berlari menuju yang paling lemah.

Dokja yang melihat itu melebarkan mata dalam kepanikan; dia tidak memprediksi bahwa [Name] akan menjadi incaran tikus tanah ini. Sementara yang lain, karena serangan dari tikus tanah yang lain, menjadi sedikit jauh dari posisi [Name] saat ini.

"[NAME]! MENJAUH DARI SANA!"

"NOONA!"

'Ini aneh,' pikirnya, menggenggam tombaknya dengan erat, [Name] mengangkat senjata itu, 'tikus tanah ini lebih cepat dari yang lain. Apa dia pemimpinnya?'

Mengabaikan segala teriakan dari yang lain, [Name] memanfaatkan memori terdistorsi itu untuk melayangkan tebasan fatal pada tikus tanah tersebut. Mungkin tidak cukup fatal karena kekuatannya masih lemah, namun hal itu sudah sangat cukup untuk membatasi pergerakan tikus tanah itu sehingga yang lain bisa membunuhnya.

Dokja dan Gilyoung berlari mendekati [Name] setelah Hyunsung memastikan bahwa tikus tanah itu sudah mati. Yang paling panik disini adalah Dokja karena dia tahu bahwa [Name] masih lebih lemah dari Gilyoung dan dia masih belum mengetahui atribut apa yang perempuan itu miliki.

[Name] sendiri juga tidak tahu atribut apa yang dia miliki untuk saat ini. Banyak tanda tanya yang tertera di dalam jendela profilenya.

"[Name]! Kau baik-baik saja?! Apa makhluk itu sempat mencakarmu?!" Dokja bertanya dengan panik, menginspeksi tubuh [Name] dan memutar-mutar perempuan itu untuk melihat luka yang ada.

"Noona...," Gilyoung sudah akan menangis mendengar dari suaranya yang memanggil [Name], yang membuat perempuan itu mengabaikan Dokja dan segera berlutut di sana.

"Gilyoung, maafkan aku, ya? Aku tidak akan melakukan itu lagi," katanya pelan, sambil menyeka air mata yang menumpuk di pelupuk mata Gilyoung.

Gilyoung tidak menjawab dan hanya memeluk [Name] dengan erat, sementara Dokja menghela napas berat dan panjang sambil mengelus surai hitam [Name]. Kejadian tadi benar-benar membuatnya panik, ia bahkan masih bisa merasakan tangannya yang gemetar karena kejadian tersebut.

Setelah memeluk Gilyoung, [Name] bangkit dan menoleh pada Dokja. Tangannya bergerak menuju wajah Dokja dan mengelusnya, "Kau terlihat pucat, apa kau baik-baik saja?" tanyanya pelan.

Dokja tidak langsung menjawab dan malah menyandarkan wajahnya pada telapak tangan [Name], "Aku hampir terkena serangan jantung ketika melihat tikus tanah itu berlari ke arahmu."

[Name] mengulas senyum kaku, "Maaf. Aku tidak tahu jika hal seperti itu akan terjadi."

Setelah ia mengatakan hal itu, Dokja menjauh darinya dan menarik tubuhnya untuk dipeluk. Pelukannya erat dan [Name] mengerti⸺dia hampir diterjang dan dicakar oleh tikus tanah itu; [Name] mengerti kepanikan samar yang terasa dari pelukan Dokja.

Setelah itu, ia melepas pelukannya dan menoleh pada yang lain, "Ayo kumpulkan tikus tanahnya. Kita harus menyiapkan makanan untuk hari ini."

"Oh... omong-omong, bagaimana kita akan memasaknya? Kita tidak bisa memakannya seperti ini."

Dokja mengangguk, "Kita akan memakannya nanti."

Dokja merutuki dirinya yang menjawab terlalu tenang. Ada jeda hening diantara mereka dan kemudian Hyunsung adalah orang pertama yang memecah keheningan tersebut.

"Maaf sebelumnya, tapi aku ingin bertanya padamu, Dokja-ssi."

"Ya?"

"Dokja-ssi, mungkin⸺apakah kau sudah mengetahui tentang situasi ini?"

Rutukannya semakin kencang di dalam hati, ini kesalahanku. Namun, Dokja teringat sesuatu dari TWSA, yang diutarakan oleh Jonghyuk.

Rasanya juga seperti ini. Perasaan seorang regresor. Biasanya, hal-hal seperti ini terjadi pada seorang regresor yang sudah hapal dengan kejadian-kejadian yang akan terjadi ke depannya, yang telah bertindak lebih dulu karena mereka tahu apa yang akan terjadi.

Beberapa alasan kemudian muncul dalam kepala Dokja. Dia bisa saja dengan tidak tahu malunya mengatakan bahwa tingkahnya selama ini hanyalah sebuah insting atau dia bisa berbohong seperti apa yang Jonghyuk lakukan di dalam novel.

[The constellation 'Secretive Plotter' is anticipating your choice.]

[A few constellations are anticipating your answer.]

Tapi jika melihat dari sisi seorang pembaca, maka jawaban yang paling baik adalah⸺

"A-Ack!"

[Name] yang berada disebelah Dokja dengan segera berpindah untuk melindungi Gilyoung dari apapun yang masih hidup di depan sana. Dan Dokja menggunakan situasi itu untuk membuat dirinya tidak harus menjawab pertanyaan yang dilemparkan padanya.

[The constellation 'Secretive Plotter' nods at your choice.]

"Masih ada yang hidup!"

Heewon berteriak dan Hyunsung segera belari mengejar tikus tanah yang masih hidup itu. Namun, tikus tanah itu lebih cepat dari yang lain dan dia juga lebih besar dari tikus tanah lainnya.

"T-Tolong aku...!"

Makhluk itu menyeret Han Myungoh ke dalam lubang. Sangah, sebagai yang paling dekat, segera mengayunkan tombaknya, namun situasinya menjadi lebih buruk karena Han Myungoh malah berpegangan padanya.

"Pegang ini!"

Hyunsung mengulurkan tombaknya, namun berakhir hanya membentur tanah. Tikus tanah itu telah menghilang bersama dengan Han Myungoh dan Sangah.

[The constellation 'Prisoner of the Golden Headband' resents this frustrating person.]

Melihat apa yang terjadi, Heewon mencebik sebal dan menggeram, "Aku tahu bahwa situasinya akan menjadi buruk karena orang itu!"

"...maafkan aku. Aku terlambat menyelamatkan mereka," paparnya dengan suara sedih, Dokja menepuk pundaknya dengan pelan.

"Tidak apa-apa, kau sudah berusaha, Hyunsung-ssi."

"Haruskah kita mengejar mereka?"

[Name] memandangi lubang tempat dimana mereka menghilang. Lubang itu bukanlah lubang biasa. Ada energi yang menguar dari lubang tersebut dan gelapnya lubang itu memberikan kesan yang tidak nyaman.

Dokja melangkahkan kakinya ke belakang mereka semua dan [Name] hanya mengangguk pelan sambil melangkah maju mendekati lubang tersebut dalam jarak aman. Matanya menginspeksi lubang tersebut dan mengangguk-angguk pelan.

[The constellation 'Demon-like Judge of Fire' is curious about what incarnation Yoon [Name] doing.]

[Name] mendongak, "Ah, aku hanya sedang melihat-lihat...?"

Sementara [Name] sedang menginspeksi lubang yang mengeluarkan aura tidak nyaman itu, Dokja dibelakang sana sedang sibuk membaca novel TWSA yang ada di ponselnya.

[Your reading speed has increased due to the effect of the exclusive attribute.]

Setelah pesan itu muncul, Dokja berhasil menemukan halaman yang dia inginkan.

...'Edge of Darkness' adalah tempat tinggal para tikus tanah dan merupakan tempat yang muncul dari 'Dark Root'. Para tikus tanah yang bernapas di dalam eter hitam sebagai pengganti oksigen tidak akan berkembang dengan normal kecuali mereka berada di dekat 'Edge of Darkness'.

Dokja tahu sedikit tentang hal itu dan karena hal itu, dia yakin bahwa lubang itu adalah pintu masuk menuju Edge of Darkness.

"Dokja-ssi?"

Ia menoleh dan menemukan Hyunsung dengan ekspresi frustrasi meminta jawaban darinya. Lantas, ia mengangguk, "Kita akan masuk."

"Ah, baiklah."

"Tapi masuk ke sana dengan jumlah yang banyak akan menjadi sangat berbahaya. Hyunsung-ssi, Heewon-ssi, dan [Name] akan tetap tinggal disini. Jika sesuatu terjadi dibawah sana, aku akan memberikan sinyal."

Heewon mengerutkan kening dan [Name] menggeleng kuat; dia ingin ikut.

"Kau tentu tidak berpikir turun kesana hanya bersama Gilyoung, kan?"

Dokja mengangguk, "Kemampuan Gilyoung akan sangat membantuku dalam mengejar mereka."

Detik dimana Heewon akan mengajukan protes, Dokja mengangkat tangannya dan memanggil Hyunsung, "Hyunsung-ssi, Heewon-ssi masih belum sepenuhnya pulih, jadi tolong jaga Heewon-ssi dengan baik."

Hyunsung yang mendengar itu mengangguk paham, "Aku mengerti."

"Hei, tunggu sebentar! Aku baik-baik saja!"

"Heewon-ssi, percaya pada diri sendiri itu memang baik, tapi tolong jangan gegabah."

Itu memang benar, Heewon belum sepenuhnya pulih dari kabut beracun tersebut.

Sebelum Dokja dan Gilyoung sungguhan pergi ke bawah, [Name] menarik ujung lengan kemeja Dokja, "A-Aku ingin ikut...!"

Dokja menghela napas dengan senyum, kemudian mengelus surai hitam [Name] hingga wajahnya. "Dibawah akan jadi sangat berbahaya," katanya pelan, lalu ia menunduk dan mengecup pipi [Name], "aku tidak bisa merisikokan keselamatanmu."

"Kau akan menunggu disini bersama Hyunsung-ssi dan Heewon-ssi."

Maka, tanpa memberikan [Name] waktu untuk protes, Dokja segera menarik Gilyoung untuk turun kebawah sana. Sementara Gilyoung hanya melambaikan tangannya pada [Name], karena dia juga setuju dengan apa yang Dokja katakan. Dibawah terlalu berbahaya dan dia tidak bisa merisikokan keselamatan [Name] setelah perempuan itu hampir saja diterjang oleh tikus tanah beberapa saat lalu.

[Name] hanya bisa melihat dengan ekspresi khawatir ketika mereka berdua menghilang ke bawah sana dan Heewon berinisiatif untuk merangkulnya, "Tidak apa-apa, [Name]-ssi."

"Suami dan anakmu akan baik-baik saja."

Kepalanya tertoleh dengan cepat pada Heewon, ada semburat merah yang tipis menghiasi wajahnya dan dia menggeleng, "Dokja bukan suamiku...!"

Heewon mengangguk, "Ya, ya, ya. Tapi dia bertingkah seperti suamimu."

"Seperti suami yang akan melakukan apapun untuk istrinya."

[Name] menunduk, matanya memandang sayu pada jalanan yang sedikit retak disana, 'Aku disini hanya untuk menyelamatkan Dokja.'

'Aku tidak memiliki kesempatan untuk bersamanya hingga akhir.'

.

.

.

.

.

"Sebelah sini."

Gilyoung memegangi tangan Dokja dan menggiringnya menuju tempat yang mereka tuju. Kegelapan disana terlalu dalam hingga Dokja tidak bisa melihat apapun. Eter hitam yang ada disana memiliki kemampuan menyerap cahaya, membuat sentar dan sumber penerangan apapun tidak akan berguna.

"Hyung," Gilyoung memanggil, "tadi⸺hyung sengaja melakukan itu, kan?"

"...Apa?"

Gilyoung masih menuntunnya sambil menjawab, "Membiarkan Sangah noona dan paman itu diseret oleh tikus tanah masuk ke lubang."

Dokja tidak langsung menjawab dan di dalam kegelapan, jemari Gilyoung terasa aneh dalam genggamannya. Sebelum ia sempat bertanya, Gilyoung lebih dulu berbicara.

"Waktu itu, aku melihat ekspresi yang hyung berikan."

'Pada waktu sesingkat itu, bisa-bisanya dia masih bisa menangkap ekspresi yang aku berikan.'

"Ekspresi yang hyung berikan sama seperti ekspresi noona."

Mendengar hal itu, Dokja mengulas senyum tipis, 'Tentu saja. Memang anak yang menyeramkan.'

"Benar."

Jawaban yang Dokja berikan adalah jawaban yang paling buruk sehingga sedetik setelah ia memberikan jawaban itu, ada banyak pesan yang muncul di layarnya.

Para konstelasi itu sangat tidak puas dengan jawaban yang Dokja berikan.

[The constellation of absolute good frown at your cruelty.]

[The constellation 'Secretive Plotter' is pressing you with shining eyes.]

"Kenapa kau melakukannya, hyung?"

"Karena kebiasaan para tikus tanah."

Dokja memutuskan untuk menjawab dengan jujur.

"Para tikus tanah memiliki kebiasaan menyimpan hasil buruan mereka di tempat yang sama dengan tempat mereka meletakkan harta karun, dan itu bukan hanya makanan. Ada banyak hal langka yang mereka kumpulkan disana. Contohnya, barang yang langka. Namun, jalan menuju ke tempat itu sangat rumit dan tidak bisa ditemukan, kecuali aku mengikuti jalur yang mereka gali secara langsung."

Gilyoung terdiam selama beberapa saat dan Dokja menggunakan waktu itu untuk kembali melanjutkan kalimatnya, "Aku memang menebak mereka akan membawa Han Myungoh. Namun, aku tidak menyangka mereka juga akan membawa Sangah-ssi."

"Jadi, tujuanmu bukan untuk menyelamatkan mereka berdua, tapi untuk mengambil barang-barang langka itu?"

"Ya. Apa kau kecewa?"

Gilyoung menggeleng, "Tidak," kemudian ia mengeratkan pegangan tangannya pada jemari Dokja, "hyung tidak bisa berbohong."

Dokja diam, dia masih ingin mendengarkan Gilyoung.

"Jika hyung adalah orang yang seperti itu, kau tidak akan menyelamatkanku dan noona waktu di kereta. Aku percaya padamu."

Gilyoung kemudian mengembalikan atensinya ke depan, "Dan noona juga percaya pada hyung."

Dokja melebarkan matanya; dia tahu bahwa Gilyoung masih kecil, namun tingkah anak ini benar-benar tidak seperti anak kecil. Karena untuk menjadi dewasa dan untuk menjadi orang dewasa adalah dua hal yang berbeda.

[Some constellations are touched to tears.]

[200 coins have been sponsored.]

"[Name]⸺dia mengajarimu banyak hal, ya?"

Gilyoung mengangguk, "Noona adalah orang yang paling baik," katanya, lalu ia menoleh lagi dan menghentikan langkahnya hanya untuk mengatakan sesuatu yang membuat jantung Dokja berpacu dengan cepat.

"Noona menyukaimu, hyung. Ekspresinya selalu melembut ketika membicarakan atau mendengar hal tentangmu."

"Dan noona kelihatan lebih tenang saat kau berada disisinya."

Jantungnya berpacu cepat dan semburat merah dengan jelas terlihat di wajahnya. Gilyoung kembali melangkah dan membiarkan Dokja berdamai dengan situasi itu.

Anak kecil itu sudah sejak awal mengobservasi [Name] dan segala tingkahnya saat Dokja ada dan tidak disekitar mereka. Sedikit banyak, Gilyoung dapat melihat dedikasi yang [Name] miliki untuk Dokja⸺ia berpikir, bahwa semua itu karena Dokja yang telah menyelamatkan mereka berdua.

Namun, Gilyoung-ah, ada alasan yang sebenarnya lebih besar daripada Dokja yang menyelamatkan kalian berdua.

"Hyung."

"Y-Ya?"

"Apa kau Tuhan?"

"...Hah?"

"Atau pemeran utama?"

'Anak ini⸺dia benar-benar diluar dugaanku.'

Terkadang, anak-anak memberikan sebuah pertanyaan yang terlalu tajam. Hal itu terjadi karena mereka tinggal di dunia dimana imajinasi dan realita tidak terlalu dipandang. Dan sebenarnya, Gilyoung tidak benar-benar tahu apa maksud dari pertanyaannya.

"Aku bukan pemeran utama. Aku bahkan selalu iri pada pemeran utama."

"Tapi kau tahu sesuatu tentang dunia ini?"

Dokja berpikir selama sesaat dan kemudian mengangguk, "Itu benar."

"Kalau begitu, aku ingin menanyakan satu hal padamu, hyung."

"Tentu, selama aku bisa menjawabnya."

"Setelah kita menyelesaikan semua skenario ini⸺apakah kita bisa membuat permintaan?"

"Permintaan?" tanyanya bingung.

Gilyoung mengangguk, "Biasanya, pada cerita-cerita seperti ini, akan ada hadiah diakhir cerita. Jadi, apakah diakhir cerita ini juga akan ada hadiah seperti itu?"

Dalam kegelapan, napas Gilyoung terdengar getir dan ekspresi anak itu ketika melihat mayat ibunya tiba-tiba muncul dalam kepala Dokja. Mereka yang berhasil beradaptasi di dunia baru ini selalu menderita dengan cara yang berbeda. Ada beberapa yang menjadi gila, fanatik, dan memiliki optimisme yang tidak rasional.

"Ya, tentu. Akan ada hadiah diakhir cerita ini, seperti cerita-cerita lainnya."

Matanya berbinar dan Dokja bersyukur bahwa tempat ini sangat gelap karena dengan begitu Gilyoung tidak akan melihat seperti apa ekspresinya saat ini.

"Kita hampir sampai, hyung."

Eter hitam yang mengelilingi mereka mulai menghilang dengan cepat; itu adalah bukti bahwa Dark Root sudah dekat dan Dokja menegang sambil memegang senjatanya.

[A few constellation are holding their breaths.]

Mereka berdua mendengar suara para tikus tanah disana dan ketika suara mereka menjadi semakin dekat dan jelas, mereka melihat cahaya di kegelapan, seolah seseorang telah menyalakan api untuk sebuah penerangan.

Disana, Dokja melihat sebuah kotak. Ketika ia yakin bahwa mereka sudah sampai ke tempat yang tepat, pesan-pesan segera membombardir layar hologramnya.

[The sub scenario has been updated.]

[You have entered the 'Ground Rat's Treasure Trove'.]

Dokja mengulas senyum miring yang samar, 'Ini dia.'



























❝You and him were soulmates that weren't meant to be, [Name].❞

"Ah, I see."

.

.

.

.

.

tbc! 2.4k+ words.

apa kabar, teman-teman? sudah lama sekali aku tidak up, hehe😅.

btw, aku ada playlist khusus buat dokja dari [name] di cerita ini. kalau kalian mau dengar playlistnya, bisa cek link di profileku yaa~!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro